Sebelas

58K 5.7K 23
                                    

Masih ada yang baca kah? follow atau vote dulu bisa yukkk
~Happy Reading~

"Boleh nitip aja gak?" tanya Laras sekarang menatap Reyhan dengan tatapan memohon.

"Nggg." Merasa Reyhan terlalu lama berfikir, Laras segera memberikan secara paksa kantong plastik yang dia bawa.

Dia berjalan cepat meninggalkan Reyhan yang masih bengong, "Makasih Rey!" katanya sambil melambaikan tangan sebelum hilang dibalik tembok.

Gadis itu turun lewat tangga darurat yang sepi, di antara lantai 3 dan 2 dia berhenti, mengatur nafasnya sambil berfikir apa yang baru saja terjadi. Laras menatap keluar dari sana, yang menampilkan persawahan yang mengelilingi daerah kampus.

Ting. 

Rama F Teknik

Ras, kamu gak apa-apa? Kata Reyhan kamu pergi buru-buru.

Laras meringis melihat notifikasi itu dan tidak berani untuk membukanya secara langsung, alasan apa yang harus dia lakukan sekarang?. Dia memutuskan segera turun dan sialnya, sampainya di loby bertepatan dengan lift yang terbuka dan Rama keluar dari sana.

 "Laras."

Gadis itu tersenyum kikuk pada Rama, 'Harus memanggil apa aku sekarang?' 

Rama mendekat, bisa Laras lihat lelaki itu menenteng beberapa file dan sebuah kantong plastik darinya, "Dari mana?"

"Toilet pak, terus tadi muter-muter bentar." Alasan-nya klise sekali memang.

"Saya naruh file ke ruangan dulu ya, abis itu kita makan di bawah." 

Dengan cepat Laras menggeleng, "Ah saya ada janji sama temen pak, maaf."

Rama yang melihat reaksi gadis itu yang sepertinya panik dan panggilan serta bahasa yang digunakan, akhirnya dia menyadari apa yang terjadi, pada akhirnya Rama membiarkan Laras pergi hari itu.

Laras selalu beralasan jika dia sibuk mengerjakan  tugas, terjun lapangan sampai mempersiapkan UAS jika dihubungi oleh Rama, dan lelaki itu masih bahkan semakin gencar menunjukkan perhatian kecil pada gadis itu, bohong kalau Laras sampai tidak baper.

Contohnya saja mengirim Laras makanan saat lelaki itu tau gadis incarannya sedang belajar di kampus, tapi hari ini Laras sedang galau karena 15 menit yang lalu seluruh nilai mata kuliah ini sudah keluar, otomatis IPK semester ini keluar dan ini mengerikkan.

Gadis itu lemas, tiba-tiba dia teringat dengan Rama, duh... IPK aja semengerikkan ini, memalukan sekali. Demi apapun yang dia pikirkan adalah bagaimana nasibnya ke depan, dia merasa sudah berusaha semaksimal mungkin tapi kenapa hasilnya malah memburuk di semester ini.

Sekarang memang sudah 5 bulan setelah dia pertama kali bertemu Rama di awal semester baru kemarin, dan siang akhirnya dia kembali bertemu dengan lelaki itu secara langsung, lelaki itu akhirnya secara terang-terangan mengungkapkan perasaannya.

"Pak kita gak sama," jawab Laras atas ungkapan lelaki dewasa di hadapannya.

Tentu saja Rama meminta penjelasan, "Kenapa?"

"Pak saya bukan anak orang kaya loh."

"Bukan sebuah masalah."

"Saya anak desa pak."

"nggak apa-apa."

"Latar belakang keluarga kita berbeda."

Rama tidak membalas lagi jawaban gadis itu, namun raut wajahnya seolah bertanya 'Lalu dimana masalahnya?'

"Bahkan kita berdua berbeda, saya nggak se pinter bapak." 

"Iyalah, kamu baru masuk jenjang S1, saya udah S3." Bukan itu yang di maksud Laras, tapi yang dikatakan Dosen muda itu juga tidak salah. 

Gadis itu bahkan yakin dan tau, saat S1 pun lelaki di hadapannya jauh lebih dibanding dirinya.

***
Hari ini untuk kedua kalinya Laras memasuki rumah milik keluarga Rama, dia mendapatkan undangan memasak dan makan siang bersama oleh mama lelaki itu.

Padahal Laras pun tau, acara hari ini tidak akan jauh-jauh dari apa yang kemarin Rama dan Laras bicarakan. Laras cukup mengerti dan paham jika mama lelaki itu pasti mengharapkan anaknya segera menikah, secara beberapa tahun lagi sudah menginjak kepala 3.

"Assalamualaikum."

Bukanya wanita yang mengundangnya yang muncul, tetapi sosok Rama yang muncul dengan setelan santai nya, "Wa'alaikumsalam, Eh?" Jelas saja kaget, rencananya hari ini hanya dia dan Mama Rani yang tau.

Laras cuma nyengir, "Tamu spesial-nya nyonya ya? silahkan masuk tuan putri."

Gadis itu menunggu Rama kembali menutup pintu, lalu bersamaan berjalan ke dalam rumah, "Mama udah nunggu calon mantu kesayangannya di belakang," kata Rama dengan nada menggoda.

mendengar kata 'calon mantu' Laras jadi gugup tiba-tiba, "Ah, aku bawa milk roll cake nih mas, orang rumah ga ada yang bermasalah sama susu kan?" tanya-nya mengalihkan pembicaraan.

Rama melihat sebuah roll cake yang dibawa kekasihnya, "Kamu beli ini karena motifnya lucu ya?" tebak Rama mengetahui kebiasaan dan kesukaan gadis itu.

Laras tertawa kecil, memang tadi ketika masuk toko kue dia tidak tau harus membeli apa, tapi karena melihat roll cake dengan motif kulit sapi membuatnya langsung membeli tampa pikir dua kali dengan harapan mama Rama akan suka.

"Ma," panggil Rama ketika mereka mereka sampai di pintu belakang ,terlihat Mama Rani duduk dengan cangkir berisi teh telang di tangannya, dan di meja terdapat satu cangkir lagi dengan satu teko kaca berisi teh berwarna biru.

"Hai, sini kita nge-teh dulu." Wanita paruh baya itu menarik tangan kanan Laras, menuntun gadis itu duduk di kursi sebelahnya.

Mama Rani bercerita tengang buah-buahan di kebun yang semua sudah siap panen, sengaja untuk menyambut Laras hari ini.

"Hari ini adik Rama pulang, kalian belum pernah ketemu kan ya?" Laras menggeleng, dia ingat beberapa kali Rama bercerita tentang adik perempuannya yang sedang kuliah di salah satu Universitas Negri di kota Jogja.

"Mau masak apa ma nanti?" Oke, Laras inisiatif memulai pembicaraan, tidak mungkin sama Mama sang pacar pun dia diam saja.

Mama Rani tampak berfikir sebentar, lalu memandang Laras lagi, "Kamu suka apa?"

Laras yang memang Omnivora, alias apa saja dimakan asal tidak beracun, dan bisa dicerna lambung itu hanya nyengir mendengar pertanyaan Mama Rani, "Apa aja suka ma."

"Kita buat sup daging gimana?"

"Boleh ma," jawab Laras di sertai anggukan.

"Yuk kita ke kebun sekarang," ajak wanita itu mulai berdiri dan mengambil dua keranjang yang sudah disiapkan.

Dan benar saja, buah-buahan dan sayur tampak banyak yang siap di panen.

"Kita panen semua sekalian ya, nanti rencana Shinta pulang sama keluarga sana." Eh? maksudnya keluarga Rama yang lain? waduh Laras auto pusing.

"Mau ada acara apa ma?" Soalnya Rama belum bercerita apapun tentang akan ada acara apa, sehingga keluarga dari luar kota harus datang.

"Itu sepupu Rama mau ada yang tunangan, nanti kamu ikut ya biar Mama bisa pamer calon mantu juga," pinta Mama Rani disertai tawa ringannya, tapi Laras tau wanita itu serius.

Laras terdiam, Mama Rani tampak menerima dan bangga akhirnya anak lelakinya tidak jomblo lagi, tapi yang saat ini memenuhi otak kecil Laras adalah, apakah Mama Rani akan tetap sama ketika tau latar belakang Laras nanti?.

Bersambung...
Hay hayyyyy udah 2 kali jadwal update kelewat yak wkwk, malam ini pun nekat karena kalau ga gitu ketunda terus nihh
Maapin ya, karena walaupun liburan tapi mikirin liburan ini mau kelar kok belum-belum dah pusinh duluan hehe
see you next part Rabu nanti guys

Papay...

Pak Pacar [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang