Bab 39

2 2 0
                                    

Now Playing | Jeda - Marsha Aruan

Happy Reading :))

***

"Maaf, aku sudah membuat keputusan yang mungkin akan membuatmu kecewa begitu dalam. Bencilah aku jika kamu mau. Jauhilah aku jika memang itu perlu".

-Yurelina de Jongh

***

Yure POV 🦋

🌃 MALAM HARI

Di meja makan, Yure menyantap makanan yang tersaji dengan tenang tanpa berbicara. Seisi kepalanya seakan ribut dan memikirkan perasaan Juno atas sikapnya yang keterlaluan tadi siang.

Namun, apa boleh buat. Jika Yure tidak berkata seperti itu, Juno tidak akan berhenti untuk memukuli Kevin dan juga tidak akan instrospeksi diri.

"Yure, gimana sama hasil ulangan kamu? Bagus?". Ucap Frans membuka obrolan.

Yure menatap Frans singkat, "Bagus. Seperti biasa".

"Bagaimana hubunganmu dengan Juno?". Frans kembali memasukan sepotong daging ke dalam mulutnya.

Yure menelan salivanya berat, tatapannya mengarah ke wajah sang Ayah dengan tanpa ekspresi, "Kenapa? Bukannya Ayah menginginkan kami berdua pisah?".

"Ayah hanya memastikan saja. Siapa tau, hubungan kalian masih berjalan dengan baik". Timpal Anya yang mulai membuka suara.

Nayra berdecih pelan, "untuk apa memastikan, kalau ujung-ujungnya kalian juga ngga akan pernah bisa biarin Yure terus mempunyai hubungan dengan Juno".

"Itu karena mamah sama Ayah.."

"Ingin melakukan yang terbaik untuk Yure? Begitu?" Yure melanjutkan ucapan Anya yang memang sudah ia tebak.

"Apa yang menurut kalian terbaik, bukan tentu yang terbaik juga buat Yure. Pernah ngga kalian tanya apa mau Yure? Apa pernah kalian tanya apa Yure bahagia atau engga? Mana pernah?!. Yang kalian pikirkan hanyalah kebahagiaan dan keegoisan". Ujar Yure dengan nada yang meninggi. Hal itu membuat Anya kesal dan marah. Bukan seperti ini sikap yang harus ditunjukkan Yure kepada orang tuanya sendiri.

Plakk !!!

Satu tamparan kasar mendarat di pipi sebelah kanan Yure. Bunyi tamparan itu bahkan sangat keras dan menimbulkan efek perih yang luar biasa di pipi Yure.

Tamparan mengerikan itu berasal dari tangan mamahnya yang geram akan omongan Yure.

Yure menahan Isak tangisnya. Sudah cukup mereka membuat luka yang ada di hati Yure, tapi mereka semakin membuat Yure benci dengan satu tamparan yang bahkan tak akan pernah Yure lupa seumur hidupnya.

Frans hanya diam dan tak membela, sedangkan Anya sepertinya menyesali perbuatan kejinya. Anya berusaha memint maaf kepada Yure, namun Yure menampis segala perbuatan penyesalan Anya kepadanya.

"Yure terima kalau emang perjodohan ini buat kebahagiaan mamah sama Ayah. Bukankah menampar Yure adalah sebuah hal yang tidak pantas dilakukan ibu kepada anaknya?". Yure mulai menangis.

"Sudahlah, Yure. Mamah menampar kamu itu sebagai sebuah bentuk didikan juga". Ujar Frans, dengan sikap yang biasa saja. Seolah bahwa tamparan yang dilayangkan oleh Anya kepada Yure adalah suatu tindakan yang pantas diterima oleh Yure.

"Maafin mamah, sayang. mamah ngga sengaja". Ujar Anya degan suara gemetar.

Yure menatap mamahnya itu dengan tatapan yang tak pernah ia tunjukkan. Tatapan penuh kebencian ia lontarkan pada mamahnya.

"When I Was Your Man" (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang