1 | Purwakaning Dumadi

8.2K 1K 21
                                    

Purwakaning Dumadi = Awal Kejadian



***



27 Januari 2016

Pagi hari yang sejuk serta mentari yang hangat, siswa kelas 8C memenuhi lapangan voli sekolah untuk melakukan penilaian permainan baseball. Guru olahraga mereka, Pak Danu memanggil satu per satu siswanya dan membagi mereka ke dalam dua tim. Beliau berkata, "Lumiere dan Elang harus dipisah, mereka berdua sering curang dan mengerjai tim lawan."

Beberapa siswa yang merasakan kebenaran dari ucapan Pak Danu pun mengangguk setuju. Dan, jadilah sepasang sahabat itu terpisah.

"Aku tidak akan mengalah ke kamu, Lang," ujar Lumiere sembari memasang wajah sombong, mengejek Elang.

Elang terkekeh dan menggeleng-gelengkan kepalanya. "Coba saja kalau bisa mengalahkanku, kau akan kutraktir makan di kantin selama sebulan penuh."

"Hoooooooh ... menarik." Lumiere memberinya tatapan licik. Alis lelaki itu naik turun, seperti karakter antagonis dalam suatu film, membuat Elang mendengus tertahan. Tak lama kemudian, masing-masing tim menempati posisinya masing-masing. Dan pertandingan pun dimulai.

"Home run!" pekik Elang antusias ketika berhasil memukul baseball hingga bola itu hilang dari pandangan. Ia berlari kencang, tak mempedulikan tim sebelah yang berusaha menghalaunya. Rekan satu tim Elang memekik, memanggil nama sekaligus menyemangati lelaki itu. Dengan cekatan, ia berlari melewati base satu dan dua. Namun, ia dihadang oleh tim lawan yang sudah berhasil menemukan bola.

"Kamu udah gak bisa lari dari hadapanku, Lang!" ujar Lumiere sembari tersenyum sinis, melihat sahabatnya yang seketika kebingungan. Tangannya memainkan baseball dan melemparkannya kuat-kuat ke arah Elang. Demi menghindarinya, Elang terjembab dan jatuh ke tanah. Seragam olahraganya sobek di bagian lutut yang terluka.

Lumiere membantu sahabatnya itu berdiri dan menertawainya. "Dasar cupu. Gitu aja jatuh."

Elang meringis. "Hei, manusia itu bisa kehilangan keseimbangannya. Aku bukan cupu, cuma gak bisa mempertahankan keseimbangan."

"Ingat janjimu, Cupu. Traktiran sebulan penuh," kata Lumiere sembari menaik turunkan alisnya. Amara yang berada tak tauh dari sana hanya bisa bergidik jijik. Lumiere dan Elang sama-sama berasal dari keluarga yang terlampau mampu untuk membayar seratus ribu sekali makan, namun mereka berdua masih melakukan pertaruhan ini? Ngadi-ngadi memang.

"Kita hitung dulu sebanyak apa home run yang bisa dilakukan masing-masing orang. Yang paling sedikit harus menraktir selama sebulan penuh dan menjadi budak sang pemenang," ucap Elang percaya diri. Lumiere semakin bahagia dan bertekad untuk menang apa pun yang terjadi. Memiliki Elang sebagai budaknya selama sebulan penuh terdengar sangat menarik di telinganya.

Pertandingan pun berlanjut, hingga tim penjaga berhasil menangkap salah satu tim pemain. Keadaan seri, mereka sama sekali belum mampu melakukan home run. Kini giliran Lumiere yang memukul baseball. Sebelum melakukannya, ia melihat sekeliling. Jam pelajaran akan segera berganti beberapa menit lagi dan biasanya kelas 8E sudah selesai melakukan pelajaran sebelumnya dan akan berbondong-bondong menuju kamar mandi sekolah untuk berganti pakaian olahraga. Ini adalah kesempatan bagus untuk merusak konsentrasi Elang.

Usaha Lumiere hampir gagal. Baseball dapat ditangkap oleh rekan Elang dan mengopernya kepada Elang yang berada di dekat base terakhir. Namun, meleset dan Elang tak berhasil menangkapnya. Mata Elang yang menangkap keberadaan Damar membawa seraga olahraga di dekat baseball itu langsung berteriak, "Damar tolong lemparkan bola di sebelah kakimu!"

Lelara Ing AtiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang