—
Di sini aku. Berdua saja. Dengan seorang yang sebetulnya tidak mau aku temui dulu sebelum kepergianku nanti.
Seharian itu, setelah sampai dengan selamat di bandara, aku dan partnerku, Fareza, pergi berkeliling tanpa tujuan. Kalau-kalau aku mau, sebetulnya bisa saja aku menolak dan mengajak Fareza untuk berdiam saja di hotel, tidur, sampai besok dan tidak melakukan apa-apa.
Tapi, jika aku pikir-pikir lagi, itu bukan ide yang bagus. Suasana di antaraku dengan Fareza cenderung merenggang semenjak berita kepergianku yang mendadak. Liburan kali ini tentu sebetulnya juga bukan mauku, Fareza pun sebenarnya mengajak Edgar untuk pergi bersama. Tapi, naas, nasib berkata lain, Edgar harus bekerja.
"Kan, sudah aju bilang ke kamu, Rez. Bandung pasti hujan, kenapa gak dengerin aku sih?"
Terjebak kita. Aku merapatkan jaketku kedinginan. Fareza hanya meminta maaf saja sambil sesekali menggodaku agar bisa tertawa.
Tapi, aku malas. Tidak semudah itu untuk aku memaafkan si manusia keras kepala satu itu. Aku berharap bisa tega dengannya, mendiaminya, tanpa mengajaknya bicara sampai hujan selesai.
Sayang sekali, itu cuma omong kosongku saja. Tidak hari ini.
///
next chapter:
keputusan mendadak
KAMU SEDANG MEMBACA
D A L A M P E L U K
Short Story[✔️ ] Aku pernah dikecewakan. Melepasmu pergi. Membiarkan kesempatan memilikimu selamanya hilang. Sebab, kamu berhak memilih. Aku tidak bahagia dengan keputusan itu. Maka dari itu, aku berlari pergi. Lalu kemudian, kamu datang di saat seseorang jug...