Part 22 : Dongeng dan Kunjungan Istana

12 2 0
                                    

"Kami kira ... kau sudah mati lagi!"

Alis Claretta tertaut membiarkan dirinya dipeluk oleh dua orang yang berwajah sama itu.

Tatapan Unwyn meredup ia kemudian berjalan dan mengambil telapak tangan Claretta, menciumnya sekilas kemudian ia pergi keluar dari ruangan itu.

Beberapa menit setelahnya, Eurune dan Eorone melepaskan pelukannya seraya tersenyum hangat salah satu dari mereka keluar mengikuti Unwyn.

Claretta mengerjap pelan ia melirik Eurune disebelahnya meminta penjelasan namun yang justru ia dapat adalah gelengan kepala dari lelaki itu.

"Clare, apa kau memang benar ingin hidup lebih lama?" sebuah pertanyaan rancu keluar dari mulut lelaki disebelahnya itu setelah sekian lama terdiam.

Keheningan kembali terjadi Claretta diam memikirkan apa yang terjadi beberapa saat lalu.

Claretta memegangi kepalanya rasa sakit seketika muncul membuat dirinya kembali ingat beberapa saat lalu, disebuah ruangan serba putih itu ada lelaki yang katanya ingin membunuhnya di kedua dunia.

"Aku masih hidup di sana ...?"

Lelaki itu berjalan kedepan Claretta memegang dahinya, "apa yang kau katakan di sana? Bukankah kau bilang kalau kau tidak mau mati lagi?"

Iris matanya yang berwarna emas itu menatap kosong, ia sedang memikirkan sesuatu tentang ruang serba putih itu dan juga tentang dongeng ini.

Lelaki yang tak dikenalnya itu mengatakan kalau ini berbeda dengan dongeng yang selalu dibacakan Cassie. Ya, dongeng ini berbeda.

"Tujuh kurcaci ... ah tidak tujuh pangeran." lirih Claretta sedikit berbisik membuat Eurune mengangkat sebelah alisnya.

Tak lama keheningan kembali terjadi hingga pintu terbuka menampakkan Obelix.

"Kita akan kembali pulang."

***

Sebuah istana tua dengan hutan yang mengelilinginya itu tampak begitu menyeramkan, sebuah air mancur yang sudah tak lagi mengeluarkan airnya serta taman yang tidak terawat sama sekali.

Mereka bertujuh menginjakkan kakinya di halaman istana tua itu, beberapa dari mereka bergidik ngeri dan beberapa darinya terperangah melihat betapa tidak terurusnya istana itu.

Pintu besar yang menjadi pintu masuk itu terbuka menampakkan seorang lelaki dengan surai putihnya itu tampak menyedihkan.

Lelaki itu berjalan sempoyongan kearah mereka, dirinya ditangkap oleh seorang lelaki bersurai hitamnya itu ditemani seorang gadis bersurai pirang.

"Ada apa, Alfrex?" tanya Obelix membuat diri Alfrex memegangi kepalanya yang tampak pening itu.

Sementara salah seorang dari mereka berjalan memasuki rumah kaca yang sudah kotor itu mencari tanaman obat yang mungkin bisa digunakan.

Eorone terdiam mematung tak lama ia mengikuti Unwyn yang berjalan ke rumah kaca dekat taman yang tak terurus itu.

Suasana hening itu membuat bulu kuduk beberapa dari mereka berdiri termasuk Claretta yang tengah membantu menopang tubuh Alfrex.

Mereka akhirnya membawa Alfrex masuk kedalam istana tua itu, pemandangan yang begitu tak terawat ditambah beberapa sarang laba-laba membuatnya seperti rumah hantu.

Claretta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang