Part 23 : Dongeng dan Dunia Nyata

9 3 0
                                    

Seorang lelaki tengah menelungkupkan kepala dalam lipatan tangannya, sudah hampir seminggu sejak kematian gadis yang menjadi teman semasa kecilnya itu bahkan ada kemungkinan bahwa dia jatuh hati pada gadis itu. Gadis yang selalu antusias begitu membahas dongeng lawas di Jerman.

Lelaki menghela nafasnya panjang, ia melirik sekilas jam beker dekat tangannya, jam menunjukkan pukul satu dini hari. Sudah berapa lama ia tidak tertidur hingga rasanya badannya seperti akan remuk.

Dirinya perlahan bangun dari posisi duduk menelungkupkan kepala itu, ia meregangkan badannya kemudian berjalan menuju stopkontak menekannya.

Terlihat kamar yang sudah tak terawat layaknya kapal pecah, bantal serta selimut tidak pada tempatnya ditambah pakaian berserakan dimana-mana.

Lelaki itu tertawa miris ia kembali meregangkan tubuhnya kemudian ia berjalan mendekati pakaian yang berserakan, memungutnya kemudian menaruh disebuah keranjang.

Beberapa menit setelahnya, ia membuka pintu membawa keranjang berisi pakaiannya itu berjalan dengan gontai menuju kamar pelayannya.

***

"Caldy ... kau harus makan, sayang." sebuah ucapan halus terdengar dari seorang wanita parubaya.

Reyne mendekati putranya itu memeluknya dari belakang membisikkan kata-kata menenangkan namun lelaki itu justru menepis tangannya dari pundaknya.

Lelaki itu menatap sayu Reyne menahan tangis tak lama setelah Reyne kembali memeluk lelaki itu, akhirnya ia menangis.

Cukup lama hingga akhirnya lelaki itu melepas pelukan sang ibu, Caldwell tersenyum tipis mengatakan bahwa saat ini dia baik-baik saja.

"Aku akan pergi mengunjungi makam Clare." katanya seraya berjalan meninggalkan ruangan namun belum sempat dirinya memegang knop pintu Reyne memberhentikannya, wanita parubaya itu berjalan dengan tergesa menghampiri dirinya.

Reyne memegang kedua sisi pipi lelaki itu, "Caldy, kau harus mengisi perutmu dulu." katanya sembari kembali menarik Caldwell masuk kedalam ruang makan.

Dalam ruang makan hanya ada keheningan baik ibu ataupun anaknya, mereka sama sekali tidak membuka pembicaraan lebih dulu, hanya ada suara dentingan garpu dan sendok serta piring.

Wanita parubaya itu tengah menyendok beberapa lauk kesukaan putranya, merasa cukup iapun meletakkan piring berisi lauk kesukaan putranya itu kemudian dirinya duduk tak jauh dari lelaki yang tengah memutar bola matanya saat ini.

'Kriuuuk'

Caldwell tersipu malu saat mendengar bunyi perutnya sendiri, iapun dengan ragu menyantap lauk kesukaannya itu.

Beberapa menit setelah dirinya menghabiskan lauk itu begitu hendak pamit pergi keluar namun Reyne menahannya berbicara panjang lebar mengenai masa lalu, masa dimana saat mereka masih kecil.

Lelaki itu mau tak mau mendengar ocehan ibunya hingga berjam-jam iapun berdeham sedikit, menunduk sekilas kemudian pergi meninggalkan Reyne yang tengah menepuk dahinya itu.

Caldwell mengunjungi taman belakang rumahnya yang besar itu, mencari sebuah mekanisme dekat air mancur begitu menemukannya ia menekan mekanisme itu.

Air mancur itu terbuka tak lama setelahnya beberapa anak tangga mulai muncul ke permukaan, tak butuh waktu lama anak tangga itu menyusun hingga menuju ruang bawah tanah. Lelaki itupun akhirnya memijak tangga itu dan bergerak turun.

Tercium aroma obat-obatan begitu ia memijak kakinya dibagian anak tangga terakhir, matanya mengedar melihat sekelilingnya yang penuh dengan alat-alat kedokteran.

Claretta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang