21. kejelasan

142 15 0
                                    

—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini tepat dua bulan setelah kepulanganku dari Bandung. Aku sama sekali tidak bertemu Fareza. Barangkali kalian bertanya-tanya, kenapa? ada apa? Tentu semua jawabannya kalian bisa tebak sendiri.

Sesuai jadwal kepergianku, hari ini aku pergi ke Bandara untuk melakukan perjalanan ke Kanada menemui kedua orang tuaku. Seperti biasa, teman-temanku pun ikut meramaikan kepergianku yang kali ini ku pikir tidak begitu menyedihkan berkat tak ada harapan seseorang untuk menemuiku.

"Ini ... ada apa sih?" tanyaku.

Ini benar-benar mengejutkan, ternyata Fareza datang mengantarku. Aku tidak tahu soal ini. Pasalnya, dalam jangka waktu dua bulan itu, Fareza sama sekali tak menghubungiku.

"Haduh Rez, tinggal duluan ya." Edgar pergi. Dia meninggalkan Fareza sendiri yang masih sibuk dengan sesuatu di belakang punggungnya.

"Maaf." Hanya sepatah kata itu yang berhasil keluar dari mulut Fareza setelah kepergian Edgar barusan.

Aku menaikkan dua alisku, mengerutkan dahi, kemudian bertanya-tanya soal apa maksud dari perkataan maafnya barusan.

"Kenapa?" tanyaku.

Di depanku, Fareza memberikan bunga. Tidak. Maksudku bunga besar. Fareza memberikanku satu bucket bunga besar berwarna merah.

"Tunggu," balasku. "Ini ada apa?"

"Maaf aku udah lancang kayak gini. Aku udah diem aja selama hampir dua bulan ini, maaf karena aku bikin kamu jadi gak enak sama aku, maaf atas semuanya, dan yang terakhir maaf karena aku udah gak bisa nahan ini lagi, Ra."

Aku diam saja. Telingaku masih setia mendengarkan setiap kata yang keluar dari bibir pria tampan di hadapanku.

"Aku sayang sama kamu, Ra. Aku gak tahu kenapa gak bisa lagi nahan perasaan ini terlalu lama. Maaf, aku bener-bener minta maaf."

Mataku berair. Aku tidak bisa lagi mengungkapkan perasaanku sekarang. Tanganku yang mengantung di udara kini telah ditarik untuk diisi oleh jemari lain di sana.

"Biarin aku jadi alasan buat ngelupain masa lalumu, Ra." Fareza berujar lagi.

"Aku sayang sama kamu."

Ini bukan mimpi, kataku dalam hati.

Jadi yang kemarin itu benar?

///

next chapter:
perasaan merelakan

D A L A M  P E L U KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang