"Kalau kau memilih menjadi musuhku dan berpihak pada Touman, lebih baik kau mati disini."
Kalimat yang dilontarkan Hanemiya Kazutora membuat tubuhku bergetar. Aku tidak pernah memikirkannya, sekarang aku menyadari kesalahanku.
Hanemiya Kazutora... seberapa dalam luka yang telah ia pendam selama ini? Seberapa besar rasa sakit hingga mengubahnya sedemikian rupa?
Dulu aku hidup untuk diri sendiri. Aku hanya akan memilih teman yang satu frekuensi denganku. Bukan tanpa alasan aku melakukannya. Karena dengan bersama teman-teman yang baik, aku bisa terus istiqomah di jalan kebenaran. Kami saling mendukung dan menasihati dalam kebaikan.
Sehingga aku perlahan menjauh, menciptakan dinding sendiri. Kupikir itu wajar, karena aku sangat lemah, masih sering lalai, masih belum cukup ilmu untuk mengambil segala keputusan dengan tepat.
Tanpa sadar aku malah menilai orang lain sesuka hatiku, mengkoreksi hal-hal yang tidak sesuai pemahamanku. Tapi...
Bukankah Firaun yang begitu kafirnya―Allah masih meminta Musa untuk menasihatinya dengan lembut?
Lantas mengapa diriku mengeraskan hati?
Sesampah apapun Kisaki, Hanma maupun Kazutora, jika aku sampai bisa merasa suci dan lebih baik dari mereka... bukankah berarti diriku lebih buruk?
Aku mulai paham. Semua peristiwa yang menimpaku... mungkinkah ini cara Allah untuk menyandarkanku dari fitnah yang tak tampak namun merusak hati?
Aku merasa baik karena berusaha menyelamatkan Baji, padahal sebenarnya aku hanya memanfaatkannya untuk keegoisanku sendiri.
Aku tidak menyelamatkan siapapun, aku hanya ingin menyelamatkan diriku sendiri.
Sekejam inikah diriku?
+
Kazutora mengernyitkan dahi ketika lawan bicaranya tidak mengucapkan sepatah kata pun. Dia kecewa, menyadari bahwa (Name) tidak akan pernah bisa ditarik kepihaknya. Padahal Kazutora sangat menyukai gadis itu. Dia langsung tertarik padanya sejak pertemuan pertama mereka, pada hari Baji datang menemuinya.
Mungkin saja dirinya sudah terobsesi dengan gadis ini. Karena itu Hanemiya Kazutora tidak terima kalau (Name) dimiliki orang lain selain dirinya. Jika (Name) benar-benar memilih menjadi musuhnya, gadis itu lebih baik mati di tangannya.
"Kenapa kau diam?"
Dia kembali bertanya. Dan setelah hampir satu menit menunggu jawaban yang kosong, Kazutora mengangkat kepalanya dengan kesal. Pandangannya segera tertuju pada gadis yang masih bergeming sejak percakapan awal mereka, seakan-akan tidak menganggap keberadaannya. Pikiran itu membuat Kazutora merasa marah.
"Bicaralah, sial...-" netra pasirnya melebar, berbalik tertegun mendapati pemandangan yang tak pernah disangka.
Gadis itu menangis. Kenapa?
"Maaf... aku salah... pasti menyakitkan, ya?"
Pertanyaan (Name) membuatnya mengerjabkan mata, "Apa?" gumamnya kaku masih belum lepas dari keterkejutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐔𝐊𝐇𝐓𝐈 ☘ tokyo revengers ✓
Fanfiction❛ seorang gadis masuk ke dunia tokyo revengers?! tapi 'kan dia punya prinsip 'stay halal sistah' ―terus gimana dong? ❜ ━━━━━━━━━━━━━━━━━━━ 𝐓𝐨𝐤𝐲𝐨 𝐑𝐞𝐯𝐞𝐧𝐠𝐞𝐫𝐬 © 𝐊𝐞𝐧 𝐖𝐚𝐤𝐮𝐢