Epilog

6.8K 810 135
                                    

31 Oktober 2020

Menikmati angin yang berembus kencang, Sri duduk di sofa dan menatap ke luar jendela penginapan. Ia membiarkan rambut sebahunya terbang terbawa arus angin. Malam ini Pantai Balekambang terlihat begitu gelap, meski masih terdapat pantulan bulan dan para anaksatra di permukaan air laut. Dari tempatnya duduk saat ini, terlihat Pura Balekambang yang berdiri megah di atas sebuah karang besar, sehingga tempat ini disebut-sebut sebagai Tanah Lot milik Jawa Timur. Para lelaki menempati kamar sebelah, Sri hanya berdua bersama Ayu. Oh mungkin tidak. Tidak mungkin tidak ada makhluk tak kasat mata yang menemani mereka malam ini.

Ayu baru saja dari kamar kecil untuk membersihkan muka menjelang tidur. Merasa belum mengantuk, ia bergabung dengan Sri yang masih sibuk melamun. Gadis itu takut bahwa Sri disambet makhluk tak kasat mata jika melamun malam-malam sembari menatap hamparan pasir pantai.

"Sri ... kok melamun?" tanya Ayu sembari mendaratkan pantatnya di sebelah Sri. Gadis itu membuka sebotol air mineral dan meneguknya untuk menuntaskan dahaga. Gadis itu masih sedikit syok dengan pengutaraan Dipuy siang tadi, tetapi mencoba berlaku biasa saja. Terlebih di hadapan sahabat barunya. Ayu tidak ingin membuat Sri merasa tidak nyaman.

Sri tersenyum, tetapi tak mengalihkan pandangannya dari laut lepas yang berkilau sekaligus menyeramkan di saat yang bersamaan. "Tidak kenapa-kenapa, Mbak. Hanya kepikiran sesuatu."

"Kepikiran apa?"

"Kepikiran alasan kenapa aku selalu merasa sedih setiap datang ke pantai dan coban." Ah, Ayu mengerti perasaan itu. Ia selalu merasa familier ketika mengunjungi pantai-pantai di Malang Selatan, terutama Pantai Parangdhawa. Ia menyadari, hal tersebut disebabkan oleh adanya sisa-sisa memori dan keberadaan Gauri di tempat itu. Jiwanya pernah berkelana di tempat itu ratusan tahun yang lalu.

"Mungkin itu ada hubungannya dengan past life kamu," celetuk Ayu tanpa sadar. Tubuhnya menegang, untung saja ia tak keceplosan membicarakan tentang lamaran Hayam Wuruk di Pantai Parangdhawa. Sri tersenyum kecil ketika mendengarnya, masih tak menoleh ke arah Ayu. Ia masih mendaratkan pandangannya kepada laut dan pantai yang mungkin memiliki hubungan dengan past life-nya, seperti yang dikatakan oleh Ayu.

"Kamu percaya reinkarnasi, Mbak?"

"Percaya. Meski keyakinanku tidak membenarkan tentang reinkarnasi, aku percaya. Aku percaya bahwa diriku pernah hidup di masa yang lampau dan terlahir kembali di masa sekarang," ucap Ayu hati-hati, takut membocorkan rahasianya sendiri. Bagaimanapun ia telah berjanji kepada Elang. Sedekat apapun dirinya dengan Sri, Ayu tidak akan berani membeberkan hal tersebut. Terlebih, setelah mendengar pengakuan Dipuy tadi. Jujur, ia ketakutan. Ia benar-benar sudah menganggap Sri sebagai keluarga sendiri, tak ingin semua hancur karena keegoisannya seperti yang sudah-sudah. Meski, ia akan tetap memilih Dipuy jika dihadapkan dengan opsi antara sahabat atau kekasih.

Kali ini, Sri menoleh dan menatap Ayu dalam-dalam. Terlihat keseriusan dalam matanya, tak ada lagi tatapan jenaka yang ditunjukkannya hampir sepanjang perjalanan tadi. "Konsep reinkarnasi sesungguhnya tidak sesimpel itu, Mbak."

"Maksudnya?" Ayu bertanya dengan alis bertautan. Sejak awal melihat Sri, Ayu tahu bahwa gadis itu misterius. Ada kalanya Ayu sama sekali tak bisa menebak jalan pikiran Sri. Kini gadis itu menyadari bahwa dahulu kala, sosok yang memiliki jiwa yang sama dengan Sri memang bersifat mirip dengan Sri. Putranya dulu pernah ketakutan jika berhadapan dengan sosok berpengaruh dan penyayang itu, sekaligus sangat menghormati dan menghargainya.

"Mari kita buat sebuah contoh kasus. Misalnya Mbak Ayu pernah hidup di masa Majapahit dan bertemu dengan seorang lelaki. Mbak Ayu secara tidak maupun sengaja, melukai lelaki itu dan karma dari tindakan tersebut terbawa hingga ke kehidupan yang berikutnya. Mbak mengira bahwa karma itu akan tuntas di kehidupan Mbak yang sekarang. Akan tetapi, bagaimana jika ternyata ada masa kehidupan lain di antara kedua kehidupan itu?" tanya Sri, matanya menatap lekat-lekat netra Ayu yang berkilau karena cahaya lampu penginapan.

"M-maksudnya bagaimana?" Ayu kebingungan, otaknya tak bisa menangkap apa yang dibicarakan Sri. Ia terlalu gugup dan merasa diintimidasi oleh Sri. Aura kebangsawanannya sangat kental, meski kini terlahir sebagai rakyat biasa yang sepertinya tidak terlalu memberi perhatian kepada dunia perpolitikan Indonesia. She has traits of a queen and it will never change.

"Kuperjelas saja. Misalnya, kehidupan Mbak di masa Majapahit adalah kehidupan yang pertama. Mbak Ayu kira kehidupan kamu yang sekarang adalah kehidupan yang kedua. Bagaimana jika ternyata kehidupan Mbak Ayu yang sekarang adalah kehidupan yang ketiga atau bahkan keempat?" Ah, Ayu menangkap arah pembicaraan Sri. Bagaimana jika seandainya reinkarnasi Gauri sebelum dirinya telah bertemu dengan reinkarnasi Hayam Wuruk sebelum Dipuy? Mungkin seperti itu maksudnya. Hmm ... masuk akal juga. Gadis itu jadi curiga kalau Sri tahu tentang past life Ayu dan Dipuy. Seperti yang sudah ia katakan, Sri sedikit misterius dan pembicaraannya tak seperti remaja pada umumnya. Ayu pun sudah tahu bahwa persahabatan Dipuy dan Sri masih ada hubungannya dengan past lives mereka.

"Kalau karma itu telah selesai di kehidupan sebelumnya, lalu kenapa perasaan itu tetap ada? Sebesar apa dosa itu, sehingga Tuhan memberi hukuman ini?" tanya Sri dengan sebulir air mata yang menetes dari pelupuknya. Tanpa aba-aba, keseriusan yang ditunjukkannya tadi berubah menjadi kebiruan. Ada rasa sedih yang amat mendalam di dada gadis itu, Ayu bisa merasakannya karena batin mereka terhubung setelah hampir tujuh abad lamanya bertemu kembali.

"Kenapa Tuhan menghukumku dan Putri?" lanjut Sri dengan tangisannya yang semakin deras. Terkesiap, Ayu tak mengira bahwa Sri akan menangis di hadapannya. Pun ia tak mengira bahwa ternyata apa yang dikatakan Sri sebelumnya tak ada sangkut pautnya dengan Dipuy maupun Ayu. Apakah tadi Sri membicarakan dirinya sendiri? Atau memang benar Sri membicarakan tentang Ayu dan Dipuy? Mungkinkah mereka berdua sudah pernah bertemu di kehidupan sebelum ini dan sudah saling menepati janji? Ayu kebingungan. Jika dugaannya benar, lalu kenapa Sri menangis? Siapa pula Putri? Kenapa Sri memiliki begitu banyak kemisteriusan dalam hidupnya?

Menghapus air matanya, Sri kembali menatap Ayu sehingga gadis itu merasa terintimidasi. Ayu tak bisa berkata-kata, tak bisa menanyakan identitas Putri ketika Sri melontarkan sebuah penyataan dan pertanyaan sekaligus. Jantung Ayu berdegup dengan kencang, brutal, sehingga terasa jika organ yang memompa darah ke seluruh tubuh itu bisa meledak seketika.

"Ah sial. Niat hati berlibur untuk keluar dari kubangan tanda tanya, aku malah terperangkap dalam pertanyaan yang lebih besar. Aku tahu apa yang kamu ketahui, Mbak. Sebenarnya apa hubunganmu dengan Hayam Wuruk?"



***



TAMAT



***



Halo semuanya, Roserian Blue di sini. Tadinya aku ingin mengupdate bab Epilog selepas maghrib, tetapi ada suatu undangan acara yang membuatku harus menundanya. Silakan tanyakan apa pun pada bab ini. Untuk yang bertanya apakah ada lanjutannya? Tentu saja ada, tetapi masih membutuhkan waktu agar aku dan shanertaja bisa mempublikasikannya. Ya, lanjutan cerita ini adalah hasil kolaborasi kami berdua. Jika ada pertanyaan mengenai proyek berikutnya, bisa ditanyakan di sini, ya.



***



6 Juni 2021 oleh Roserian Blue

Lelara Ing AtiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang