Pagi itu, ketika Mark membuka mata dia tidak menemukan Haechan dalam pelukannya. Biasanya meskipun belum waktunya bangun Mark akan bangun untuk memeriksa Haechan, namun kali ini Haechan tidak ada.
"Dek?" Mark memanggil dengan suara seraknya, ia mengusap wajahnya sebelum bangkit dari kasur dan berjalan keluar kamar. Lamat-lamat ia mendengar suara dari ruang makan yang artinya Haechan ada disana,
"Masak apa hari ini?" Mark hendak mencium pipi Haechan seperti biasa namun Haechan tanpa di duga malah menghindar dan mendorong tubuh Mark.
"Echan nda mau deket deket akak." ujarnya, ia mengambil satu suap nasi goreng buatannya sebelum berdiri dan pergi dari meja makan. Mark menahan tangan Haechan,
"Dek, kakak ada salah apa dek?" tanya Mark, ia tidak mengerti kenapa Haechan bertingkah seperti ini pagi ini, hal ini membuatnya tidak nyaman. Kesalahan apa yang sudah dia perbuat?"Lepasin, Echan nda mau liat akak aja." Haechan menarik tangannya yang dilepaskan oleh Mark, ia tak ingin memaksa Haechan untuk bercerita. Mark mengusak rambutnya yang masih berantakan menjadi semakin berantakan. Mark tidak tahu apa kesalahannya kali ini, setelah Haechan pergi ia memutuskan untuk membereskan meja makan, ada sisa nasi goreng di wajan dan Mark memutuskan untuk memakannya meskipun ia tidak nafsu makan, ia lebih takut kalau Haechan semakin marah jika dia tidak menghabiskan masakannya.
Mark mengambil langkah terlebih dahulu untuk bicara dengan Haechan, setelah mandi ia ingin pamit bekerja. Namun yang dia temukan adalah sebuah note kecil di pintu kamar, isinya adalah
Mark kemudian menelfon Karina, dia tidak akan masuk kerja hari ini kemudian ia beralih menelfon Jeno.
"Jen, Echan disana?" tanya Mark begitu Jeno mengangkat telfonnya,"Masih otw, katanya pake grab. Lo udah ngantor?" tanya Jeno,
"Gue ambil libur, gue kesana sekarang." Mark menutup panggilan, melepas setelan kerjanya dan menggantinya dengan baju biasa.Astaga, demi apapun Mark tidak tahu apa kesalahan yang dia lakukan. Mark pergi ke apartemen milik adiknya dengan menggunakan motor.
Begitu sampai disana Mark melihat Haechan yang duduk berhadapan dengan Jeno yang kini menyuapi sarapan ke Haechan. Oke, Mark merasa cemburu melihat itu karena Haechan bahkan tidak mau melihatnya pagi ini.
"Dek-"
"Ih akak kenapa sih disini? echan nda mau liat akakkk, jauh jauhh." Haechan menatap Mark tidak suka, ia kemudian kembali menatap Jeno."Nonooo aaaa." Haechan membuka mulutnya tanda ingin disuapi, Jaemin yang melihat itu lantas menarik tangan Mark menjauh dan mengajaknya duduk di sofa.
"Kalian bertengkar ya?" tanya Jaemin.
Mark menggelengkan kepala, "Gak sama sekali." jawabnya.
"Lo buat salah ke Echan?" tanya Jaemin."Gue rasa enggak juga Na, dari kemaren-kemaren juga baik aja." jawab Mark.
"Mungkin ngidam." ujar Jaemin,"Masa ngidam kayak gitu?!" Mark memprotes, mana ada orang ngidam minta jauh-jauh dari suaminya?
"Ada Mark, orang ngidam mah aneh-aneh. Kata Bapak dulu Ibuk gue malah ngidam pengen nikah lagi sama laki orang." Jaemin menceritakan pengalaman Ibuknya saat ngidam mengandungnya.Mark tidak membalas dan memilih untuk menatap Haechan yang terlihat senang disuapi oleh Jeno, Mark mencebik, sialan! kenapa Jeno juga terlihat senang-senang saja?
"Mark, dia cuma ngidam. Jangan marah, oke? gue juga gapapa Jeno nyuapin Haechan kayak gitu, siapa tau emang anak lo ini bakal deket sama Jeno nanti." ucap Jaemin berusaha menenangkan Mark, namun sepertinya cara itu tak berhasil karena Mark masih terlihat badmood.
