20. kejanggalan

166 17 0
                                    

—

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku duduk diam di samping kursi pengemudi. Beberapa kali, secara sengaja, mataku curi-curi pandang ke belakang melihat ekspresi wajah penumpang lain di kursi belakang lewat spion mobil Edgar yang hari ini menjemput dari stasiun.

Dari semenjak di stasiun, aku dan Fareza diam seribu bahasa dengan berbagai macam bisikan-bisikan setan yang aku yakin sahabatku yang satu itu juga mencoba untuk menahan-nahan diri.

Tentu, aku pun merasakan suasana canggung dan bertanya-tanya dari Edgar yang sedari tadi mencoba mengorek apa yang terjadi dari tatapan matanya. Beberapa kali ku dapati laki-laki itu berusaha mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan yang diniatkan untuk memancingku dan Fareza berbicara.

"Boleh, Mas." ucapku setelah Edgar meminta izin untuk mampir setelah mengantar Fareza pulang.

Aku mengeluarkan tubuhku dari mobil, dimulai dari kepala hingga ujung sepatuku yang akhirnya mencium halaman rumah. Sengaja ku alihkan pandanganku ke belakang. Memeriksa apa aku bisa melihat ekspresi apa yang akan diberikan oleh penumpang selain aku di kursi belakang.

Ketika tak sengaja mata kami bertemu. Cepat-cepat kami memarlingkan wajah. Menyembunyikan rona. Aku mengumpat dalam hati. Sial. Janggal sekali rasanya.

///

next chapter:
kejelasan

D A L A M  P E L U KTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang