Part 26 : Dongeng dan Apel (2)

10 2 0
                                    

Unwyn mendelik tak berapa lama kemudian lelaki itu melepaskan pelukannya dan menampar Claretta membuat gadis itu terkesiap atas perbuatannya.

Mereka saling tatap satu sama lain dalam diam hingga akhirnya Alfrex datang menghampiri mereka dengan nafasnya yang terengah itu.

"Kau lari begitu cepat!" serunya sembari mengatur nafasnya kemudian berdeham dan bersikap anggun kembali. Tak lama Obelix, Eurune-Eorone, Endcly serta Isaac datang menghampiri.

Keadaan kembali hening, Unwyn akhirnya memutuskan untuk berdiri dan dirinya pun menghilang tanpa mengucap sepatah katapun.

Alfrex melirik Claretta mengabaikan adik lelakinya itu, lelaki bersurai putih itu mengulurkan tangannya yang langsung disambut dengan Claretta ragu.

Gadis itu melihat keenamnya satu persatu kemudian setetes air matanya mengalir, "apa salah jika aku hanya memikirkan diriku sendiri?"

Alfrex melirik kelima saudaranya itu seolah meminta untuk menenangkan gadis dihadapannya ini yang tengah mencengkram lengan bajunya kuat.

"Tidak, kau tidak salah ... tapi seharusnya kau memikirkan sekitarmu lebih baik." sebuah suara menenangkan telinga itu membuat mereka reflek melihat kearah Obelix.

Lelaki bersurai hitam itu berjalan menghampiri Claretta menepuk pucuk kepalanya beberapa kali kemudian menangkup kedua wajah gadis itu.

Obelix mengusap air matanya kemudian tersenyum tipis, "kau harus memikirkanku, Alfrex atau yang lainnya ... karena kami juga memikirkanmu."

***

Entah sejak kapan mereka yang awalnya bingung atas kedatangan Claretta pada mansion itu mulai menerima gadis itu apa adanya.

Gadis pendiam yang begitu dirinya bicara ia hanya mengatakan bahwa ia ingin hidup lebih lama.

Sudah minggu ketiga atau mungkin minggu kelima sejak dirinya tinggal dan ia bisa hidup selama itu. Tak bisa dipungkiri hingga sekarang ia selalu mengatakan ingin hidup lebih lama, mengabaikan empat minggu terakhir bahwa ia masih bernafas hingga detik ini.

Seorang lelaki bersurai biru itu tengah menyesap tehnya sesekali dirinya menghela nafas panjang tak habis pikir apa yang tengah dipikirkan oleh gadis itu.

"Ck, gadis itu terlalu polos!" dia berdecak seraya menaruh cangkir itu dengan kasar menyebabkan teh itu tumpah sedikit.

Sekali lagi ia menghela nafasnya kemudian bangun meregangkan otot-otot tubuhnya. Ia merasa sudah tidak meregangkan tubuhnya itu selama tiga hari, namun kenyataan baru kemarin saja ia tak melakukannya.

Sejak kemarin Claretta dirawat penuh dengan Alfrex dan juga Obelix, mereka seperti mempunyai bakat yang muncul secara mendadak dalam merawat orang itu.

"Unwyn." pintu terbuka menampakkan anak kembar, salah satu dari mereka menghampiri lelaki itu lebih dulu diikuti yang satunya.

"Claretta ... panggil." lirih Eorone membuat lelaki bersurai birunya segera melirik lelaki itu.

Unwyn terkesiap begitu Eorone menganggukkan kepalanya, dan akhirnya lelaki itu kembali melirik Eurune kakak kembar dari Eorone.

Eurune memutar bola matanya kemudian melompat kecil, "mengapa kau sama sekali tidak percaya!?" katanya dengan alis tertekuk.

Lelaki itu hanya terkekeh mendengar tutur kata dari Eurune kemudian ia melangkahkan kakinya menuju kamar gadis itu. Ia ingin meminta maaf sebelum terlambat.

Claretta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang