Part 24 : Dongeng dan Apel

14 3 0
                                    

Keesokan harinya didalam istana tua yang sudah tak lagi berdebu itu, seorang gadis manis terlelap dalam tidurnya.

Gadis itu perlahan membuka matanya setelahnya ia berteriak kaget mendapati wajah seorang lelaki yang tinggal beberapa inci dari wajahnya itu.

"Claretta kecilkan suaramu nanti yang lain akan datang 'loh~" suara serak khas lelaki itu justru membuat Claretta berteriak lagi hingga akhirnya beberapa dari mereka datang menghampiri kamarnya.

Ada Eorone, Eurune dan Obelix yang menghampirinya mereka saling tatap satu sama lain hingga akhirnya Eorone menarik Endcly kearah pintu.

"Mati." katanya dengan ekspresi wajah yang tersirat amarah itu, Endcly yang harusnya takut justru malah mentertawakan perubahan raut wajah yang ditunjukkan adiknya itu.

Obelix mengangkat tangannya meminta mereka memperhatikan, dirinya kemudian melangkah mendekati Claretta.

Lelaki bersurai hitam itu memegang dahi Claretta kemudian dahinya setelahnya ia menempelkan dahinya pada dahi gadis itu membuat ketiga lelaki itu serta Claretta berwajah merah padam.

"Uh hei, aku hanya ingin memeriksa demamnya." ucap Obelix dengan santai sembari melirik baskom berisi air hangat itu, dirinya mendekat memeras kain yang berada disana kemudian meminta Claretta untuk kembali tiduran agar ia bisa menempelkan kain itu.

Sudah dua hari sejak kejadian malam itu kejadian dimana Obelix mengatakan kalau mansion tempat mereka tinggal telah ditemukan.

Claretta jatuh sakit, dirinya demam karena itu Obelix merasa amat bersalah hingga akhirnya ia memaksa pada Alfrex untuk merawat gadis itu hingga dirinya benar-benar pulih.

"Obelix ... aku sudah pulih." lirih Claretta berusaha bangun dari kasurnya namun lelaki bersurai hitam itu gigih untuk membiarkan Claretta tetap dalam posisi tidurnya itu.

Obelix menatapnya tajam kemudian menatap ketiga wajah saudaranya yang sudah merah padam karena kelakuannya barusan.

Lelaki itu kembali mendekat dan menempelkan dahinya pada dahi Claretta yang terbalut kain kemudian tersenyum tipis.

"Istirahatlah hingga nanti malam." katanya seraya meninggalkan kamar gadis itu melangkahkan kakinya pergi keluar kamar.

Tersisa-lah empat insan yang masih terdiam dengan tiga orang lelaki dengan wajah mereka yang merah padam.

Eurune menggaruk kepalanya, "k-kalau begitu kami permisi!" serunya sembari menarik Eorone keluar kamar.

Sementara Endcly yang masih terdiam ditempatnya itu menggaruk tengkuknya kemudian menutup wajahnya malu dan pergi tanpa permisi.

Merasa tinggal dirinya seorang, Claretta bangun kemudian melirik cermin yang tak jauh dari tempat tidurnya itu.

Gadis itu melangkahkan kakinya kearah cermin, begitu sampai ia menatap pantulan dirinya dengan gaun tidur yang kebesaran itu ditambah kain yang masih menempel pada dahinya.

Claretta lalu menempelkan tangannya pada pantulan cermin itu, ia menghela nafas panjang. "Aku seperti melupakan beberapa kejadian ...."

***

"Bagaimana keadaannya?"

Obelix masuk kedalam ruangan khusus milik Alfrex dan duduk disalah satu sofa besar itu. Lelaki itu tampak terlihat tengah mendongakkan kepalanya melihat langit-langit atap yang tampak sedikit berdebu itu.

Helaan nafas terdengar begitu panjang, "Retta sangat keras kepala." jawabnya membuat Alfrex tertawa.

Kursi besar itu berputar menampakkan seorang lelaki dengan surai putihnya yang tengah tertawa itu, Alfrex berjalan menghampiri Obelix kemudian duduk disamping lelaki itu.

Claretta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang