******
"Bicara diruangan saya saja" ucap Risa setelah mereka cukup jauh berjalan dalam diam
"Bagaimana kalau di cafe depan,sambil minum kopi" tawar furi
"Diruangan saya saja,kan cuma sebentar" kilah Risa
"Tapi diluar--"
"Mau bicara atau tidak sama sekali" potong Risa
"Oke,diruangan Bu Risa kalau begitu"
Furi mengekori Risa yang berjalan cepat, sedang otaknya sedang bekerja keras merangkai kata demi kata,agar bisa disampaikan seindah mungkin,karena rasanya sangat tidak etis membahas kejadian malam itu sekarang,sudah hampir dua tahun lamanya,sudah terlalu lama,tapi lebih baik terlambat daripada tidak dibahas sama sekali.
Lima belas menit berlalu,hening menyelimuti kedua wanita dewasa yang sudah duduk berhadapan diantara meja kerja Risa.
Furi dan Risa belum memulai obrolan apapun,keduanya hanya berdiam saling tatap tanpa berniat memulai obrolan lebih dulu,
Jangan tanya siapa yang paling jengkel disana,sudah jelas itu adalah Risa,waktu lima belas menitnya terbuang sia-sia sudah,Bukan apa-apa,karena baginya waktu adalah uang,dan waktu yang terbuang tidak bisa diuangkan.
"Ekhem!" Akhirnya,setelah menahan diri cukup sabar,Risa mencoba membuka obrolan lebih dulu,"mau bicara apa?" Ada ketidaknyamanan dibenaknya ditatap se intens itu oleh furi,
Furi bergeming ,bibirnya masih terkatup rapat sekali,matanya lurus menatap Risa didepannya,tatapannya fokus tanpa ada kedipan sungkan,semakin membuat Risa merasa keberatan,apa furi sengaja melakukan itu?agar bisa mempermalukannya?
Lain furi lain Risa,jika Risa sibuk dengan pikiran negatifnya tapi tidak dengan Furi yang memang terlihat fokus menatap Risa namun pikirannya tengah melayang jauh pada peristiwa malam itu,kejadian sepenting itu bisa luput dari ingatannya,dan kenapa ia tidak ditakdirkan untuk melupakan kejadian itu selamanya,daripada ingat tapi sudah sangat terlambat.
Malam itu,anggap saja sebagai malam keramat yang membuat keduanya diikat paksa oleh takdir.
"Bu furi?!" Sekali lagi Risa membuka suara lebih keras dari sebelumnya,karena merasa diabaikan Risa mulai bosan duduk disana.
Furi terhentak,pandangannya berpaling seketika,mencari objek lain,apa saja disana yang bisa dilihat,asalkan bukan Risa didepan nya,
Melihat reaksi furi,Risa makin kesal saja,"Saya ngga ngerti ya,anda yang minta waktu untuk bicara sebentar,tapi malah saya yang dicuekin begini,terus terang saja anda sudah buang-buang waktu saya,dan saya-"
"Malam itu!" Furi memotong ucapan Risa,ia kembali menatap Risa didepannya,"apa yang anda lakukan sama saya?" Tanya furi menyingkirkan segala rasa segan yang ada.
Bibir Risa mengatup ketat,tanpa dijelaskan dengan detail, Risa sudah tau kemana arah pembicaraan furi ,benar dugaannya,kalau furi mungkin sudah mengingat kejadian malam itu,apa yang harus ia jelaskan,karena ia belum punya jawaban apapun tentang malam itu,belum punya atau memang tidak punya sama sekali.
"Maksud anda apa ?" Tanya Risa balik seolah tak paham,memang wanita suka begitu, berpura-pura tidak tau,padahal sudah tau,hanya ingin minta dijelaskan kembali,sukanya berputar-putar mengulur waktu,
Dan mungkin Risa lupa,bahwa furi juga seorang wanita sama sepertinya.
"Saya yakin anda tahu maksud saya,apa perlu saya jelaskan detailnya?" Tanya furi lagi
"Saya tidak paham maksud anda,saya tidak punya urusan dengan anda selain pekerjaan,jadi apanya yang detail?"
Entah sampai kapan mereka saling melempar pertanyaan,yang jelas keduanya sama-sama membentengi diri masing-masing,tidak ada yang mau memulai membahas kejadian itu lebih dulu,ada gengsi dibalik rasa ingin tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ART Cantik 2 (GXG)
General FictionLexa dan tari kembali bertemu setelah kejadian pilu yang menimpa keduanya, Akankah mereka bersatu kembali,setelah kejadian pahit dimasa lalu?