29. Sebuah Harapan

26 5 0
                                    

"LO GILA?" Jeff memukul Angga hingga tersungkur.

Bio dan Venly langsung menarik Jeff.

"LO SAYANG NGGAK SIH SAMA NYOKAP? OTAK LO DIMANA?" Jeff masih sangat emosi karena Angga menghalangi Andy untuk keluar memanggil suster jaga.

Angga tidak melawan sedikit pun. Ia terduduk dan terus menangis. Angga sangat sadar apa yang dilakukan itu salah. Dia sangat kecewa dengan dirinya sendiri. Namun, melihat aku tiada, pikiran dia hanyalah satu, aku sudah tersiksa lagi.

"ARRRGGGHHH!!!" Jeff mencoba meredam amarahnya sendiri.

"Niat lo apa sih, Bang?" Tanya Andy pada Angga.

"Gue nggak mau Mommy sakit lebih lama. Gue-ah! BANGSAT!" Angga bingung bagaimana menjelaskan alasannya berbuat bodoh seperti tadi.

"TERUS LO MAU MOMMY MENINGGAL? JAWAB GUE!" Jeff semakin emosi mendengar alasan Angga.

Semua terdiam. Tidak ada jawaban untuk pertanyaan Jeff.

Suasana di depan ruang kamar sangat kacau. Sedangkan di dalam ruangan, dokter dan suster masih berusaha mengembalikan detak jantungku.

"Denyut jantung kembali, dok," Suster melihat ada gelombang di alat monitor hemodinamik.

"Oksigen." Perintah dokter.

Dokter memasangkan oksigen padaku. Ia terus memantau perkembangan gelombang denyut jantung, tekanan darah, oksigen yang diserap tubuh, temperatur dan frekuensi pernapasan dengan serius.

"Reaksi matanya masih ada. Saya berharap segera sadar," Kata dokter kepada suster.

Dokter keluar ruangan dan langsung disambut dengan Thomas.

"Bagaimana, dok?" Thomas menanyakan dengan cemas.

"Ibu kembali, pak. Tapi, masih belum sadar. Respon matanya ada tapi sangat lemah. Siang ini saya akan menjadwalkan CT Scan. Jika tidak ada kerusakan pada jaringan otak, saya langsung jadwalkan untuk radioterapi." Dokter menjelaskan secara garis besarnya kepada Thomas.

"Terimakasih dok,"

Pernyataan dokter membuat semuanya lemas. Rasa tak percaya tapi juga bersyukur bercampur menjadi satu.

Jeff perlahan mendekati Angga dan memeluknya. Ia meminta maaf karena sudah sangat emosi. Angga menyadari jika kebodohannya akan membuat kesalahan yang fatal.

Thomas menyuruh semua anaknya untuk pulang. Tidak mungkin mereka masih tinggal di rumah sakit dengan keadaan seperti ini. Tapi, Angga memilih untuk tetap tinggal.

•••••

Jeff dan semua adiknya telah sampai dirumah. Semua terlihat lelah. Apa yang terjadi hari ini seperti permainan dalam skenario Tuhan. Baiknya, Tuhan masih mendengar do'a mereka.

"Bang, Randy hari ini izin ya," Randy meminta izin untuk tidak masuk sekolah hari ini kepada Jeff.

"Nanti abang telpon guru BK kamu." Jeff memberikan izin. "Semua boleh istirahat hari ini ya. Kalau nggak mau masuk kuliah, ok. Tapi cuma hari ini," Ia paham semua adiknya kelelahan.

Pukul 5 pagi mereka kembali ke rumah dengan perasaan yang masih campur aduk. Jeff sudah melihat istrinya duduk di tempat tidur sembari memainkan ponselnya.

"Gimana Mommy? Kenapa balik?" Tanya Sisil.

Jeff mengambil posisi tidur dengan kepala berada di atas paha Sisil. Ia menangis sesenggukan. Rasa lelah mendominasi perasaannya.

'Rumah' Yang Sebenarnya 'Rumah'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang