Haechan melihat sekelilingnya, sudah aman dan tidak ada kendaraan yang lewat, baru kemudian dia melangkah menyebrangi jalan yang sudah sepi. Oh ya, pagi ini Haechan pergi ke pasar sendirian karena tidak tega membangunkan Mark yang semalam pulang pukul dua pagi, jadi Haechan memutuskan untuk pergi ke pasar sendirian pukul enam pagi dan membeli bahan-bahan untuk memasak dan beberapa makanan ringan di indomaret.
Letak pasar dari perumahan lumayan jauh jadi Haechan memesan ojek online untuk kesini, setelah mengecek kertas catatannya yang berisi list bahan makanan Haechan menganggukkan kepala dan bersiap untuk memesan ojek online.
"Baaa!" seseorang menyambar ponsel Haechan, membuat ia kaget dan langsung menatap pria itu dengan takut, penampilannya sangat menyeramkan dengan otot dan rambut panjang bergelombangnya.
"Wih ipon nih, ada yang lain nggak?"
"I-itu hp Echan om! balikinnn." Haechan berusaha untuk mengambil ponselnya tetapi hal itu tidak dibiarkan oleh kedua pria itu."Oh ini udah bukan hp kamu lagi dek."
"Ih itu hp Echan!" belum sempat Haechan kembali meraih ponselnya, ia merasakan seseorang mengambil dompetnya di tas belanjaan yang dia bawa,"Widih...banyak juga duitnya." pria yang satunya mengambil uang di dalam dompet Haechan hingga tak ada yang tersisa,
"Ini udah jadi hp om, boleh kan?"
"Nggakk itu punya Echan! Itu hadiah dari Akak Mark-""Berisik! lo nggak punya takut ya sama kita." pria yang mengambil ponsel Haechan memukul wajah Haechan hingga anak itu jatuh tersungkur dengan tas belanjaannya yang jatuh, Haechan meringis air matanya jatuh begitu saja saat merasakan tubuhnya dipukuli berkali-kali.
"Ampun om! ampun sakit..."
Setelah dirasa puas menghajar Haechan dan mengambil uang dan ponsel milik Haechan, kedua pria itu pergi. Suara isakan keluar dari bibir Haechan, sekujur tubuhnya terasa sakit, sudut bibirnya berdarah dan matanya lebam.
Sakit, tetapi Haechan harus pulang agar Mark tidak khawatir. Haechan melihat barang belanjaannya yang berantakan di trotoar lalu mengambil yang masih bisa dipakai, karena ada beberapa sayuran yang diinjak oleh kedua pria tadi.
"G-gimana Echan pulangnya...echan nggak hafal jaln pulang.." Haechan memeluk tas belanjaannya, menghiraukan rasa sakit di tubuhnya ia mulai berjalan dan bertanya pada orang yang dijumpainya dimana letak perumahaan mimpi.
Perjalanan yang seharusnya hanya ditempuh 15 menit dengan motor itu harus menjadi 45 menit karena Haechan harus berjalan kaki, apalagi dengan keadaannya yang seperti itu. Bahkan orang-orang hanya melihat, tidak ada yang menolongnya, mungkin karna merasa itu bukan urusan mereka dan tidak ada untungnya.
Maka ketika Haechan sampai di depan pintu rumahnya, ia berusaha untuk menghapus air matanya dan memutar kenop pintu. Ia langsung disambut oleh Mark yang menggendong Lion di sofa,
"Dek kamu ke pasa-" Mark membulatkan mata ketika melihat keadaan Haechan yang babak belur,
"M-maafin Echan ya Akak, tadi Echan keserempet motor di jalan." ucapnya.Bohong.
Mark terdiam, ia mengeraskan rahangnya. "Jangan bohong dek, kamu tau kakak nggak suka sama orang yang bohong." ucapan Mark membuat nyali Haechan menciut. Terdengar helaan nafas dari Mark, ia menurunkan Lion di ruang tengah lalu kembali menghampiri Haechan,
"Liat kakak." ucap Mark setelah ia mengambil tas belanjaan Haechan dan menaruhnya di lantai, ia menarik dagu Haechan agar keduanya bertatapan.
"Nggak ada orang kecelakaan tapi wajahnya lebam semua, nggak ada dek. Siapa yang ngehajar kamu? Kenapa telfon kakak nggak diangkat?"
"Hape Echan diambil, uang Echan juga.." mendengar itu Mark mengusap bahu Haechan,
"Kan kakak udah pernah bilang, kalo kemana-mana jangan sendiri, sama kakak aja. Jadi gini kan? Belanja di tukang sayur yang biasa lewat depan rumah kan bisa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
GEMES (MARKHYUCK)
FanfictionTadinya Mark cuman mau beli paku di toko bangunan, tapi malah nemuin bocil kesasar.