—
Sesuai rencana, aku benar-benar pergi untuk keperluan di Paris dan meninggalkan Haikal. Untuk beberapa waktu saja atau ntalah juga tidak tahu apa aku perlu untuk kembali lagi.
Hubungan kami sedang tidak baik. Terakhir bertemu, Haikal benar sudah di luar kendali. Aku yang merasa tidak bersalah hanya bisa pasrah kemudian melakukan apa yang dia inginkan dan tidak mencoba menghubunginya lagi.
Kakiku melangkah pelan-pelan di samping manager yang sudah lama bekerja sama denganku. Aku menunduk menyembunyikan sisa-sisa ekspresi sedihku semalam sampai hari ini.
Aku benar-benar tidak bisa menyalahkannya dan malah diam saja tanpa bisa melakukan apa-apa. Tentu saja alasan dari semua celaka ini adalah kepergian dan trauma itu sendiri.
Menghilang beberapa tahun lamanya tentu saja membuat Haikal bisa saja berpikir kali ini pun aku akan melakukan hal yang sama dan tak akan kembali padanya lagi.
Kakiku menapak kaku tak bisa berjalan. Pipiku basah karena air mata yang tiba-tiba saja diproduksi secara masal. Tanganku mengepal lemah. Beberapa dari mereka yang ku lihat berdiri tak jauh dariku kini sudah sadar atas kedatanganku. Mereka semua pergi berlari kecil dan lantas memelukku dengan hangat.
Mereka menungguku kembali.
Bibirku terangkat sedikit mendengarnya. Hangat dirasa. Perasaanku lebur. Aku memeluk mereka satu persatu, sengaja berdiam lama di setiap pelukan yang tak akan pernah aku lupa sensasinya.
Trauma atas kepergian itu nyata. Aku ingin segera bergegas.
///
next chapter:
berita
KAMU SEDANG MEMBACA
D A L A M P E L U K
Short Story[✔️ ] Aku pernah dikecewakan. Melepasmu pergi. Membiarkan kesempatan memilikimu selamanya hilang. Sebab, kamu berhak memilih. Aku tidak bahagia dengan keputusan itu. Maka dari itu, aku berlari pergi. Lalu kemudian, kamu datang di saat seseorang jug...