Part 15 : Dongeng dan Pesta Minum Teh

39 7 0
                                    

"Sekarang?"

Bahu Snow menegang begitu melihat pelayan lelakinya itu menganggukkan kepalanya.

Mereka saling tatap beberapa detik hingga lelaki yang belum mengenalkan dirinya menghalangi pandangan mereka.

Lelaki itu mendelik pelayan lelaki yang berada didepan pintu itu, "seorang pelayan tidak boleh melihat langsung mata seorang majikannya." ucap lelaki itu yang membuat pelayan lelaki dihadapannya menundukkan kepalanya lalu berjalan pergi, sebelum ia benar-benar pergi ia kembali mengingatkan mereka.

"Umm ...?"

"Jika Anda lupa, beliau adalah Pangeran Grimm Exyotte." bisik pelayan dibelakangnya.

Snow membalikkan tubuhnya lalu menggenggam kedua tangan pelayannya itu, membuat sang empunya tangan melihat tangannya yang sedang digenggam dengan perasaan bingung.

Gadis itu tersenyum lebar, "terima kasih, Re!" setelahnya ia kembali berbalik melihat punggung lelaki bernama Grimm yang perlahan berbalik.

Lelaki itu berbalik memperlihatkan wajahnya yang angkuh setelah memarahi pelayan yang menatap langsung mata Snow.

"Huh, sebaiknya kau ganti pelayan saja! Yang tadi sangat tidak sopan." ungkap Grimm sembari melipat kedua tangannya di dada.

Snow mengerjap ia lalu memiringkan kepalanya seraya tersenyum, "kau tidak boleh begitu, Pangeran Grimm ... mereka butuh pekerjaan."

Grimm mendelik lalu mengacungkan tangannya yang langsung disingkap oleh pelayan dibelakang Snow.

"Maaf, saya telah lancang. Dalam motto hidup pelayan, pelayan harus sigap ketika majikannya ditunjuk tepat di wajah seperti tadi." jelas pelayan itu sembari membungkuk.

Atmosfer dikamar Snow seketika berubah ketika Grimm mendapati penghinaan itu.

Grimm lalu membuang mukanya, ia berjalan menuju pintu seraya membukanya. Sebelum ia benar-benar pergi, ia mengingatkan Snow untuk segera bersiap.

"Bisa kau bantu aku memilih gaun, Re?"

***

Sebuah taman dengan nuansa berwarna hijau itu dipenuhi beberapa bangsawan dari berbagai penjuru dunia.

Gadis dengan rambut pendeknya berwarna hitam serta gaunnya yang senada dengan warna rambut dan kedua iris matanya.

Lelaki yang berada disampingnya mengenakan pakaian yang senada dengan Snow.

Grimm mengulurkan tangannya yang disambut ragu dengan Snow, lalu mereka berjalan memasuki taman itu.

"Wah ... indah sekali!" Snow tak henti-hentinya memuji kagum desain pesta minum teh yang begitu mewah itu.

Rasa-rasanya ini pertama kalinya Snow hadir dalam pesta minum teh yang semewah ini, ah tidak mungkin ini menjadi pesta minum teh pertama bagi Snow.

Beberapa kilatan memenuhi kedua iris matanya ia begitu bersemangat ingin menjelajahi seluruh taman ini dan menemukan sebuah spot foto lalu memberinya ke seseorang.

"Siapa?"

"Kau bilang sesuatu, Snow?" Grimm memberhentikan langkahnya melirik Snow.

Snow yang tersadar akan ucapan tanpa sadarnya itu menggelengkan kepala pelan lalu Snow berjalan menghampiri meja yang penuh makanan itu.

Claretta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang