Part 14 : Dongeng dan Dunia Lain

51 8 0
                                    

"Putri Snow, sudah saatnya Anda bangun." sebuah suara menyapa indera pendengarannya disertai sebuah cahaya yang menyilaukan mata itu kala seorang pelayan membuka tirainya.

Ranjang tidur berukurang king-size itu berisi seorang gadis yang masih terlelap dalam tidurnya, gadis itu sedikit melenguh begitu menangkap cahaya yang samar-samar.

"Pagi ...." lirihnya sembari mendudukkan dirinya, dihadapannya yang terdapat sebuah cermin besar itu memantulkan wajah khasnya yang baru saja bangun tidur itu.

Rambut pendek berwarna hitamnya serta iris mata berwarna senada mengerjap pelan. Sepertinya ia kehilangan sesuatu yang begitu penting.

Tanpa memperdulikan itu, gadis yang dipanggil Snow itu meregangkan otot-ototnya setelahnya ia beranjak turun dari kasur itu.

Melihat dirinya sepenuhnya di cermin besar itu, para pelayan membuka pintu setelah mengetuknya mereka dengan serempak menghampiri Snow lalu mendandani gadis itu.

Saat salah seorang pelayan ingin menaruh mahkota di kepala gadis itu, Snow memberhentikannya kemudian menyuruh pelayan itu menaruh kembali mahkotanya.

Snow menatap lekat pantulan dirinya yang tanpa mengenakan mahkota itu lalu ia tersenyum tipis.

"Aku ingin berjalan-jalan ke desa!"

***

Snow memijakkan kakinya di desa Schenee, sebuah desa dimana tumbuhan hijau terlihat sejauh mata memandang. Desa yang begitu asri.

Gadis itu melangkahkan kakinya dengan anggun, sedikit melambaikan tangannya pada penduduk yang menundukkan kepalanya begitu mereka melihat gadis itu berjalan dengan riangnya.

Sementara dibelakangnya terdapat satu orang pelayan dan satu orang prajurit yang ditemuinya di padang bunga itu.

Gadis itu berhenti sebentar, membuat pelayan yang mengikutinya dari belakang menubruk badannya.

Pelayan itu segera membungkukkan badannya sembilan puluh derajat, Snow menolehkan kepalanya, iris hitamnya melihat pelayan itu dengan ramah kemudian memintanya untuk berhenti membungkukkan badan.

"Maaf, salahku." ucap Snow setelahnya ia kembali berjalan mengelilingi desa Schenee mengabaikan pikirannya yang dipenuhi kejanggalan.

Gadis itu kini terhenti disebuah toko butik antik, dengan mengucap permisi ia memasuki toko itu dan melihat-lihat hingga seorang wanita parubaya datang menghampirinya.

"Selamat datang, suatu kehormatan melihat Anda disini Tuan Putri."

Wanita parubaya itu menunduk hormat, "silahkan, akan saya perlihatkan desain andalan desa kami." sambungnya sembari menuntun Snow masuk kedalam toko butik itu.

Toko butik antik yang tidak terlalu besar ini berbentuk persegi panjang, walaupun tak seberapa tapi harganya pantas dibeli untuk di desa asri ini.

Snow membelagakan matanya begitu melihat pakaian yang simpel tapi terlihat memukau itu. Tanpa berkedip, Snow memegangi pakaian simpel itu.

"Kami menyebutnya gaun sederhana!" Snow berbalik melihat ekspresi yang ditunjukkan oleh wanita parubaya itu tampak senang melihat dirinya senang.

Snow tersenyum lebar, "bolehkah aku mengambil ini?"

"Tentu saja!"

Setelah membeli pakaian yang disebut gaun sederhana itu, Snow dan pelayan serta prajurit kembali berjalan mengelilingi desa.

Claretta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang