27. Rindu Kebersamaan

35 5 0
                                    

Banyak tes yang telah aku lalui. Yang paling menakutkan adalah tes biopsi. Rasa ingin kabur dari dunia begitu besar. Berharap hasil yang baik.

Johnny datang ke kamarku dengan raut wajah yang tidak bisa aku tebak.

"Kali ini kasih tau aku. Aku ikhlas apapun yang terjadi. Cepet!" Hanya mulutku yang berbicara seperti ini. Hatiku berbeda.

Masih terdiam. Johnny duduk di sampingku dan melihatku dengan tatapan menyedihkan.

"Oh... Aku sakit lagi ya?" Tebakku. Aku tahu itu pasti benar.

"Lebih parah?" Tebakku lagi.

Johnny menangis dan aku hanya bisa tersenyum mengusap air mata yang jatuh di pipinya.

"Hey..." Aku memeluk Johnny. Semakin pecah tangisnya.

"Maaf..." Lirih suara Johnny.

"Jo, ini bukan salah kamu. Ya bukan salah siapa-siapa,"

"Maaf aku nggak bisa jagain kamu,"

Aku menjaga air mataku agar tak terjatuh. Dadaku sesak tapi aku aku harus tetap menahannya.

"Aku bakalan semangat buat sembuh kok. Buat kamu, buat anak-anak, buat semuanya. Jangan nangis dong," Aku belum bisa menarik senyumku. Aku yang sakit. Tapi, lelakiku lebih sakit sekarang.

"Aku boleh rawat jalan nggak sih?" Tanyaku.

"Belum bisa sayang. Masih butuh waktu buat liat perkembangan penyakit kamu ini," Jawab Johnny seraya mengusap kasar air matanya.

"Oke. Nggak apa-apa. Kita piknik lagi dirumah sakit," Aku tidak ada niat bergurau, tapi Johnny tertawa dengan santainya.

"Aku pulang bentar ya. Mau ambil baju, sekalian bilang ke anak-anak. Pasti mereka khawatir kita nggak ada dirumah,"

"Oke. Tolong buat hati mereka tenang juga ya," Pesanku pada Johnny.

"Iya. Aku pamit ya," Johnny mencium keningku.

Aku melihatnya melangkah  keluar hingga pintu kamar tertutup. Tangisku pecah.

Dipikiranku...
Apakah seperti ini cara Tuhan menyayangiku?
Aku sudah tidak sempat menjaga Joanna, sekarang apakah Gia juga sama?
Jeno... Jeno masih baru mengenalku. Sesingkat inikah?

Banyak yang aku khawatirkan. Rentetan memori terlitas di otakku. Hati dan pikiranku kacau.

•••••

Johnny sampai dirumah. Disambut dengan semua penghuni rumah yang nampak khawatir.

"Mana mommy?" Tanya Haechan.

Johnny duduk diantara mereka. Menarik nafas panjang dan menghembuskannya.

"Ini bukan kabar yang baik. Jadi tolong, persiapkan hati kalian. Daddy harap kalian bisa tenang,"

"I know..." Celetuk Jungwoo.

"Tau apa?" Tanya Johnny serius.

"Inget kemarin waktu mommy minta pulang karena sakit kepala?" Jungwoo melihat Jaehyun dan Haechan secara bergantian.

"Inget. Mommy kecapean," Jawab Jaehyun.

"Aku pikir itu cuma kecapean. Tapi, waktu di mobil, mommy kayak orang udah nggak nyaman. Dia terus mijitin kepalanya. Keliatan banget keringet dinginnya. Aku udah mikir lain. Ada yang nggak beres. Nggak mungkin mommy mabok di mobil," Jungwoo menjelaskan apa yang ia lihat.

'Rumah' Yang Sebenarnya 'Rumah'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang