11. Special Day

41 7 3
                                    

Aku terbangun terlalu pagi. Jam masih berada di pukul 1 dini hari. Aku melihat beberapa notifikasi di ponselku dan ternyata hari ini adalah hari ulang tahun salah satu anakku.

Aku beranjak dari tempat tidur menuju dapur. Aku berfikir ini belum terlambat untuk membuat suatu kejutan. Di otakku terlintas ingin membuat cake dan aku membuat simple cake dengan ukuran yang mini.

Brownies cake sebagai basenya dan hiasan butter cream sederhana. Kuhabiskan 2 jam dengan keseriusan supaya hasilnya tidak terlalu buruk.

Setelah semua selesai. Aku duduk di bar dapur. Cukup lelah ternyata hanya membuat cake ini.

"Sayang?" Thomas memanggilku.

"Hi," Aku melempar senyumku.

"Jam segini di dapur ngapain?" Tanya Thomas heran.

"Nah kamu juga ngapain?" Aku membalikkan pertanyaannya.

"Aku nyari kamu. Guling aku ilang!" Kesal Thomas.

"Guling daritadi di atas kasur sama kamu kok ilang, gimana ceritanya?" Tanyaku sedikit panik

"Maksudnya kamu gulingnya. Aku tadi mau peluk kamu kok malah gak ada orangnya. Paniklah aku. Kirain jatuh ke bawah," Canda Thomas seraya melingkarkan tangannya ke leherku. "Terus ibu hamil yang harusnya istirahat ini kenapa ada di dapur?"

"Aku bikin kue," Jawabku.

"Jam segini bikin kue buat apaan? Ngidam?"

"Anak kamu ada yang ulang tahun, kamu gak lihat notifikasi di ponsel kamu?"

Aku menunjukkan catatan tanggal yang ada di ponselku.

"Ohooo baiklah. Terus kamu udahan bikinnya? Mana kuenya?"

"Ada di kulkas. Jangan di toel-toel ya!" Peringatku.

"Balik tidur yuk," Ajak Thomas.

"Aku boleh gak ke kamar Yesa dulu?"

"Yaudah, tapi jangan lama-lama!"

"Iya, gak akan lama."

Thomas melepaskan tangannya lalu melangkah menuju kamar.

•••••

Tanpa mengetuk pintu kamarnya, aku memasuki kamar Yesa dan melihatnya tertidur dengan posisi tak beraturan. Aku merapikan sedikit selimutnya agar ia tidak kedinginan karena AC.

Dia masih terlihat seperti bayi kecilku. Tapi, wajahnya terlihat sedikit lelah karena semakin dia dewasa dia akan semakin banyak tanggung jawab.

"Happy Birthday, Yesaya Ardinata." Bisikku.

Tanpa sadar air mataku keluar begitu saja. Dipikiranku...

"Apakah aku sudah memberikan yang terbaik?"
"Apakah aku sudah menjadi ibu yang baik?"
"Apakah kamu sudah merasakan bahagia menjadi anakku?"

Ku kecup kening Yesa tanpa membangunkannya. Aku masih nyaman berada disini sampai aku memutuskan untuk bersandar di kasur Yesa. Aku belai anak rambutnya.

"Semoga semua yang kamu inginkan bisa tercapai. Sehat selalu anak Mommy yang sedikit nakal," Ucapku.

Aku ingin sekali tidur disini tapi aku takut Thomas merajuk dan gagal acara surprise untuk Yesa. Jadinya, aku beranjak pelan dari tempat tidurnya dan mengucapkan selamat tidur.

'Rumah' Yang Sebenarnya 'Rumah'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang