Bahkan setelah dua hari, Haechan masih belum mau bertemu dengan Mark. Suaminya itu juga tidak bisa mengambil cuti atau libur, maka dari itu Mark akan selalu ke rumah Ten ketika pulang kantor, memastikan keadaan Haechan kemudian pulang ke rumah.
Selama itu juga Haechan semakin jarang berbicara, dia hanya mau menjawab saat dia lapar atau waktunya makan. Ketika di kantor, Mark tidak bisa fokus sebenarnya, biasanya di jam segini Haechan mengirimkan spam entah pesan atau foto, namun dua hari ini berbeda, Mark yang mengirim spam dan mengirim foto-foto yang hanya dibaca oleh Haechan tanpa ada niatan membalas.
Mark menghela nafas berat, ia menaruh bolpoin-nya diatas meja kemudian bersandar pada kursinya. Karina menatap Mark yang beberapa hari ini nampak lesu,
"Lo kenapa dah?" Karina akhirnya memberanikan diri untuk bertanya, Mark menatap Karina sejenak sebelum dia menghela nafas lagi.
"Anjir lo kek beban dunia ada ditangan lo aja njir, ada apa dan kenapa gerangan ini Bapak Mark Lee?" tanya Karina, ia sudah memposisikan kursinya menghadap Mark, sedangkan pria itu masih bingung apakah dia harus bercerita atau tidak. Tapi Mark juga merasa kalau dia butuh pandangan dari orang lain,
"Gue bertengkar sama Haechan." mendengar jawaban itu membuat Karina membulatkan matanya lucu,
"Lo apain beruang lucu gue bangsat!" protes Karina, mendengar teriakan itu membuat Mark memejamkan matanya sejenak.
"Salah gue emang, lo masih inget kan waktu kemaren gue ditarik paksa buat diajak minum sama anak-anak?" Karina menganggukkan kepala, kejadian itu rasanya seperti baru saja terjadi.
"Gue lupa ngabarin Haechan, bahkan sampe besoknya gue ga kasih kabar Haechan. Lo tau sendiri gue teler dan malah tidur di mobil kan?" mendengar pertanyaan itu Karina juga menganggukkan kepala karena mereka berdua bersama dengan tiga orang lain tertidur di mobil Mark yang terparkir di depan bar.
"Tapi lo kenapa bisa-bisanya gak kasih kabar sama sekali anjir, kan bisa sebelum ke bar bisa lo telfon Haechan." ujar Karina,
"Iya makanya itu, hp gue ternyata ga ke cas pas di kantor, pas di bar gue nyari colokan ga nemu-nemu. Mana dicekokin minum mulu, gue keburu teler duluan." Karina mendengus, kan dia bisa meminjam ponsel anak yang lain dasar goblok!
"Dasar goblok!" Karina ujungnya malah menoyor kepala Mark, membuat pria itu mendengus.
"Gue ga butuh ditoyor sekarang, butuhnya solusi. Haechan masih gamau ketemu sama gue." ucap Mark sembari mengusap wajahnya.
"Lo gausah lembur hari ini, kerjaan lo biar gue handle. Urusin Haechan dulu lo, bujuk lah gimana caranya. Beliin boneka kek, martabak kek, jadi badut kek." usul Karina.
"Makasih banyak Rin, sumpah makasih banget." ujar Mark.
"Lebay lo, gue gamau ya Haechan gue kenapa-napa. Jadi lo harus baikan sama dia, apalagi dia lagi hamil." Karina kembali ke mejanya.
***
Sesuai dengan saran Karina tadi, Mark setelah pulang kerja langsung membeli boneka dan beberapa makanan kesukaan Haechan. Berharap kalau Haechan akan memaafkannya. Setelah membelikan hadiah untuk Haechan, Mark pulang ke rumah keluarga Johnny, tadi Ten dan Johnny bilang kalau akan pergi ke acara perusahaan Johnny dan akan pulang larut malam.
Mark berjalan memasuki rumah, kunci pintu ada di bawah pot, sengaja ditinggalkan untuk Mark.
"Lho, nda jadi ke acara-" suara Haechan, itu suara Haechan. Namun suara itu berhenti ketika tatapan Mark bertemu dengan Haechan. Piring yang ada di tangan Haechan kembali ke atas meja sedangkan Haechan berjalan meninggalkan dapur dengan sedikit cepat menuju ke kamarnya.
"Dek!" Mark berlari menyusul Haechan, tangannya menahan lengan Haechan yang hendak masuk ke dalam kamar, satu tangannya masih memegang beberapa paperbag berisi kado untuk Haechan.
Haechan tak bergerak, ia menunggu Mark untuk berucap sedangkan dirinya juga tidak mau melawan. "Dek, maafin Kakak." ucap Mark mengawali pembicaraan, meskipun ia belum merencanakannya dengan matang karena ia tidak menduga kalau Haechan ada di dapur.
"Terus?" nada suara itu tak pernah Mark dengar dari Haechan, terkesan cuek dan dingin. Mark mengambil nafas sejenak,
"Jangan gini terus ya? maafin kakak, kakak salah hari itu. Maaf kakak teledor, maaf kakak udah gak pulang semaleman, maaf kakak biarin kamu nunggu semaleman." Mark semakin mengeratkan pegangannya pada tangan Haechan,
"Maaf kakak nggak sempet ngabarin kamu, kakak teledor sampe hp kakak nggak ke cas seharian. Malem itu kakak mau pulang tapi malah diseret sama temen-temen kakak diajak minum dan kakak sampe nggak sadar diri lagi. Maafin kakak." tak lama setelah Mark menjelaskan kejadian itu Haechan menyentak tangan Mark dengan kasar,
"Kakak tau gak? adek udah masak buat makan malam, masak kesukaan kakak sama potongin buah semangka yang adek beli di pasar pagi itu. Tapi kakak ga kasih kabar sama sekali, adek gak makan kak! cuman buat nungguin kakak yang nyatanya nggak pulang semaleman. Kakak ga peduli lagi sama adek?!" Haechan mengungkapkan semua yang ia rasakan, menatap Mark dengan tatapan kecewanya dan kedua pelupuk matanya yang mulai berair.
"Maaf dek, kakak gapernah kayak gitu kakak masih sayang sama kamu, jangan mikir kayak gitu lagi." Mark memaksa Haechan ke dalam pelukan eratnya, mendengar ucapan Haechan barusan membuat Mark panik, dia tidak pernah seperti itu dan tidak akan pernah. Dia masih menyayangi Haechan, sangat, tidak pernah berkurang sedikitpun.
Setelah beberapa kali meronta, Haechan akhirnya menyerah, ia menangis dalam pelukan Mark. Ia masih kesal, tetapi dia juga tidak bisa memungkiri kalau dia rindu dengan suaminya ini. Sangat malah, ini rekor terbaru bagi Haechan tidak melihat Mark selama dua hari.
Setelah Haechan meredakan tangisnya mereka makan malam dan menghabiskan waktu di kamar, tentunya setelah Mark berganti baju.
"Akak, akak lupa sesuatu." ucap Haechan sembari mengusap boneka unicorn dalam pelukannya dan Mark yang memeluknya dari samping.
"Hm? lupa apa? cium?" tanya Mark yang dibalas gelengan oleh Haechan,
"Akak lupa minta maaf ama dede bayi, dede bayi juga kangen Papa." jawaban Haechan membuat Mark gemas, ia menepuk keningnya pelan.
"Astaga lupa." Mark masuk ke dalam selimut dan berhenti tepat di depan perut Haechan, sedangkan anak itu mengangkat selimut untuk melihat apa yang terjadi disana.
"Maafin Papa ya nak, Papa janji nggak gitu lagi." Mark menyingkap kaos putih yang menutup perut Haechan kemudian mengecup perut Haechan yang terlihat mengembung lucu itu.
"Papa nakal sama papi, tapi karna udah dibelikan boneka sama kue marahnya udah ilang." ucap Haechan sembari menirukan suara anak kecil.
Mark tertawa, ia kemudian kembali mengecup perut Haechan sebelum menutupnya kembali dan memeluk Haechan.
"Yuk tidur, besok kita jalan-jalan." ucap Mark.
"Yang bener?" tanya Haechan.
"Iya bener sayanggg, adek yang milih mau kemana. Sekarang tidur dulu." Mark mengusap kepala Haechan, anak itu menyamankan posisi.
"Nite akak, love you." ucap Haechan.
"Love you too bear."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMES (MARKHYUCK)
FanficTadinya Mark cuman mau beli paku di toko bangunan, tapi malah nemuin bocil kesasar.