Yesa datang lebih awal karena ia harus membereskan lapangan. Hukuman yang harus ia terima dari guru BK setelah ia mengerjai teman sekelasnya dengan mengatakan ada kebakaran di sekolah.
Randy yang harusnya bisa datang lebih siang terkena imbas juga karena Thomas tidak bisa bolak-balik untuk mengantar mereka satu persatu.
"Lo nakal yang wajar aja kenapa sih bang!" Kesal Randy.
"Gue mau tobat kayaknya dek." Yesa menghembuskan nafas beratnya.
Randy dibuat kaget dengan pernyataan abangnya.
"Sadar kok mau lulus," Gerutu Randy.
Yesa mengambil sapu di gudang lalu membantu mang Dadang yang sudah berada di tengah lapangan.
"Pagi mang," Sapa Yesa.
"Jadi asisten mamang lagi?"
"Sehari ini aja, mang. Jadi mohon bimbingannya," Yesa membungkukkan badannya.
"Bimbingan apa? Lebih 20x kayaknya kamu jadi asisten mamang sejak kelas satu. Masa masih dibimbing aja." Ledek mang Dadang.
"Hoho.. Apal bener!"
Yesa tidak merasa tersinggung karena memang menyapu lapangan sekolah adalah hukuman langganan. Anggap saja membantu meringankan beban pekerjaan mang Dadang.
1 jam berlalu...
Lapangan sudah bersih dari dedaunan kering yang jatuh terbawa angin dan beberapa sampah plastik. Sudah banyak siswa-siswi yang datang, sebentar lagi bel masuk sekolah akan berdering.
Yesa bergegas membersihkan dirinya. Tidak mungkin dia mengikuti kelas dengan bau keringat.
Setelah membersihkan diri, ia ke ruang BK untuk bertemu dengan guru BK. Yesa harus laporan kalau dia sudah menjalankan hukumannya. Guru BK melihat dari CCTV sekolah dan membenarkan bahwa Yesa telah menjalankan hukumannya.
"2 bulan lagi ujian kelulusan, Yes. Mau gini terus?" Tanya guru BK.
"Ini yang terakhir, Bu. Saya janji." Tegas Yesa.
"Bener ya? Baru kali ini kamu tegas dengan omongan kamu sendiri. Biasanya kalau ditanya gitu jawabannya 'saya gak janji ya, bu'. Beneran tobat?" Guru BK seakan tak percaya.
"Iya saya janji. Saya mau fokus belajar. Lulus dulu, baru ntar kalau udah masuk kampus yang saya pingin, saya nakal lagi!"
Guru BK langsung melayangan bukunya ke bahu Yesa.
"Bercanda, Bu Sarah. Anterin balik kelas dong Bu biar gak dikirain telat," Yesa menggandeng tangan Bu Sarah. Sudah terbiasa.
Pelajaran pertama Yesa hari ini adalah Matematika. Yesa bukan anak yang bodoh. Dia pintar seperti semua abangnya hanya saja jailnya sangat meresahkan.
Hari ini dia sangat aktif menjawab dan mencatat sampai guru pun bingung dengan perubahan Yesa.
"Geby bantuin gue di IPA dong," Pinta Yesa.
Geby adalah teman sekelas Yesa. Bukan hanya teman, tapi si Human Diary yang disebut Yesa saat itu adalah Geby. Anak paling pintar dalam pelajaran apapun termasuk pelajaran IPA yang sangat dibenci Yesa.
"Iya aku bantu kok. Tumben kamu nyatet hari ini. Biasanya minjem mulu," Heran Geby.
"Cuma mau berubah aja. Maaf ya aku sering malu-maluin kamu. Selama kita pacaran, kayaknya tiada hari tanpa kata 'Malu' di kamus kamu karena aku,"
Banyak yang bertanya kenapa Geby bisa menyukai Yesa yang jailnya tidak pernah absen? Kadang orang sampai menyebut dia anak paling nakal di sekolah. Geby bisa melihat sisi lain dari Yesa yang sangat perhatian. Yesa tidak pernah menerima hukuman seperti harus menulis berapa ratus kata dalam lembar HVS. Dia lebih memilih membersihkan sekolah. Kata Yesa, dengan dia memilih hukuman seperti itu, beban kerjaan dari Mang Dadang atau Ibu Endang yang biasa bersih-bersih kelas jadi sedikit berkurang.
KAMU SEDANG MEMBACA
'Rumah' Yang Sebenarnya 'Rumah'
FanfictionDrama keluarga. ❤ ARDINATA's Family ❤ Cast: 💘 Johnny Suh as Thomas Ardinata (Daddy) 💘 Sessa Wang as Sessa Ardinata (Mommy) 💘 Jeong Jaehyun as Jeff Ardinata (Anak Pertama) 💘 Kim Jungwoo as Angga Ardinata (Anak Kedua) 💘 Xiao Dejun as Bio Ardinat...