Satu

201K 10.8K 184
                                    

Hay Welcome
~Happy Reading~

Baru saja memberhentikan mobilnya di hadapan sang kekasih Rama dikagetkan wajah panik gadisnya,"Mas! cepetan tathering-in aku, cepetan mas."

"Kenapa sih? iya ini di hidupin," Pertanyaan lelaki itu tidak mendapatkan jawaban, gadis di sebelahnya sibuk mengotak-atik layar ponsel dengan tangan gemetar sangking paniknya.

Sampai akhirnya gadis itu bernafas lega, menyandarkan tubuhnya supaya lebih rileks.

"Kenapa?" tanya lelaki itu lagi.

"Tadi deadline upload tugas tinggal 2 menit mas, Laras lagi ga punya kuota juga."

Jawaban itu sukses membuat lawan bicaranya berdecak, antara kesal namun dirinya sudah tau betul watak gadis di sampingnya,"Kebiasaan."

Rama mulai menjalankan mobilnya, dan Laras memulai sesi curhatnya, "Malesin tau mas dosen barunya, dari kemaren tugas aku di suruh revisi terus, mana statistika lagi."

"Kamu-nya aja yang males, pakek nyalahin dosen." Gadis itu mendelik tak setuju.

"Ck. susah ah ngomong sama mas."

"Susah ah ngasih tau mahasiswa kayak kamu," balas Rama yang dibalas wajah kesal Laras.

Memang agak mengherankan bagaimana perempuan bentukan seperti Laras yang juga jomblo dari lahir, sebelum bertemu dengan Rama ini, bisa mendapatkan pasangan seperti karakter novel begitu. 

Laras Maharani adalah seorang mahasiswa Psikologi yang baru saja memasuki semester baru di tahun ke tiga dia menempuh pendidikan S1, bukan mahasiswa berprestasi, cantik apalagi famous. Dia hanya mahasiswa biasa dengan kemampuan menghayal yang cukup membanggakan, hobi baca novel dan sering juga menjadi "tempat sampah" orang-orang untuk masalah mereka.

"Mau makan siang apa?" Sepertinya saat lampu merah waktu yang pas untuk membahas tujuan mereka siang ini.

"Terserah."

Rama mengangguk tidak mengeluarkan suara lagi, yang penting dia sudah memiliki tujuan dan lebih baik diam sebelum Laras malah protes dengan tempat pilihannya.

"Oh? kesini lagi?" Laras menatap bangunan dimana mobil Rama akhirnya berhenti.

"Ya apa dong? kamu sering ga cocok sama makanan baru." Rama melepas seatbelt pada tubuh Laras setelah dirinya.

Laras menatap Rama dengan ringisan tidak enaknya, "Ya gimana, makanan kamu harganya bikin aku susah nelennya."

Rama tertawa pelan sembari berjalan memasuki rumah makan di hadapan mereka sekarang, memaklumi apa yang di ungkapkan gadis itu, sudah biasa.

"Mau apa?" tanya Rama pada Laras yang baru saja sampai di sampingnya.

"Seblak sama es teh yang gede, terus bungkus ice cappucino."

"Itu mulu makan-nya" Laras tertawa mendengar komentar Rama, padahal dia tau lelaki itu juga suka makan di tempat ini dengan menu yang sama lebih sering darinya, karena tempat kerja lelaki itu tidak jauh dari lokasi ini.

Ngomong-ngomong masalah tempat kerja, Laras lupa menanyakan lagi dimana Rama bekerja lagi sekarang, pasalnya terakhir kali lelaki itu bilang dia bekerja di tempat baru selain mengajar di salah satu Universitas Swasta dan mengurus bisnis kecil-nya di kota ini.

"By the way mas, kamu kerja di mana sekarang? kan udah tambah sibuk tuh." Pancing Laras yang merasa curiga karena pacarnya sudah sibuk dua kali lipat dua minggu belakangan.

"Adadeh, yang penting halal dan buat bisa nabung, plus cukup beliin kamu makan." Laras menghela nafas, lelaki itu seperti tidak serius menjawab pertanyaannya, apalagi dengan senyum kecil di wajahnya itu.

Sudahlah, Laras lelah dengan hari ini padahal kuliah belum dimulai.

                                                   ***
Kedatangan Laras di kuliah offline kali ini menarik perhatian beberapa teman sekelas,"Tumben datengnya ga awal banget?"

