Lima hari berlalu semenjak hari penusukan Draken.
Hari-hariku bermetamorfosis secara perlahan. Aku tidak lagi tinggal di bus 'erased' nya Mitsuya, tapi menyewa apartemen sendiri. Kurasa masalah finansial teratasi karena sekarang aku memiliki pekerjaan sebagai pelayan kafe alias maid.
Awalnya pemilik kafe tidak menyetujui penampilan yang 'ku ajukan sebagai syarat bekerja, namun berkat bantuan Mikey―ancaman Mikey―kini aku bisa bekerja secara nyaman menggunakan pakaian tertutup sesuai syariat. Hehe, Keep Halal Sister~
Oh ya, pada tanggal 7 agustus kemarin, kuhabiskan waktu seharian penuh untuk beradaptasi dengan pekerjaan baruku. Sementara hari ini, aku sedang mengurusi cucian piring setelah pengunjung mulai sepi.
Kulihat seorang senior bersurai cokelat bergelombang datang membawa piring-piring kotor baru, "Ternyata kau anak yang rajin ya, (Name)-chan."
Aku hanya tertawa kecil mendengar pujiannya. Senior yang lebih tua tiga tahun dariku itu bernama Mima Shinori, seorang anak kuliahan yang juga bekerja sambilan sepertiku. Dari semua seniorku disini, dia adalah yang paling supel sehingga aku mudah akrab dengannya.
"Beberapa pengunjung tidak menyukaiku, aku harus bekerja keras untuk membalas kerugiannya, bukan?" balasku mengedipkan mata.
Kulihat gadis itu terkekeh, "Baiklah, selamat berjuang."
Aku mengalihkan pandangan ke arah jam dinding. Sudah saatnya sholat Ashar, sekitar tiga jam lagi sebelum jam kerjaku habis. Aku kembali menoleh pada Mima yang sedang sibuk mencuci, "Ne, Senpai." panggilku.
"Ah, wakatta, wakatta... pergilah, serahkan pekerjaan ini padaku," ucapnya sebelum aku sempat berkata.
Senyum simpulku terulas karenanya, "Terimakasih Senpai, aku pasti akan bekerja keras setiap harinya!" ungkapku seraya membungkuk, Mima mengangkat ibu jarinya sebagai balasan.
Berbicara tentang sholat, aku tidak pernah sekalipun meninggalkannya meskipun sedang berada di dunia asing ini. Bagaimanapun dunia ini seperti replika dunia asliku, letak kiblat maupun daerah Arab Saudi masih sama sesuai peta.
Lagipula sistah... kewajiban tetaplah kewajiban.
Setelah menyelesaikan ibadahku, niatnya aku ingin kembali membantu Mima-senpai. Namun gadis itu menyuruhku berganti melayani pelanggan karena suasana kafe mulai ramai oleh anak-anak muda yang pulang sekolah. Memang ini jamnya sih.
Memastikan hijab putih dan seragam over-size yang sengaja kupilih rapi, aku melanjutkan pekerjaanku dengan teliti. Kafe ini memang memiliki dekorasi serta fasilitas yang sangat cocok untuk kalangan muda. Kalau di dunia asliku, orang-orang bakal menjadikannya tempat favorit buat malmingan.
"Selamat datang di Kafe Nyanpasu!"
Salah seorang maid yang menjaga pintu masuk kembali menyapa untuk kesekian kalinya. Aku yang tengah mencatat menu melempar senyum ke arah pengunjung sebelum pergi untuk melaporkan pesanan.
Ketika aku kembali untuk mencatat pesanan selanjutnya, mataku langsung membola ketika menangkap sosok yang tak asing baru saja masuk diikuti beberapa anggotanya. Lima orang cowok disana tampak tertawa kencang tanpa memerdulikan pengunjung lain yang terganggu oleh kehadiran mereka.
"Intinya si Sojima langsung nyerahin ceweknya, hahaha hoki!"
"Bukannya Sakajima?"
"Beda dikit mah gak masalah kali!"
Percakapan mereka masih terus berlanjut ketika aku memilih menyembunyikan diriku di salah satu meja yang kosong, kudekap erat daftar menu di tanganku dengan keringat dingin yang mulai keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐔𝐊𝐇𝐓𝐈 ☘ tokyo revengers ✓
Fanfiction❛ seorang gadis masuk ke dunia tokyo revengers?! tapi 'kan dia punya prinsip 'stay halal sistah' ―terus gimana dong? ❜ ━━━━━━━━━━━━━━━━━━━ 𝐓𝐨𝐤𝐲𝐨 𝐑𝐞𝐯𝐞𝐧𝐠𝐞𝐫𝐬 © 𝐊𝐞𝐧 𝐖𝐚𝐤𝐮𝐢