***
Seharian ini Mark jadi mata-mata Haechan, mengawasi dari jauh karena Haechan benar-benar tidak ingin melihat Mark barang hanya ujung kepalanya saja ia akan marah-marah tidak jelas. Mark cukup kesal dan menahan marahnya hanya bisa melihat Haechan dari jauh, ia merasa dibuang oleh Haechan.
Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam dan Haechan belum pulang dari rumah Lucas, terakhir tadi Haechan meminta dijemput Jungwoo, ingin main kerumahnya dan Mark memutuskan untuk pulang karena dia diabaikan oleh Haechan dan dia merasa menjadi barang tidak berguna. Sepenting itu Haechan baginya,
Mark dirumah juga tidak melakukan apa-apa selain menghabiska berkaleng-kaleng bir di ruang tamu, menunggu Haechan pulang. Pikiran Mark juga hanya soal Haechan, Haechan, dan ngidam. Sekuat apapun ia menghipnotis pikirannya agar percaya Haechan hanya sedang ngidam, Mark tetap tidak bisa melupakan apa yang Haechan lakukan padanya seharian ini.
Klek~!
Pintu rumah terbuka menampilkan Haechan yang baru pulang di antar oleh Jungwoo dan Lucas. Mark yang sudah setengah sadar itu lantas bangkit dengan tubuh yang limbung, hampir terjatuh.
Haechan yang hendak melewatinya langsung ditahan,
"Adek..maafin kakak ya?" Mark berucap dengan nada sedih, bibirnya melengkung kebawah dan menatap Haechan dengan mata berkaca-kaca. Ketika Haechan hendak melepas pegangan tangannya, Mark semakin kuat menariknya hingga pria itu memeluk Haechan dengan erat."Maafin kakak, jangan jauhin kakak kayak tadi.." Mark menenggelamkan kepala ke leher Haechan, menghirup aroma tubuh Haechan yang dia rindukan seharian ini.
"Kakak gasuka kamu deket deket sama cowok lain, kakak ga suka liat kamu di suapin cowok lain, kakak gasuka kamu anggep kakak gaada.." mendengar penuturan Mark membuat Haechan menyadari kalau seharian ini dia memang memperlakukan Mark seperti hantu, alias tidak terlihat. Dia bahkan tidak mau melihat Mark seharian ini, entah kenapa, dia hanya merasa kesal saat melihat Mark di dekatnya.
Haechan membalas pelukan Mark tak kalah erat,
"Echan nda sengaja, Echan lagi nda mau liat akak tak tau kenapa. Maafin Echan ya?" ujarnya. Mark menjauhkan wajah dan menatap Haechan"Adek udah nggak marah?" tanya Mark yang dibalas anggukan oleh Haechan,
"Echan mau cuddle sama akak, mau huggie huggie sampe besokkk, mau kith kith juga." Haechan membalas dengan semangat, ia bahkan memeluk Mark lebih erat lagi, ia sudah tidak badmood saat melihat Mark sekarang. Malah sebaliknya, dia merindukan sosok suaminya itu. Sangat merindukannya, biar saja dikata lebay tapi Haechan seperti tidak bertemu Mark satu minggu padahal dia yang mendiamkan Mark."Tapi akak kenapa minum itu lagi?? kan echan sudah bilang tida bole." Haechan mengerucutkan bibir sembari menunjuk lima kaleng kosong bir di meja ruang tamu.
"Maaf ya, kakak khilaf di diemin adek rasanya bikin kakak sedih sama marah." ucap Mark."Ish, tida boleh seperti itu lagi." ucap Haechan yang dibalas anggukan oleh Mark yang memeluk Haechan dengan mata setengah terpejam.
"Yuk ke kamar." ajak Mark, tadinya ia menawari Haechan untuk digendong tapi Haechan menolak karna Mark baru saja minum dan daripada mereka berdua jungkir balik, lebih baik Haechan menggandeng tangan Mark sampai di kamar nanti.
***
Adegan ehemnya nanti dulu, tahan tahann.
JANGAN LUPA VOMMENT
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMES (MARKHYUCK)
FanfictionTadinya Mark cuman mau beli paku di toko bangunan, tapi malah nemuin bocil kesasar.