"Udah punya pacar sekarang, jadi ke kota ini bukan cuma kuliah aja tapi juga ketemu pacar." Laras tertawa mendengar penuturan teman-temannya, Laras memang tidak tinggal di kota dimana dia menuntut ilmu sekarang.

"Ada motivasi lain gitu ya buat kuliah? ga ada alasan males ke kampus karena jauh." Bolak-balik antara kampus dan rumah memang kadang membuat Laras merasa malas, karena dulunya berfikir 40 menit itu tidak jauh, maka Laras melakukannya. Tapi di tahun ke 3 ini tubuhnya semakin rapuh, dan berujung encok setelah berkendara sejauh itu.

"Iya dong!" Balas Laras di barengi tawa renyah-nya.

"Eh dosennya dah dateng!" Interupsi mahasiswa yang baru saja memasuki ruangan, membuat semua membubarkan kerumunan dan duduk di tempat masing-masing.

Hening, tetapi semua mahasiswa dan mahasiswi saling melirik satu sama lain, dalam hati penasaran bagaimana rupa dosen baru yang dua minggu ini membuat mereka pusing.

"Selamat siang, dengan kelas A semester 5?"

"Iya pak!" Hanya satu orang yang menjawabnya, yang lain kaget melihat dosen barunya ini.

Sisanya menggerutu,'pantas saja galak, masih muda.'

Dosen baru itu menatap sekeliling kelas dengan tangan bertumpu pada meja dan memperkenalkan diri dengan tegas,"Oke, perkenalkan saya Rama Naresh Pradigta, kalian bisa panggil saya Pak Digta, saya yang menggantikan Pak Radin di mata kuliah Statistika ini, ada pertanyaan?"

Satu mahasiswi mengangkat tangan, Pak  Digta mengangguk menunjuknya,"Ya, kamu."

"Kalau ada perlu konsultasi bisa hubungi ke nomer apa pak?" Laras dan yang lain menatap tak menyangka, jangan kira mereka tidak tau ini hanya modus belaka.

"Oh, nanti bisa hubungi saya lewat komting saja, tolong nanti di jadwalkan saja untuk konsultasi ya," Jawabnya di sambut desah kecewa mahasiswi yang berharap modusan itu berhasil.

"Oke! sepertinya sudah ya untuk pertanyaan nya, karena dari kemarin banyak sekali yang revisi, maka saya akan sedikit jelaskan lagi terkait tugas yang kalian kerjakan."

Pak Digta menjelaskan sambil berjalan di tengah kelas, sesekali mengajukan pertanyaan ringan pada mahasiswa atau mahasiswi yang ditunjuk secara random, kelas berlangsung secara interaktif.

Tiba-tiba saja ada kertas yang dilempar ke tangan Laras, bertuliskan 'Matanya dijaga, jangan terpesona gitu, inget punya pacar lo.'

Laras tertawa tanpa suara, lalu membalas,'Dihhh situ tadi modus nanya bisa dihubungi ke nomer mana maksudnya apa?' Dengan kesal gadis itu melempar kertas ke kursi sebelahnya.

Emang iya tadi Laras melihat Pak Digta segitunya? keliatan banget gitu terpesona nya? kalau dilihat emang ganteng si itu dosen muda dengan kaos putih yang dilapisi jas yang berwarna senada dengan celana kainnya.

"Ngapain kamu liatin saya begitu?" Suara berat itu membuat Laras sadar dan segera mengalihkan pandangan dari objek suara.

Gadis itu berdehem, "Nggak pak, muka bapak mirip sama pacar saya," katanya di akhiri cengiran.

Tentu saja jawaban itu menjadi bahan tertawaan anak-anak sekelas, bisa-bisa kalimat itu yang terpikirkan di otak Laras, mau nebgungkapkan kebenarannya pun tidak mungkin, mana ada yang percaya? Novel sekali.

"Mencurigakan nih pacar Laras jangan-jangan masih halusinasi aja."

"Ternyata belum tobat dia."

"Udah dibilangin jangan segitunya kalau ngeliatin, matanya dijaga." Bisik dari sebelah kiri tempat duduk Laras, disela ucapan-ucapan teman yang lain.

Sedangkan Pak Digta tertawa pelan melihat kegaduhan yang terjadi, anak muda dasar!








Jum'at, 8, Oktober 2021 (00.08)

Revisi 6 Februari 2023 

Finally Come back lagi ke wattpad setelah sekian lama...
Enjoy ya guys semoga suka, jangan lupa bintang dan komentarnya biar semangat ...

Pak Pacar [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang