𝐗𝐗 - 𝐁𝐥𝐨𝐨𝐝𝐲 𝐇𝐚𝐥𝐥𝐨𝐰𝐞𝐞𝐧

6.8K 1.5K 1.5K
                                    

Kemarin ada masalah di wattpad, part ini ilang-timbul dari draf. Mungkin ada sebagian yang sudah baca, ada juga yang belum. Author memutuskan Re-Up. Namun yang sudah membaca tolong tetap komentarnya ya, soalnya author mau dengar pendapat kalian tentang part ini (o≧▽゜)o

🦋⃝𓈒߭⭒

Manikku beberapa kali menatap kertas di tanganku, memastikan bahwa alamat yang tertera sesuai dengan yang terpampang di depan sana. Setelah menyakinkan diri, aku melangkah ke arah gedung yang berdiri kokoh. Tempat Kazutora tinggal. Kisaki lah yang memberikan alamatnya padaku.

Aku sudah menekan bel berulang kali, namun tidak ada respon dari sang pemilik rumah. Tak berniat menyerah, kuputuskan untuk menunggu sembari memainkan ponsel, membalas pesan Baji yang menanyakan keberadaanku karena tidak terlihat di kafe.

"(Name)...?"

Setelah hampir setengah jam menunggu, sebuah suara familiar membuatku menoleh, menemukan Kazutora yang berdiri dengan seragam sekolah namun tanpa bawaan sama sekali. Seperti tas contohnya.

Aku mengulum senyum padanya, "Hai."

"Apa yang kau lakukan disini?" pemuda itu terlihat mengernyitkan alisnya.

Tanganku mengambil benda yang ku letakan di sisi tubuhku lantas memamerkannya kepada Kazutora, "Aku membuatkanmu makanan, aku yakin kau belum pernah mencobanya."

Kulihat dia tak bergeming dari posisinya. Mungkinkah dia masih marah dengan yang ku lakukan hari itu? Lagian kenapa dia bisa cemburu hanya karena aku mengobati Chifuyu? Dia tipe yang lumayan posesif rupanya.

Aku sempat berpikir Kazutora akan menolak dan mengusirku pergi, namun reaksinya berbanding terbalik. Pemuda itu beranjak untuk duduk di sampingku dengan senyuman merekah, "Kau memasaknya sendiri?" tanyanya.

Aku mengangguk, "Khusus untukmu."

Kudapati dia menerima uluranku dengan wajah yang sedikit memerah karena senang, "Apa ini?" tanyanya lagi setelah membuka isi kotak yang ku berikan.

"Itu resep dari negaraku. Memang bahan-bahannya sulit ditemukan di Jepang, jadi aku menyiapkannya sendiri," jawabku.

'Jika benar mayoritas orang-orang Jepang menyukai sayuran segar, seharusnya...' kulihat Kazutora mulai menyuapkan satu sendok ke mulutnya, aku menunggu reaksinya dengan gugup.

"Ini enak!" pemuda itu menoleh padaku dengan berbinar, "Baru pertama kali sih mencobanya, tapi aku suka!"

Aku tersenyum tipis, "Syukurlah."

Kazutora kembali menyendok pecelnya, namun kini mengarahkannya di depan mulutku. Aku menatapnya terkejut, "Kau juga coba, (Name)."

"Haha, tidak perlu. Aku sudah mencobanya sebelum memberikannya padamu," timpalku. Kulihat ekspresinya berubah membuatku memilih menyerah, "Satu suap saja."

Dia tersenyum dan mendorong sendoknya ke mulutku.

'Aduh dosa lagi...'

Setelah itu, Kazutora mulai menikmati makanannya sendirian. Dalam keheningan yang menggantung di antara kami, aku memulai pembicaraan dengan perlahan, "Kazutora, ada sesuatu yang ingin kutanyakan."

Dia menoleh dengan mulutnya yang masih mengunyah, "Katakan saja."

Netraku bergulir, bersiap mengeluarkan kata-kata yang telah kuatur sedemikian rupa, "Bisakah kau berbaikan saja dengan Baji?"

Aku sengaja tidak menyebut nama kecil Baji agar Kazutora tidak cemburu. Tertangkap oleh pengelihatanku perubahan ekspresinya lagi, walaupun detik berikutnya dia berkata dengan santai, "Aku sedang tidak berselisih tuh dengannya. Baji 'kan temanku."

𝐔𝐊𝐇𝐓𝐈 ☘ tokyo revengers ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang