Gadis itu tengah terlelap dalam tidurnya, bermimpi tentang dirinya sendiri di dunianya yang berbeda.
Seorang lelaki dengan rambut abu-abunya itu selalu menemani gadis itu kemanapun ia pergi, bahkan mereka menjadi seatmate dikelas.
Lelaki itu selalu berbicara seperlunya dan terkadang lelaki itu membelanya ketika ada gadis lain yang menyakitinya.
Dia sangat rindu dengan lelaki yang tidak ia kenal itu, rasa sakit begitu kentara sekali di hatinya ketika lelaki itu tersenyum.
"Hei, bangun." sebuah suara terdengar menyuruhnya untuk bangun namun ia masih memejamkan matanya berusaha mengingat lelaki didalam mimpinya itu.
"Bangun."
Sebuah suara penuh penekanan itu membuat ia perlahan membuka matanya, seorang lelaki dengan surai cokelat terang dan disebelahnya terdapat wajah yang serupa namun dengan surai cokelat gelapnya.
Mereka sama-sama terdiam untuk beberapa saat hingga lelaki dengan surai cokelat terangnya itu tersenyum tipis, sementara gadis yang masih berbaring itu hendak bangun dan berteriak tapi lebih dulu ditutup mulutnya oleh kembaran dari lelaki itu.
Gadis itu menghela nafasnya ia melirik jam dinding yang terpatri tak jauh dari tempat tidurnya itu, "masih jam segini, Eurune ...." lirihnya setelah melepaskan tangan yang menutup mulutnya ia mulai meregangkan tubuhnya dan turun dari kasurnya itu.
Eurune melirik Eorone, anak kembar itu saling lirik satu sama lain kemudian melihat Claretta yang masih dengan wajah kantuknya.
"Clare teman," ucap Eorone sembari meraih kedua tangan Claretta membuat gadis itu sukses membuka kedua matanya sempurna.
Claretta terasa diberi cairan semangat oleh lelaki bersurai cokelat gelap yang tengah memegang tangannya ini.
"Isaac akan mengomelimu jika kau masih tidur, lebih baik kau bermain bersama kita."
***
Mereka bertiga memasuki aula sihir menunjukkan kemampuan masing-masing, mengubah sebuah benda, membuat benda itu melayang. Bahkan Claretta nyaris menguasai sihir tingkat lanjut, sihir rahasia.
"Muffliato." keadaan seketika hening beberapa saat hingga Eurune mendekati Claretta, "jarang sekali Eorone bertingkah seperti ini, apakah kau menggunakan sihir pemikat?" katanya sembari mengacungkan tangan.
Claretta menggelengkan kepalanya pelan kemudian melirik Eorone yang membuat lelaki bersurai cokelat gelap itu mengangkat sebelah alisnya.
"Tidak dengar!" raut wajah Eorone berubah ia mendekati Eurune sembari menggoyangkan tubuh kembarannya itu membuat Eurune membatalkan manteranya.
Pintu terbuka menampakkan seorang lelaki dengan rambut birunya yang dikuncir itu. Lelaki itu masuk lalu dengan segera menarik Claretta keluar dari aula dan membawa gadis itu menuju dapur.
Claretta mendelik begitu sampai di dapur ia dipakaikan apron sementara lelaki itu duduk manis dibangku yang disediakan dekat kompor.
"Memasaklah."
Sebuah decihan keluar dari mulut lelaki itu ketika Claretta mengambil alat masak dengan asal. Lelaki itu bangun dari duduknya membuat sebuah suara dan menghampiri Claretta.
"Kau tidak pernah memasak ya?" tebak lelaki itu seraya mengambil apron masak kemudian mengambil alat masak yang diambil Claretta.
Claretta melihat lelaki itu yang mengambil alat masak itu dengan sihirnya, "apa akan enak jika menggunakan sihir, Unwyn?" gadis itu menutup mulutnya sendiri tanpa sadar pertanyaan itu mencelos keluar begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Claretta [END]
Fantasía[Fantasy & (Minor)Romance] Claretta Nelson. Setelah mendengar ramalan dari seorang lelaki aneh bernama Onyx itu, Claretta mengalami kejadian aneh juga kejadian tak mengenakan. Claretta dicakar dan digigit oleh seekor kucing, kucing yang memiliki pen...