𝐗𝐗𝐈𝐈 - "𝐒𝐞𝐦𝐮𝐚 𝐒𝐚𝐥𝐚𝐡𝐤𝐮"

5.6K 1.4K 463
                                    

Kupikir... menyelamatkan Baji adalah satu-satunya jalan keluar.

Jika Baji Keisuke berhasil selamat, aku akan mengambil kembali kepercayaan Mikey dan menjadikannya tujuan utama. Aku hanya perlu bertahan hingga yakin Baji dan Emma baik-baik saja. Setelah itu aku akan kembali ke duniaku tanpa penyesalan.

Mikey tidak akan menjadi jahat jika aku berhasil melindungi salah satu orang yang paling mengerti dia. Asalkan masih ada Baji atau Emma, Mikey masih berkemungkinan untuk diselamatkan.

"Aku masih belum menemukan jawabannya."

Suara rendah yang menginterupsi pikiranku, seketika membuatku berpaling. Aku bergeming saat Mikey memelankan kendaraannya dan berhenti di sisi jalan. Pemuda itu turun dari motornya kemudian menatapku, menyuruhku untuk mengikutinya. Begitu tersadar, netraku berkeliling untuk melihat tempat dimana kami berada.

Danau.

Pandanganku lantas kembali pada Mikey yang sudah berjalan mendahuluiku, "Kebingunganku semakin bermunculan."

Aku memperhatikan saat pemuda itu berdiri seraya memandang jauh ke depan. Ah, aku ingat pemandangan ini. Ini danau tempat dimana Mikey dan Draken mengajak Takemichi bolos di awal-awal pertemuan mereka.

Untuk apa Mikey mengajakku kemari?

"Kenapa orang-orang memilih pergi ketika orang baru datang?" pemuda itu kembali berkata, helaian pirangnya melambai halus menyentuh bahunya yang terlihat kokoh namun rapuh disaat bersamaan, "... kenapa semua orang memilih menyelesaikan masalah mereka masing-masing? Touman sebenarnya terbentuk untuk apa?"

Aku terdiam, memilih mendengarkannya sembari menebak apa yang ingin disampaikan pemuda itu.

"Baji, Mitsuya, kau," Mikey kini menoleh padaku dengan senyum kosong yang akhir-akhir ini sering kulihat, "Aku tidak akan paham jika kalian tidak pernah bicara."

Aku menautkan keningku, mulai merasa aneh dengan percakapan ini. Apa maksud perkataan Mikey? Mengapa namaku dan Baji dibawa-bawa―tidak, aku justru lebih bingung karena nama Mitsuya dibawa bersama kami.

"Apa maksudmu dengan Mitsuya?" akhirnya aku membuka suara, menatapnya penuh tanda tanya. Kulihat tatapan dalamnya yang di arahkan padaku. Biasanya tatapan seperti itu membuatku terintimidasi, namun kali ini aku lebih fokus pada kekecewaan mendalam di jelaganya.

"Mitsuya berkata akan keluar dari Touman jika aku tidak mengeluarkan Kisaki."

Pernyataannya melebarkan manik mataku. Belum selesai disana, pemuda pirang itu kembali berucap dengan dingin, "Dan mengingat perseteruan internal yang dimaksud oleh Hanma, kekasihmu itu―"

Aku masih terperangkap oleh keterkejutanku sampai tak mengindahkan ekspresi Mikey yang semakin menggelap.

"―apa kau juga yang sudah menghasutnya, (Name)-cchi?"

 

+

[Normal]

Perjalanan yang dilalui remaja berbeda gender itu semakin memburuk dari sebelumnya. Saat melihat (Name) yang terdiam oleh pertanyaannya, Mikey memilih untuk mengakhiri percakapan mereka. Meskipun masih mengantar (Name) seperti tujuan awal, namun ketegangan di antara mereka semakin memuncak setiap detiknya.

Entah hubungan seperti apa yang terbentuk di antara dua orang ini. Tapi satu hal yang pasti... Mikey menggantungkan keputusannya untuk memercayai (Name) atau menyalahkan gadis itu... dia sedang dalam kebingungan tak berujung. Bertanya-tanya mengapa dirinya selalu terjatuh di lubang yang sama? Akan sangat mudah jika dia menyingkirkan gadis itu secepatnya, membuatnya mundur dan pergi sejauh-jauhnya dari Tokyo.

𝐔𝐊𝐇𝐓𝐈 ☘ tokyo revengers ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang