22. perasaan merelakan

139 16 0
                                    

—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menatap tak percaya pada sosok gadis di hadapanku. Pakaiannya manis, berwarna ungu persis warna favoritnya. Dia menunduk tak berani menatapku. Wajahnya basah, sejak tadi dia menangis sambil menguliti dosanya sendiri.

"Iya aku tahu, Kal. Aku salah. Mangkanya aku ke sini mau minta maaf sama kamu," katanya.

Aku diam, tak berani mengucap apa-apa sebelum dia menyelesaikan ceritanya.

Dia berujar lagi, "Sekali lagi aku minya maaf sebesar-besarnya sama kamu."

Aku tahu perasaan bersalahnya itu pasti besar. Namun, kenapa dia meminta maaf padaku? Kenapa pula harus aku yang memaafkannya? Kenapa?

"Salah kamu bukan ke aku," ujarku, "tapi, ke sahabat kamu, Azzahra."

Hubungan persahabatan mereka rusak sejak hari itu. Aku pun tak bisa menengahinya, karena hubunganku yang juga dirugikan di sini. Assyfa benar-benar terpuruk. Dari tempat dudukku, aku bisa melihat ekspresi wajahnya yang kosong.

"Mending kamu pulang sekarang," ucapku sambil beranjak dari kursi. "Mau ak...."

Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, gadis itu buru-buru pergi setelah mengucapkan kata perpisahan.

Aku membuang diriku di kursi sofa, menghirup napas dalam-dalam lewat hidung dan mengeluarkannya pelan dari mulut. Aku merutuk diri sendiri. Rasanya tidak mungkin aku memperjuangkan hubunganku lagi, saat aku sendiri tahu kalau Azzahra sudah bersama laki-laki lain sekarang.

Sepertinya memang harus begini akhir ceritanya. Dia bersama dengan yang lain. Begitu juga aku dengan pasangan yang sudah dipilihkan keluargaku.

Dan demi kebaikan semuanya.

Aku harus merelakan.

///

next chapter:
keluarga dyandra

D A L A M  P E L U KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang