~Happy Reading~
Setelah memastikan semua sudah masuk ke dalam paper bag, Laras segera berpamitan dengan orang-orang rumah karena hari ini dia ada jadwal untul mengumpulkan tugas secara offline di kampus, dan berencana membawakana teman-temannya kue, anak kos pasti suka diberi makanan gratis seperti ini.
Sepanjang jalan gadis itu memperhatikan sekitar, walaupun dia selalu melewati jalan yang sama tapi cuaca pagi ini bagus sekali, dan mood nya juga sudah membaik setelah melakukan jurnaling semalam.
Ritual malam Laras selain memakai serangkaian skincare adalah melakukan jurnalling, mencatat apa yang dia rasakan hari ini dan apa yang bisa dia syukuri setiap harinya, setelah itu baru lah Laras membuat daftar kegiatannya untuk pagi selanjutnya, itu membantu Laras mengurangi overthingking dan perasaan tidak menyenangkannya.
Tujuan pertama adalah kos Ridha, sambil mengambil tugas teman-temannya yang lain yang sudah di titipkan disana sejak kemarin, alasannya malas ke kampus di weekend yang indah.
"Pagi mbak, paket." Iseng Laras saat mengetuk pintu coklat itu.
Tidak ada respon dan jendela juga tirai masih tertutup rapat, astaga padalah sudah jam 9 pagi.
"Hoy Ridha! gue bawa makanan nih!" Kali ini terdengar suara grusak-grusuk dari dalam, sebelum akhirnya pintu terbuka.
Laras berdecak melihat perempuan di hadapannya masih dengan baju tidur lengkap dengan wajah mengantuk, tapi pas mendengar makanan langsung bisa terbangun, ajaib sekali.
Gadis itu menyerahkan paper bag, "Nih, mana tugas-nya."
"Mau ke kampus sendirian lo?" Tidak perlu dipersilahkan masuk, Laras sudah menggeledah isi kamar mencari tugas teman-temannya.
"Iyalah, nunggu lo pasti lama, males!" jawabnya sensi, itu temannya sudah tau jawabannya masih aja nanya.
"Yaudah, tutup lagi pintunya kalau udah!" Ridha merebahkan tubuhnya lagi, menarik selimut sampai atas kepala untuk menghindari silau.
Laras sempat menarik bantal tidur temannya itu sampai ke depan pintu sebelum dia pergi tampa menutup pintu kamar, membuat Ridha berteriak frustasi di dalam sana. Laras tidak perduli, dia segera pergi menuju kampus sekarang, dan tampa disadari mobil di sebelahnya saat lampu merah adalah Rama.
Lelaki itu mengikuti kemana Laras pergi, dan untung saja gadis itu memutuskan ke minimarket terlebih dahulu, jadi tidak akan aneh jika dia mengajak bicara gadis itu secara 4 mata diluar keperluan kuliah tentu saja.
Laras tidak menyadari kehadiran-nya, gadis itu sibuk memilih minuman sampai akhirnya dia berusaha membuka pintu kulkas yang entah kenapa begitu berat. Hampir mendengus kesal, dia haus dan usahanya untuk membuka kulkas ini membuat tenaganya malah terkuras, Rama tertawa melihat itu, lucu sekali.
Rama berjalan mendekat dan dengan mudah menarik pintu kulkas yang juga di genggam Laras, gadis itu mengambil minuman pilihannya dengan canggung, rasanya saat ini hati gadis itu ingin melompat ke jantung.
"Kita perlu bicara." Rama tidak melepaskan tatapan dari gadis muda di hadapannya.
Sedangkan Laras semakin menciut melihat tatapan lelaki itu, "Aku mau ngumpulin tugas."
"Oke, mas tunggu!" Tidak ada tanggapan dari Laras, gadis itu masih menimbang-nimbang sepertinya, "Oke, kamu mau apa? ambil aja!" lanjut Rama memberikan keranjang belanja kosong.
Peka sekali lelaki satu ini, Laras mengambil beberapa makanan rumput laut, keripik, coklat dan satu ice cream besar. Setelah dari sana Rama mengikuti Laras sampai parkiran Universitas, memastikan gadis itu tidak kabur lagi.
***
Laras berlari sambil terus menoleh ke kanan dan kiri, memastikan tidak ada yang melihatnya memasuki mobil Rama nantinya. Begitu dia masuk dengan selamat si pemilik mobil langsung menjalankannya, Laras sendiri tidak tau kemana tujuannya.
Tidak ada yang memulai pembicaraan, Laras juga hanya sesekali melirik tampa membuka suara, dia menggaruk alisnya bingung.
"Kita mau ngomongin apa mas?"
Rama menyandarkan tubuhnya, menoleh pada gadis itu sebentar, "Ya kamu mau ngomong apa?" Loh, bahkan Laras belum berbicara kalau dia ingin membicarakan sesuatu, sebenarnya hanya keinginan, tapi masih belum tepat.
"Yaaaa gak tau." Padahal di dalam hati gadis itu rasanya ingin mengungkapkan banyak hal, sangking banyaknya dia sendiri bingung.
"Kita cari tempat dulu ya," jawab lelaki itu lembut dan kembali fokus ke jalanan.
Mereka berhenti di sebuah taman kota, mereka berjalan ke sebelah kanan dimana ada padang rumput begitu luas, sedangkan di sebelah kiri ada sederetan toko bunga dan tanaman juga beberapa makanan, cocok sekali untuk piknik. Dan di jam seperti ini tentu sangat sepi karena mata hari sedang terik-teriknya, ini Rama ngajak piknik apa memanggang diri?.
Laras menyembuntikan tanganya supaya tidak tersengat langsung oleh terik mata hari, mereka masih di tengah-tengah hamparan padang rumput. Rama melirik tangan yang menggandengnya sekarang dipaksa tenggelam dalam lengan gadis itu, dia melepas Jas nya ,dan memberikan jas itu ke atas kepala Laras supaya tidak terlalu kepanasan, lalu merangkul pinggang gadis itu mengajaknya berlari ke bawah salah satu pohon rindang.
"Mas mau piknik siang bener dah." Protes gadis itu masih ngos-ngosan habis lari.
"Ya ketemu kamu-nya jam segini." Sudah dicari dua hari, tidak mungkin harus menunggu lagi untuk menyelesaikan masalah mereka.
Mereka berdua duduk beralaskan ruput hijau, dan pertama-tama Laras mengeluarkan ice cream dari kantong belanja yang di bawa, Rama memutuskan memulai percakapan mereka.
"Jadi kemarin kenapa?" Lelaki itu bertanya sambil mengelus kepala gadis yang sibuk memakan ice cream pemberiannya.
"Pengen nangis aja, masak aku nangis di tengah acara," jawaban santai Laras mengundang helaan nafas Rama, tapi tidak dipungkiri wajah gadis itu tampak masam.
"Kenapa gak bilang dulu sama mas?"
"Nggak mau ngerepotin." Gadis itu berusaha membuka tutup botol dengan susah payah. Sial, biasnya tutup botol tidak sesulit itu untuk dibuka.
"Kamu gak pernah ngerepotin." Wajah Laras murung, matanya berkaca-kaca mendengar itu, selama ini yang dia tau dia memang selalu merepotkan, apa yang dilakukan merepotkan, semua orang bilang begitu.
Efek dari labelling yang dilakukan di lingkungan gadis itu memang berpengaruh banyak untuk kehidupannya sekarang, gadis itu yang mulai pelan-pelan merubah maindset-nya dan terlepas dari masa lalunya dua tahun terakhir. Rama berusaha menjadi suport sistem yang baik untuk gadis itu, dibalik pemikiran dan pandangan gadis itu dengan segala hal, dia juga memiliki luka.
"Maaf," katanya lirih, menunduk merasa bersalah.
Rama segera menarik tubuh itu ke dalam dekapannya, dan seketika tangis gadis itu menguar. Selain beberapa temannya, Rama lah yang mengerti hampir segala hal. Lelaki itu tidak segan memuji pencapaian Laras, menghargai pendapat gadis itu dan menasehati tampa menghakimi apa yang gadis itu perbuat atau katakan.
Bersambung...
Bab ini cuma 950 kata, tapi yaudah lah yaaaa
karena wi-fi rumah aku lagi ngajak ribut, dan sebenernya hari ini aku hampir lupa update sih (las up udah masuk hari sabtu sih wkwk)
karena keluarga juga udah pada pulang kampung, jadi sibuk ngumpul dulu ya saybanyak banget alasannya wkwk, gapapa sisa dikitnya buat stok update pas lebaran ya, jadi minggu depan insyaallah bakal double up yah (ya semoga gak ada halangan).
puasanya tinggal 2 hari nihh, lancar kan yaa? semoga lancar dan nanti lebaran dapet THR melimpah wkwk
kurang-kurangin sebel karena kayaknya kalian banyak yang sebel sama overthingking-nya Laras jiahahaha, karena aku sayang kalian...papay
Salam Kuncup Peony 🌷
KAMU SEDANG MEMBACA
Pak Pacar [TERBIT]
ChickLitCover by seelviyeo13 Laras tak habis pikir, entah sekenario apa yang sudah tuhan tuliskan untuknya, kenapa semakin rumit saja cobaan perkuliahan nya di semester yang semakin tua ini. "Ngapain kamu liatin saya begitu?" Suara berat itu membuat Laras s...