~Happy Reading~
Bahagia sekali Laras hari ini, pagi sekali dia sudah bangun, membersihkan rumah dan menyiram tanaman dengan tenang, bahkan keponakannya yang merusuh pagi ini tidak di gubris sama sekali, dia tetap santai menjalani hidupnya hari ini. Dilanjut dia berkunjung ke kost Ridha masih dengan bahagia, gadis itu membuat Ridha langsung menyernyit heran melihat Laras tersenyum didepan pintu kamar kost-nya.
"Ngapa lu?"
Laras menunjukkan jus dan cemilan yang dia bawa untuk mereka berdua, lalu melenggang masuk begitu saja.
"Agak gak bener anak ini," gerutu Ridha masih berdiri di ambang pintu.
"Hari ini ada acara keluarga sama keluarga Mas Pacar."
"Perasaan kemaren ada yang curhat habis di julid in." Ingat Ridha sekarang merebahkan diri di kasur.
Laras menghela nafasnya, benar.
"Menurut lo gimana ya akhir kisah gue ini?" Laras ikut merebahkan diri, memandang langit-langit kamar.
"Ya mana gue tau, gue kan bukan dukun." Bukannya mendapat jawaban yang di inginkan justru Laras mendengar alasan menyebalkan itu.
Laras bangkit duduk, memandang Ridha dengan kesal, dan menjelaskan, "Ya maksud gue tuh kemungkinan keberhasilan hubungan gue, dengan faktor-faktor penghambat dan pendukung yang ada, juga dengan sumber daya manusia kayak gue dan pacar gue ini."
"Kalau di pikir dari cerita lo sih masalahnya cuma satu." Ridha turut duduk, melihat teman dekatnya itu serius.
Bahkan temannya itu sudah tidak berharap lebih dari jawaban Ridha, "Apa?"
"Lo." Itu tidak bercanda, dan Laras tau konteksnya.
Lagi-lagi Laras menghela nafasnya, "Emang kita akan selalu punya masalah sama pasangan, kalau urusan sama diri sendiri aja belum selesai ya Ri."
"Lo tau teorinya kan." Ya, tau teorinya tapi menjalaninya sulit sekali.
"Ya tapi butuh waktu buat gue nerima semuanya, bagaimanapun luka itu gak terbentuk sehari dua hari." Mereka berdua diam, memikirkan masalah masing-masing, masih menjadi bahasan yang berat jika perihal masa lalu.
Sekitar jam 3 sore, Laras sudah siap-siap karena si Mas Pacar bilang menuju menjemputnya, acaranya memang nanti malam, tapi dia harus bersiap-siap bersama Mama Rani dan Mira. 20 menit sampai akhirnya mereka memasuki sebuah salon yang cukup mewah, Laras meringis miris karena dia sudah minder dulu sebelum masuk.
'Ini gue masuk apa ga keliatan dekil banget ya?' batinnya lalu menatap Rama dengan senyum terpaksa.
Lelaki itu sudah membuka kan pintu mobil, mengulurkan tangan untuk masuk bersama-sama dalam bangunan elegan nan cantik itu.
"Mama sama Mira udah di dalam," ucapnya sembari menarik Laras yang tidak ada tenaga sekarang.
Begitu sampai di dalam Laras harus dipisahkan dengan Rama, lelaki itu melambaikan tangan dan tersenyum manis melihat wajah plonga-plongo Laras ketika di tuntun menjauh darinya. Laras akan di antar melakukan beberapa perawatan tubuh dan wajah bersama dengan Mama Rani dan Mira, sementara Rama akan menunggu sambil kerja di ruang tunggu, persiapannya tidak akan se-ribet para perempuan.
Satu jam lelaki itu berkutat dengan pekerjaannya, dan berisik dari suara yang dikenalinya akhirnya terdengar, suara Mama dan adiknya, tapi Laras tak terdengar bicara. Lelaki itu menoleh ke asal suara, terpaku dengan ketiganya terutama dengan yang dari tadi memperhatikan gaunnya.
"Untungnya pas loh di badan kamu."
"Bagus banget, warnanya juga cocok sama kulit kakak." Mira bahagia sekali, pasalnya gaun itu hasil rekomendasinya yang bahkan saat itu belum pernah melihat Laras secara langsung.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Pacar [TERBIT]
Literatura FemininaCover by seelviyeo13 Laras tak habis pikir, entah sekenario apa yang sudah tuhan tuliskan untuknya, kenapa semakin rumit saja cobaan perkuliahan nya di semester yang semakin tua ini. "Ngapain kamu liatin saya begitu?" Suara berat itu membuat Laras s...