11 | Njajah Desa Milang Kori

4.1K 697 39
                                    

Njajah Desa Milang Kori = Njajah desa (menjelajahi desa), milang kori (menghitung pintu). Maknanya, melakukan perjalanan mencari pengalaman hidup ke berbagai wilayah untuk mengenal kehidupan di sana, serta memahami watak perilaku penduduknya.

***



1356

Sudah bukan rahasia bahwa di antara putri-putrinya yang lain, Sudewi merupakan kesayangan Wijayarajasa. Meski terlahir dari rahim seorang selir sebelum resmi menikah dengan Rajadewi, Wijayarajasa membesarkan Sudewi dengan penuh kasih sayang dan bergelimangan harta. Sebab itu, sejak kecil putrinya sudah dijodohkan dengan Hayam Wuruk yang sudah empat tahun ini menjadi maharaja di Ibukota Trowulan. Untuk memuluskan rencana tersebut, Wijayarajasa membuat putrinya Indudewi menjadi anak angkat dari Tribhuwana Tunggadewi. Apa pun yang Sudewi inginkan, Wijayarajasa selalu berusaha memenuhinya. Sudewi pun tinggal di keraton utama Wengker, berdampingan dengan ayahandanya. Dilihat dari kecantikan paras dan kecakapannya dalam berbagai bidang, tak heran Sudewi bisa menjadi putri kesayangan seorang Bhre Wengker.

Sudewi suka membaca cerita legenda dan dongeng atau dengan mendengarkannya secara langsung dari para adicarita. Wijayarajasa rutin memanggil seorang adicarita (pendongeng) setiap bulannya untuk memenuhi hasrat putrinya yang ingin mengetahui segala hal yang ada di dunia ini. Beberapa waktu yang lalu, Wijayarajasa memanggil seorang adicarita Jambudwipa (India) yang kebetulan tengah berkelana di tanah Jawa. Sudewi amat sangat tertarik dengan cerita mengenai Dewa Wisnu yang menjelma sebagai Krishna. Dalam kisah pewayangan Jawa juga ada Krishna yang sekujur tubuhnya berwarna hitam pekat, mulai dari kulit, daging, hingga darahnya. Sudewi penasaran, mengapa Krishna di India digambarkan berkulit biru langit? Padahal menurut penjelasan sang adicarita, Krishna dipadankan dengan kaalee yang berarti hitam.

Semakin kemari, Sudewi semakin bosan mendengarkan kisah-kisah dari tanah Majapahit dan sekitarnya. Ia menginginkan sesuatu yang baru, yang tidak berkaitan dengan kepercayaan Hindu atau Buddha. Menyadari kegelisahan sang putri tersayang, Wijayarajasa memanggil seorang adicarita dari daerah Eropa yang kebetulan tengah singgah di Majapahit selama beberapa waktu terakhir. Dari yang terdengar, adicarita tersebut sangat mahir berbahasa Jawa Kuno.

Adicarita itu bernama Anglo Fox. Bermarga Fox sebab seluruh anggota keluarga besarnya memiliki rambut merah seperti rubah. Ia percaya bahwa nama depannya diambil dari nama lama Britania sebelum runtuh akibat serangan Kekaisaran Norman dua ratus tahun yang lalu, Anglo-Saxon. Lelaki muda itu tak ada hentinya mengagumi keindahan Keraton Wengker. Di kawasan Eropa banyak kastil-kastil dan istana yang lebih megah. Namun, tetap saja keraton-keraton di kawasan Majapahit tidak dapat ditandingi keindahannya.

Selama berkelana keliling dunia, ia jadi sadar bahwa keindahan ada berbagai macam bentuknya. Jika para gadis Eropa berlomba-lomba memiliki kulit paling pucat, maka gadis-gadis di kawasan Hindia memiliki warna kulit yang lebih beragam. Kuning langsat, putih cerah, sawo matang, hingga hitam manis. Ia merasa kecantikan gadis-gadis itu tak kalah dari para putri Inggris dan Prancis. Apalagi setelah ia bertemu dengan sang putri kesayangan Bhre Wengker. Di matanya, Sudewi adalah berlian di ujung dunia.

Sang putri ternyata menyukai cerita-cerita yang ia bawakan. Ia menceritakan legenda yang paling populer sepanjang masa, mengenai dewa-dewi Yunani. Mulai dari Poseidon yang memiliki trisula, Hades penguasa neraka, hingga perselisihan di antara mereka. Semua cerita itu takkan habis dalam sehari, maka Sudewi meminta lelaki itu untuk datang di kemudian hari. Anglo sudah tentu bahagia, lelaki keturunan Jerman, Britania, dan Dutch itu senang bisa membagi ilmu kepada sang putri. Dan hari ini, ia datang kembali untuk melanjutkan cerita tentang ayah dari para dewa-dewi Yunani, Kronos sang Titan yang memakan anak-anaknya sendiri.

Lelara Ing AtiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang