14 Maret 2020
Senja yang indah, suara sorak-sorai penonton yang menikmati pertunjukan Ardhito Pramono masih terdengar jelas, melesak masuk ke dalam pendengaran. Lampu-lampu jalanan sudah mulai dinyalakan, begitu pula lampu sorot warna-warni yang membuat kemeriahan acara pentas seni ini begitu terasa. Siapa pun yang menjadi panitia acara ini pasti sudah bekerja begitu keras dan sebentar lagi mereka bisa beristirahat sembari membaca koran dengan headline bertajuk "Pensi siswa SMA mampu mengguncang Bumi Arema dengan empat guest stars papan atas." Yap, kerja keras mereka akan terbayarkan.
Seorang lelaki dengan seragam panitia pensi berjalan cepat sembari membawa sebuah kamera, melewati ratusan pengunjung maupun panitia yang memadati jalan menuju gerbang. Matahari sudah hampir tenggelam dan ia ingin memperingatkan sie keamanan untuk memperketat penjagaan agar tak ada penyusup saat malam tiba. Acaranya kali ini harus sukses besar tanpa dinodai satu pun kejadian tak sedap. Name tag-nya menunjukkan bahwa lelaki itu merupakan ketua pelaksana dari pensi paling akbar di Malang tahun ini.
Sesekali ia membalas sapaan orang-orang yang mengenalnya. Ia merupakan panutan bagi orang-orang di sekitarnya. Muda, disebut-sebut tampan, pekerja keras, rajin, dan pandai. Banyak yang mengidolakannya, tapi lelaki itu tak berminat berdekatan dengan para perempuan, kecuali sang ketua OSIS dan seorang jurnalis perempuan yang membantunya membuat artikel-artikel mengenai sekolah tercinta.
Setelah membelah lautan keramaian, ia menepuk punggung kepala sie keamanan yang berjaga di gerbang. "Hoi Dwi, tolong jagain beneran nih gerbang. Kita punya para guest stars ternama, bakal jadi bencana kalau ada apa-apa."
"Tenang aja, Pak Bos. Aku bakal berusaha semaksimal mungkin untuk mengehalau para penyusup atau fans fanatik. Kita punya kru terbaik di sini dan kamu sebaiknya pergi memonitor sie-sie lain. Ketua pelaksana kok kerjaannya kelayapan bawa kamera. Memangnya sie dekdok pada ke mana semua?" tanya lawan bicaranya yang bernama Dwi. Ia menatap penampilan sang ketua pelaksana yang sedikit acak-acakan dengan kantong mata yang menghitam, sebab selama beberapa bulan terakhir tak mengatur jadwal tidur demi keberhasilan acara yang mampu mengharumkan almamater mereka.
"Oh ini?" tanya sang ketua pelaksana. "Aku cuma megangin punya Sri, si jurnalis sekolah. Dia lagi kebelet boker terus kebetulan aku lewat di depannya. Jadinya dia nitip."
"Lah, sebenarnya kamu bisa ngehubungin aku lewat walkie-talkie. Kenapa jauh-jauh kemari, bawa kamera semahal sepeda motor pula. Rusak baru tahu," ejek Dwi, berniat mengusir sang ketua pelaksana.
Tak lama kemudian suara musik padam, tergantikan oleh suara adzan maghrib. Lelaki itu berpamintan kepada Dwi, "Lah benar juga, aku lupa kalau punya nih benda karena terlalu sibuk dan bingung mau ngapain dulu. Aku balik ke belakang panggung dulu, deh. Jangan lupa, Dwi. Aku minta tolong buat kamu untuk menjaga acara ini baik-baik. Kalau ada apa-apa jangan lupa untuk langsung kabarin aku, ya."
"Sip sip, sana atur anak buahmu yang lain. Jangan mengkhawatirkan gerbang karena sudah ada aku sama tim keamanan yang kita sewa dari luar," ujar Dwi sembari mendorong-dorong sang ketua pelaksana.
Di tengah suara adzan yang berkumandang, sang ketua pelaksana berjalan menjauh, berniat memasuki area belakang panggung dan melakukan tugasnya dari sana. Ah, sungguh rasanya ia kuwalahan mengatur banyak hal. Ia terheran-heran ketika melihat seorang perempuan yang tak dikenalnya berlari sembari meneteskan air mata, terlebih ketika kakak kelas yang ia kenal mengejar perempuan itu.
Ia menyambar lengan kakak kelasnya. "Mas Elang, ada apa?"
Namun, Elang melepaskan cengkraman tangan sang ketua pelaksana dan mengejar perempuan itu tanpa sempat menjawab pertanyaan. Ia semakin keheranan ketika melihat kakak kelasnya yang lain, Damar ikut berlarian. Dan ia terkejut ketika Sri tiba-tiba muncul di sampingnya dan mengambil kembali kameranya.
"Kenapa Puy? Kok ada orang lari-larian seperti di film India?" tanya Sri sembari mengalungkan kembali kameranya dan mengatur settingannya.
Sang ketua pelaksana hanya mengangkat bahunya pertanda tak tahu. Ia hendak berjalan menjauh ketika terdengar suara tabrakan dan pekikan Sri di telinganya. Gadis itu lalu menarik lengan sang ketua pelaksana untuk melihat apa yang terjadi. "Puy ... puy ... ada kecelakaan, Puy! Bukannya itu Mas Elang sama mbak-mbak yang tadi lari?"
Begitu sampai di luar gerbang, ia melihat dua orang tersebut terkapar di jalan dengan darah yang mengucur deras dari kepala, serta Damar yang kelabakan. Dwi mendekatinya, "Bos, serius ini ada di luar kuasaku. Aku gak tahu kalau mereka bakal menerobos penjagaan di gerbang. Kejadiannya cepet banget, dalam sekejap mata mereka tertabrak truk itu!"
Di sisi lain, Damar menggenggam tangan perempuan yang tertabrak itu. Wajahnya terlihat begitu khawatir, ia memaki sang ketua pelaksana yang hanya mampu diam mematung. "Kamu panitia kok malah diam saja? Cepat panggilkan ambulance!"
"Dwi, lebih baik kamu pastikan agar kejadian ini gak terdengar sama orang-orang di dalam karena bakal mengundang kehebohan dan kecemasan. Sekarang aku mau menelpon ambulance dulu," kata Sri, menggantikan sang ketua pelaksana yang tampaknya masih syok dengan apa yang terjadi. Sri mengeluarkan gawainya dan menghubungi rumah sakit terdekat untuk segera mengirimkan bantuan.
Jantung sang ketua pelaksana berdebar kencang, kakinya terasa lemas. Kerja kerasnya selama beberapa bulan ini akan berakhir sia-sia dengan setitik noda. Tak dia sangka, yang merusaknya bukanlah penyusup, melainkan sebuah kecelakaan yang tidak bisa ia antisipasi.
Mana ia tahu jika akan terjadi kecelakaan kepada dua pengunjung pensi ini. Terlebih, salah satunya adalah putra donatur terbesar acara, Raditya Elang Hadiwangsa.
***
13 November 2020 oleh roserianblue
KAMU SEDANG MEMBACA
Lelara Ing Ati
Historical Fiction[Cakrawala Mandala Series #2] Jika Sang Hyang Adi Buddha berbaik hati mengembalikan jiwanya ke tubuh Ayu, akankah gadis itu mampu menemukan dan menaklukkan kekasih hatinya? Namun, mungkin Sang Pencipta takkan memberikan jalan yang mudah. Sang Hyang...