Hari ini Mark sudah kembali bekerja, selepas kepergian Mark ke kantor, Haechan masih bersama dengan Lion dirumah bermain dirumah bersantai. Lion nampak merangkak kesana kemari, sesekali duduk di depan Haechan dan mengajaknya bermain.
"Anak Yayah suka pesawat?" Lion menjawab dengan racauan bayinya kemudian melempar-lempar mainan yang bisa diraihnya.
"Misi!!! paket!!" suara itu membuat Haechan menoleh, namun yang ditemuinya bukannya tukang paket melainkan Jaemin.
"Nanaa!" Haechan menyambut dengan ceria seperti biasanya, hari ini Jaemin datang untuk bermain karena anak mereka sedang dibawa Yuta dan Winwin jalan-jalan ke luar kota, jadi daripada bermain sendiri lebih baik bersama dengan Haechan dan Lion. Anw anak Jaemin berbeda satu bulan dengan Lion, namanya Nano. Iya nano betul namanya:) bukan nano yang di film thailand, katanya singkatan dari nana dan nono. Saran nama dari Haechan sih ini sebenernya, tapi dipake juga.
Lucu kan? iyalah, om nya aja Haechan.
"Lion~ om bawa biskuit nih." Jaemin mengeluarkan beberapa biskuit bayi dari tas yang dibawanya dan disambut gembira oleh Lion."Chan, kok kamu tiba-tiba murung gitu? enek opo?" tanya Jaemin, ia menyadari perubahan raut wajah Haechan.
"Kak Mark nyebelin." jawabnya,
"Ada apa? kenapa?" tanya Jaemin, ia beberapa kali mengawasi Lion yang sedang memakan biskuit yang sudah diberikannya pada si bayi lalu kembali menatap Haechan.
"Haechan masih kesel soalnya kemaren Kak Mark mau aja disuapin sama tamunya pas kerja, Haechan kesel!" Haechan melempar mainan squishy berbentuk wortel milik Lion."Ayayaya!" Lion mengoceh, sepertinya protes karena mainannya dilempar.
"Oh...gitu. Mau bales dendam nggak Chan?" tanya Jaemin, di otaknya sudah ada sebuah ide."Balas dendam? bagaimana tuh?" tanya Haechan, ia secara otomatis mendekatkan tubuhnya pada Jaemin untuk mendengarkan rencana 'balas dendam' yang akan mereka lakukan.
"Setuju?" tanya Jaemin pada Haechan setelah menjelaskan rencananya.
"Setuju!!! Ayo Nana ajarin Echan!" ucap Haechan dengan semangat.
Mark pulang agak telat hari ini, dia sampai dirumah pukul enam malam. Mark mengernyit heran karena rumah terlihat tidak seterang biasanya, lampu rumah lagi rusak? pikirnya. Ia berjalan masuk setelah melepas sepatu dan memanggil nama si manis.
"Haechan? Dek??" tak ada jawaban, Mark mencoba menyalakan lampu dan....menyala.
"Dek Echan?" Mark melangkahkan kakinya menuju ke dapur, dia mendengar suara darisana, ketika Mark sampai di ruang makan, alangkah terkejutnya dia melihat bagaimana penampilan Haechan."Baru pulang?" Mark terdiam, apa yang sedang terjadi?
"Gue nggak lagi ngigo kan ini?" Mark mengucek matanya, bahkan mencubit pipinya. Ini asli.
"Dek? kamu ngapain?" Mark berjalan menghampiri Haechan, namun gerakan tangan Haechan yang menyuruh agar Mark berhenti membuat pria itu menurut."Abis darimana?" tanya Haechan,
"Dari kantor, tadi kakak udah bilang kan kalo pulang telat?" tanya Mark.
"Nggak sama perempuan yang kemaren itu?" tanya Haechan,Sungguh, Mark sampai tidak mengenali Haechan. Ini benar Haechan-nya kan? Tidak sedang kesurupan setan pohon mangga?
"Nggak ada dek, kakak minta maaf soal itu. Oke?" Mark hendak mendekati Haechan lagi namun Haechan kembali memberikan tanda berhenti.
"Udah telat minta maafnya." Haechan berbalik memunggungi Mark,"Dek, maaf. Maafin Kakak ya? Jangan kayak gini." Mark tak lagi mendengarkan ucapan Haechan, menarik tangan Haechan dan memeluknya dari belakang.
Masih wangi tubuhnya Haechan, tapi kenapa sifatnya berbeda?
"Maaf, jangan kayak gini. Kakak takut kamu ninggalin kakak." Mark semakin mengeratkan pelukannya, sungguh, Haechan yang berbeda ini membuat Mark jantungan dan takut jika Haechan benar-benar meninggalkannya."Maafin kakak, kamu mau apa kakak kasih. Jalan-jalan?"
"Mau!" Haechan menjawab dengan semangat, Mark menegakkan tubuhnya, apa Haechannya sudah kembali?"Eh, maksud Echan. Mau."
Mark membalikkan tubuh Haechan kemudian menatap si manis, "Dek, kamu gapapa? udah maafin kakak? udah balik?" tanya Mark beruntun."Eh....iyah Echan suda maafin akak. Tapi jangan diulang yah." jawaban Haechan membuat Mark kembali memeluknya.
"Kamu jangan kayak gitu lagi, kakak takut." ucap Mark.
"Hehe, kalo kakak takut berarti Echan berhasil." balas Haechan sambil cengengesan,"Lagian kamu ngide banget pake baju kayak gini?" Mark menatap penampilan Haechan, sudah pasti itu kemeja dan dasi miliknya.
"Echan keren kan kalo gini? kayak kakak pas kerja. Coba Echan kerja juga terus pake pakaian keren kayak gini pasti banyak yang naksir." Haechan berujar,
"Nggak usah aneh-aneh, yang berani naksir kamu bakal kakak hajar." Mark mengecup bibir Haechan."Iya iya, wuuu kakak pocecip." Haechan menyalakan lampu utama ruang makan, ia sudah memasak dan siap disantap.
"Diajarin siapa? kok tau posesif?" Mark duduk di kursi tempat dia biasa duduk, begitu pula Haechan setelah mengambilkan makanan untuk Mark.
"Nana ajarkan.""Lion mana?" tanya Mark.
"Dibawa sama Mama sama Papa, katanya kangen jadi tadi sore diambil sama Mama, Papa." jelas Haechan, ia memberikan piring yang sudah diberikan nasi dan lauk pada Mark.
"Mumpung Lion gaada, itu yuk dek?" Haechan sontak menatap Mark heran,"Itu apa akak?" Haechan memiringkan kepala menatap Mark bingung.
"Itu dek, yang enak-enak." jawab Mark."Tidak mau, echan capek. Mau bobo aja abis mamam." jawaban Haechan membuat Mark sedikit kecewa, tapi-
Gas aja lah anjing gaada orang juga -batinnya.
"HAI GOPIIIII." Haechan menyapa Gopi yang tiba-tiba masuk ke dalam ruma lewat pintu belakang, Gopi sudah besar by the way.
kwek! kwek!
"Mau ayam? nihh." Haechan berjalan menuju ke halaman belakang sembari membawa satu potong ayam goreng untuk diberikan kepada Gopi.
Salam dari Gopi yang menjadi saksi kwek kwek adegan tak senonoh malam itu di rumah Mark dan Haechan.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMES (MARKHYUCK)
FanfictionTadinya Mark cuman mau beli paku di toko bangunan, tapi malah nemuin bocil kesasar.