26. Nostalgia

20 6 0
                                    

Sudah lama sekali aku tidak menginjakkan kaki di kampus yang penuh kenangan ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sudah lama sekali aku tidak menginjakkan kaki di kampus yang penuh kenangan ini. Kampus yang menjadi tempat belajar anak-anakku sekarang, kecuali Bio. Dan mungkin Randy juga akan disini.

"Sumpah masih ngantuk banget gue," Keluh Yesa pada Miki yang sedang menertawakan muka ngantuk Yesa.

"Lo liat. Makin luas tau nggak nih kampus," Gading menunjuk perbaikan taman di ujung kampus.

"Itu cuma di bersihin. Makanya keliatan luas," Jawab Thomas.

"Om, dulu primadona kampus bukan?" Tanya Angga pada Rio.

"Keliatan kan? Om tuh emang dulu model di kampus. Banyak yang suka sama Om." Rio menyombongkan diri.

"Ssstt... Neng minta nomor telepon dong!" Goda Sultan pada salah satu mahasiswi yang lewat.

"Duh! Om Sultan bener-bener ye. Malu banget gue. Pura-pura nggak denger dah!" Gumam Awan yang tepat berada di belakang Sultan.

Jeff hanya terdiam mengamati kampus yang belum lama ia tinggalkan. Teringat kenangan bersama Sisil yang ia tak sangka sekarang menjadi istrinya. Padahal dulu seperti tak mungkin.

"KE KANTIN YOK!!!" Teriakku ke mereka.

Mereka semua terlihat terkejut. Bukan karena suaraku, tapi karena keberadaanku.

"Lah! Ngapain disini?" Tunjuk Gading padaku.

"Bini gue tuh!" Thomas menurunkan tangan Gading.

"Iya gue tau. Masa bini gue. Maksud gue, kan kemaren kagak ada cerita bawa bini,"

"Hehe. Gue sengaja ajak. Ya kan dulu kita bisa satu karna dia juga. Inget nggak temen gue cuma lo doang. Terus kenal Sessa, jadi kenal Rio. Kenal istri lo juga,"

Gading hanya terdiam mendengar pembelaan Thomas. Alasan yang nalar diterima, pikir Gading.

Kantin tidak begitu ramai karena banyak mahasiswa yang belajar online. Ada juga yang masuk karena harus menyerahkan tugas.

"Bu, saya mau mie rebus ayam bawang 10 porsi. 7 pakai telur mata sapi, yang 3 polosan. Yang pakai telur mata sapi, 3 telurnya setengah mateng, sisanya mateng. Yang telurnya mateng kasih rawit semua ya. Minumnya es teh manis semua," Aku memesan sesuai pesanan Thomas dan komplotannya.

"Oke, Neng. Nih si eneng anak kampus sini? Nggak pernah kelihatan loh," Ucap ibu penjaga kantin.

"Saya alumni, Bu. Yang masih kuliah dari kita semua cuma 2 orang itu yang mukanya imut-imut," Aku menunjuk ke arah Miki dan Yesa.

"Kayaknya mereka jarang ke kantin deh. Soalnya saya hafal sama anak-anak yang sering nongkrong disini,"

"Oh gitu. Yaudah, saya tunggu di sana ya bu. Terimakasih,"

Aku kembali berkumpul ke 9 lelaki yang sedang semangat bercerita tentang masa lalu mereka di tempat ini.

"Nerusin obrolan semalem ya. Mumpung nih pasangan ada disini sekarang," Gading melirikku.

'Rumah' Yang Sebenarnya 'Rumah'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang