Part 25 : Dongeng dan Grimm Exyotte

15 2 0
                                    

Ruangan yang mencekam itu dengan sebuah meja besar ditengahnya serta kursi besar yang menghadap kebelakang itu, kursi itu berbalik menampakkan seorang lelaki dengan wajah angkuhnya.

Lelaki itu berdecih sudah hampir beberapa minggu sejak orang yang ia sukai telah menipunya. Sejak dirinya menyatakan akan membunuh gadis yang menipunya, menyamar sebagai Putri Snow.

"Maafkan saya Pangeran Grimm." pintu dihadapannya terbuka menampakkan seorang lelaki tua yang mengenakan pakaian pelayan.

Lelaki bernama Grimm itu berjalan mendekati pelayan tua itu dengan langkah yang dihentakkan.

Begitu sampai dihadapan pelayan tua itu, Grimm menendang tubuh pelayan itu. "Dasar tidak berguna!"

Membiarkan pelayan itu meringis kesakitan setelah puas menendangnya Grimm berjalan menuju kursi besarnya itu kembali untuk duduk.

Kepalanya ia taruh diantara lipatan tangannya itu, pikirannya selalu melayang pada gadis pujaannya namun pikiran itu seketika berubah begitu sosok gadis lain yang menipu menyamar menjadi Snow.

Pintu terketuk beberapa kali membuat Grimm menghentakkan tangannya dan menyuruh yang mengetuk itu untuk masuk.

Tampak seorang lelaki bertudung memasuki ruangan itu dengan nafasnya yang terengah seolah sedang dikejar sesuatu.

"Katakan, kau pasti sudah menemukan sebuah infonya 'kan?"

***

Kerajaan yang tampak damai itu seketika berubah begitu seorang lelaki datang dengan beberapa prajuritnya.

Lelaki dengan wajah angkuhnya itu berjalan menghentak-hentakkan kakinya membuat beberapa penduduk disekitar bergidik ngeri.

Hingga lelaki itu tiba pada gerbang yang masih tertutup itu, tangannya terangkat mengarah pada pintu gerbang itu.

"Bukakan gerbangnya!" titahnya pada penjaga yang berada di pintu gerbang itu, penjaga itu menundukkan kepala dalam meminta maaf yang membuat lelaki itu berdecih.

"Pangeran Grimm, jika kita tidak bisa masuk melewati gerbang ini, maka kita tinggal berteleportasi saja kedalam ruang ratu." lelaki bertudung disampingnya itu berbisik membuat Grimm menganggukkan kepalanya setuju.

Kedua lelaki itu menghilang dan muncul di ruangan pribadi dari sang ratu. Ruangan yang minim pencahayaan itu terdapat siluet yang berada ditengah-tengah ruangan tengah duduk diam.

Tak lama begitu merasakan Grimm dan lelaki bertudung itu berjalan mendekatinya, siluet itu terkekeh pelan.

Siluet yang semula menundukkan kepalanya kini mendongak, "apa yang kau inginkan lagi dari Snow?" tanyanya bersamaan dengan lampu menyala di ruangan yang tadinya minim itu menampakkan seorang wanita parubaya yang mengenakan mahkota.

Wanita parubaya itu menutup mulutnya menggunakan kipas lalu terkekeh lagi, "apa kau tidak puas menjadi bayang-bayang yang menghantui putriku? Dia hanya ingin hidup lebih lama."

Grimm memutar bola matanya, perlahan ia mendekati sang ratu namun langkahnya terhenti karena lelaki bertudung itu menariknya mundur.

Bersamaan dengan itu beberapa anak panah mencuat menembaki lantai marmer yang menjadi tempat Grimm memijak sebelumnya.

"Kau hebat juga bisa mengetahui perangkap itu."

Grimm mendelik ia hendak mengeluarkan bilah pedangnya namun ditahan oleh lelaki bertudung itu.

Lelaki bertudung itu berjalan santai kedepan sang ratu tanpa memperdulikan beberapa genjatan senjata yang mencuat muncul menyerangnya namun lelaki itu juga dengan mudahnya menghindari.

Claretta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang