19. keputusan mendadak

144 19 0
                                    

—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menyesap minumanku sampai habis. Sekitarku sepi, tidak ada orang lewat-lewat seperti apa yang aku mau.

Kali ini, aku pergi ke rumah orang tuaku. Mendadak aku rindu keluarga. Makanya aku putuskan untuk kemari. Sudah satu minggu aku berdiam di sini. Seperti ayam yang mengerami telurnya, tak tahu aku kapan menetasnya.

"Lagi ngapain, Kal?"

Oh, akhirnya waktuku yang sunyi terkontaminasi. Seorang datang menghampirku yang duduk duduk di belakang rumah. Membawa secangkir kopi yang aku yakin buatan kakak iparku.

"Ini Mas, lagi ngopi," kataku menjawab sambil mengangkat cangkir kosong.

Dia mangut-mangut. Kemudian basa-basi dimulai.

"Kabarmu gimana di kota? Baik?"

"Baik, Mas." Jawabku seadanya.

Dia mangut-mangut lagi. "Kalau pacarmu? Kapan mau dikenalkan? Ibu sama Ayah sudah tanya terus loh."

Ah, sepertinya memang ini pertanyaan yang daritadi mau ditanyakan. Tapi, aku yakin, Mas Bimo tidak enak hati karena melihat wajah masamku.

"Sudah putus, Mas, kebetulan. Mangkanya aku datang ke rumah, mau istirahat sebentar, ambil cuti di tempat kerja buat refreshing ketemu keluarga di sini."

Mendadak aku malas melanjutkan ceritaku. Dilihat jelas oleh mataku, Mas Bimo ini kasihan dengan adiknya, yang mana adiknya itu aku. Padahal aku malas dikasihani.

Keputusan yang salah aku cerita barusan.

///

next chapter:
kejanggalan

D A L A M  P E L U KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang