Part 11 : Dongeng dan Kenyataan Pahit

57 7 0
                                    

Sebuah ruang berbentuk persegi itu berwarna putih, didalamnya terdapat seorang gadis yang tengah terbaring tak sadarkan diri.

Tubuh gadis itu penuh luka, namun ia masih bernafas. Perlahan gadis itu membuka matanya dan terduduk, tatapannya yang sayu itu melihat ke sekelilingnya kemudian terhenti pada satu titik dimana lubang hitam yang muncul secara tiba-tiba itu.

Gadis itu mengerjapkan iris matanya yang berwarna emas, perlahan ia mulai bangun dari duduknya, meregangkan tubuhnya yang kerasa pegal, setelahnya ia berjalan mendekati lubang hitam diantara warna putih ini.

Jalannya yang terseok itu terhenti begitu mendapati pantulan dirinya sendiri, ia setengah membelagakan matanya melihat tubuhnya yang penuh luka itu.

"Pantulan apa ini?" tanyanya bingung setelah berjalan cukup itu baru ia temui pantulan dirinya.

Gadis itu menyentuh pantulan dirinya, namun seketika pantulannya lenyap tergantikan warna putih.

Ia menutup mulutnya terkejut lalu kembali berjalan terseok-seok, menghampiri lubang hitam diujung sana.

Sesampainya di sana, gadis itu mengulurkan tangannya menggapai lubang hitam itu. Namun kian ia mengulurkan tangan, kian menjauh lubang hitam itu.

"Yo!"

Sebuah sapaan terdengar di telinganya membuat gadis itu waspada melihat sekelilingnya.

"Di atas."

Satu kata lagi terucap membuat gadis itu terpaksa mendongakkan kepalanya melihat atasnya.

Dari atas muncullah seorang lelaki dengan parasnya yang rupawan, gadis itu tersentak begitu lelaki itu memegangi dagunya.

Iris matanya yang berwarna hitam itu menatap lekat iris mata empunya gadis itu. Seolah membuat gadis itu terjatuh dalam pesonanya.

Lelaki itu berdeham beberapa kali ketika melihat gadis itu tak berkedip sama sekali, "apa kau mengingatku?" tanyanya membuka percakapan.

Gadis itu menggeleng pelan membuat rambutnya yang pirang itu menyentuh jari jemari lelaki itu.

Dirinya tertawa seraya mengelus rambut pirang gadis itu, "Claretta ... aku akan mengajakmu berjalan-jalan di dimensi antara hidup dan mati ini!" begitu selesai mengucapkannya, ketika mata lelaki itu berkedip warna matanya berubah.

Lelaki itu menggenggam tangan Claretta membawa dirinya dan gadis itu memasuki lubang hitam.

***

Claretta mengerjapkan matanya, pemandangannya dihadapannya saat ini adalah dirinya sendiri yang berdiri disamping Caldwell.

Beberapa langkah didepan ada tiga orang gadis yang sempat ia labeli sebagai 'teman' itu sebelum kejadian di jalan Rote Reihe.

Tiga orang gadis itu tengah asik berbincang entah apa yang dibicarakan mereka, namun sepertinya bisa Claretta duga mereka tengah membicarakan sesuatu yang menarik. Topiknya mungkin pakaian yang sedang tren atau seorang lelaki tampan.

"Lihat disana."

Seseorang berbisik seraya membuat Claretta menolehkan kepalanya, beberapa meter dari ketiga gadis itu ada sebuah truk yang pengemudinya hilang kendali tengah mengarahkan mobilnya dengan kecepatan penuh kearah ketiga gadis itu.

Lagi-lagi dirinya dipaksa menoleh, melihat dirinya yang disana menangkap pengelihatan truk itu dari jauh segera berlari kearah tiga gadis itu dan berteriak.

Claretta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang