Matahari menyembul malu dari balik tirai itu membuat sang empunya kamar mengerjapkan matanya, gadis kecil itu membuka matanya perlahan dan membulatkan matanya.
Iris mata emasnya mengedar ke segala arah, menyadari bahwa ini adalah kamarnya akhirnya gadis kecil itu turun dari kasurnya dan berjalan keluar.
"Mama? Mama?"
Gadis kecil itu menoleh kesana kemari namun tak menemukan Ibu-nya dimanapun hingga wangi semerbak tercium menggugah selera, membuat perut kecil gadis itu berbunyi.
Segera saja ia menghampiri dapur, berlari kecil kemudian duduk di meja makan.
Wanita parubaya itu berbalik menampakkan dirinya yang menggunakan celemek, "wah, Clare kau sudah bangun rupanya." wanita parubaya itu menghampiri gadis kecil itu kemudian mengacak-acak kepala gadis itu.
"Cassie ... sepertinya Tuan Stewart sudah menungguku di kantornya. Jadi, aku berangkat duluan!" tak lama terdengarlah suara yang setengah teriak itu.
Cassie berkacak pinggang, ia berlari namun belum sempat ia menahan pria parubaya itu, pria parubaya itu sudah hilang dari depan pintu.
"Duh setidaknya, sarapanlah roti!" Cassie berseru akhirnya ia kembali ke dapur beserta ruang makan itu.
Claretta mengerjapkan matanya beberapa kali, ia sama sekali tidak paham apa yang dilakukan ayah dan ibunya itu.
"Mama nanti ada kelas memasak. Mrs. Ten meminta Clare untuk membawa pisau dari rumah." mulut Claretta terbuka kala Cassie sudah berada dihadapannya.
Wanita parubaya itu terdiam sebentar, kemudian ia tercekat kala meminta Claretta mengulang ucapannya lagi.
Kelas 3 sekolah dasar apakah mereka akan dapat pengawasan penuh dari guru atau guru-guru itu membiarkan anak murid belajar mandiri.
"Mama, dengar Clare tidak?" iris matanya terus menatap Cassie dalam membuat wanita parubaya itu menghela nafas panjangnya.
Sembari memasukkan kotak makanan kedalam tas Claretta yang sudah ia siapkan, Cassie berdeham beberapa kali. "Nanti akan Mama siapkan, sekarang Clare makan dulu. Ok?"
***
Claretta berlari kecil menuju kelasnya, dibelakangnya ada Cassie yang mengejarnya dan meminta untuk tidak berlari, tapi Claretta tak memperdulikannya.
Saat ingin berbelok di lorong koridor, Claretta menabrak seseorang hingga menyebabkan Claretta terjatuh.
Cassie yang melihatnya dari jauh itu buru-buru menghampiri Claretta, dan melihat anak yang ditabrak Claretta ikut jatuh.
"Clare, kau harus minta maaf." kata Cassie seraya membantu anak lelaki yang ditabrak Claretta dan Claretta berdiri.
Claretta membungkukkan badannya sembari bersembunyi dibalik punggung Cassie, "maaf, Clare yang salah."
Lelaki dengan surai cokelat terangnya itu berdeham beberapa kali, "ahh harusnya aku yang minta maaf." lelaki itu berucap sembari menatap Claretta dari ujung matanya yang tertutup rambut sebelah itu.
Kepala Claretta menyembul kemudian tersenyum memamerkan deretan giginya yang putih.
"Ekhem, maaf jika menganggu kalian." sebuah suara menginterupsi dari belakang mereka membuat Cassie membalikkan badannya dan tersenyum ramah pada guru yang menegur mereka itu.
Setelah meminta maaf pada guru itu , mereka berpisah diperempatan lorong yang dilewati tadi.
Cassie pamit pulang setelah mengantarkan Claretta didepan kelasnya. Ia berpesan untuk menggunakan pisau dengan hati-hati, setelahnya ia pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Claretta [END]
Fantasy[Fantasy & (Minor)Romance] Claretta Nelson. Setelah mendengar ramalan dari seorang lelaki aneh bernama Onyx itu, Claretta mengalami kejadian aneh juga kejadian tak mengenakan. Claretta dicakar dan digigit oleh seekor kucing, kucing yang memiliki pen...