Part 29 : Dongeng dan Ruang Putih

18 4 0
                                    

Sebuah ruangan serba putih berbentuk persegi itu, ditengah-tengah ruangan serba putih itu terdapat seorang gadis yang tengah terlelap.

Perlahan matanya mengerjap, begitu tak mendapati seorangpun disisinya gadis itu berteriak kencang.

"Keluarkan aku!" serunya berulang kali namun suaranya tak mendapat balasan dari seorangpun justru sebuah layar menyerupai hologram muncul dihadapannya.

Layar itu memiliki aura berwarna hitam pekat dengan warna emas dikedua sisinya, layar itu menunjukkan empat orang dengan tiga orang lelaki dan seorang gadis yang menyerupai dirinya.

Claretta tercekat begitu melihat dirinya sendiri sudah terbujur kaku, ditubuhnya penuh anak panah beraura hitam sepekat layar yang menampilkan itu.

Dirinya menutup kedua mata begitu melihat sebuah anak panah yang berasal dari tubuhnya itu tercabut kemudian anak panah itu melesat menghampiri lelaki bersurai pirang.

Lelaki itu menjerit membuat dirinya pun ikut menjerit, Claretta memejamkan matanya tak sanggup melihat orang yang ia kenal sadis itu mati dihadapannya.

Kemudian layar itu terganti, seorang lelaki dengan surai pirang itu tengah meratapi peti mati didepannya.

Iris abu-abu lelaki itu menatap sendu peti mati itu kemudian setetes air mata terjatuh.

Claretta memperhatikan lelaki itu yang saat ini sudah bangun dan mengambil sebuah buket bunga untuk diletakkan disamping peti mati yang tampak terbuka sedikit.

Bagian samping peti mati itu terdapat sebuah alat membuat Claretta mendelik melihat alat itu.

"Itu apa?" dirinya bertanya kemudian berusaha memperjelas pandangannya. Tak lama setelahnya layar itu kembali terganti menampakkan seorang lelaki bersurai biru yang masih berada didalam dapur bersembunyi.

"Siapa?"

***

Claretta mengerjapkan matanya pelan melirik sekelilingnya kemudian dirinya meregangkan otot-otot tubuhnya.

Seolah tak digerakkan selama bertahun-tahun itu, ia coba bangkit dari sebuah peti mati yang mengurung dirinya.

Matanya mengerjap lagi melihat sekelilingnya kemudian menyentuh dinding itu dengan sembarang hingga akhirnya sebuah anak tangga muncul ditambah langkahan kaki terdengar itu.

Seorang lelaki bersurai pirang berjalan menghampiri Claretta, iris matanya yang berwarna abu-abu itu mengerjap pelan tatkala melihat Claretta berdiri dihadapannya.

Lelaki itu segera memeluk Claretta begitu erat hingga membuat gadis itu meronta kehabisan nafas.

Keadaan hening setelah lelaki itu melepaskan pelukannya itu kemudian lelaki itu berkata sesuatu yang tidak dimengerti gadis didepannya.

Alis Claretta tertaut, dirinya sama sekali tidak bisa mengartikan apa yang dikatakan oleh lelaki dihadapannya ini.

Hingga akhirnya begitu dirinya hendak mengatakan bahwa ia tidak paham sama sekali, latar tempat itu berputar membuatnya memejamkan mata erat.

Merasa sudah tak lagi berputar akhirnya Claretta membuka matanya perlahan. Hal yang pertama ia lihat adalah sebuah atap yang tampak kotor itu.

Gadis itu perlahan bangun dari tidurnya kemudian mulutnya membuka terkejut atas apa yang ia lihat.

Tujuh orang lelaki itu tengah berbaring bersimbah darah, tepat di jantung mereka tertancap beberapa anak panah.

Claretta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang