𝐗𝐕𝐈𝐈𝐈 - 𝐊𝐞𝐬𝐚𝐤𝐬𝐢𝐚𝐧 𝐕𝐚𝐥𝐡𝐚𝐥𝐥𝐚

6.3K 1.6K 322
                                    

Aku menyeruput minuman dingin di tanganku. Pandanganku berkeliling ke arah jalanan yang lumayan ramai. Suara derap langkah kaki seketika menarik seluruh atensiku. Aku menoleh, menemukan Baji yang mendekat bersama Chifuyu.

Hari ini akhirnya tiba. Hari Peradilan. Ini adalah hari dimana Baji akan bergabung dengan Valhalla.

Hari ini juga Takemichi akan datang sebagai saksi. Inilah kesempatanku berbicara dengannya.

"Kau yakin tidak datang bersamaku?" tanya Baji untuk kesekian kali. Ekspresinya tampak tak setuju.

Ah, aku teringat hari-hari belakang yang hampir selalu 'ku habiskan bersamanya. Seperti kata Baji tempo hari, dia benar-benar menjadi bodyguard-ku. Padahal aku tidak dalam keadaan terancam sama sekali, namun pemuda ini tetap keras kepala.

Hal ini membuatku agak risih, namun keberadaannya juga membuat Mitsuya berhenti berusaha menemuiku. Aku tidak tahu dengan cara apa sehingga Baji berhasil membuatnya menyerah. Setidaknya sampai arc Valhalla selesai, aku tidak mau menemui Mitsuya. Hanya tinggal seminggu lagi, dia akan paham.

"Ya, kau pergilah bersama Chifuyu. Ada hal yang harus kuurus terlebih dahulu," jelasku.

Aku berbohong. Sebenarnya aku merubah rencanaku. Aku tidak berniat mengikuti saran Kazutora untuk ikut serta dalam sidang itu.

Kupikir pilihanku kali ini tidak salah. Lagipula aku malas tiba disana lebih cepat lalu berada satu ruangan dengan Hanma lebih lama. Bagaimana pun aku sadar kalau aku menjadi korban, itu karena kesalahanku sendiri yang lengah.

Ah, sungguh melelahkan meladeni orang-orang yang lebih muda setahun-dua tahun dariku namun perilaku mereka seperti bertahun-tahun di atasku.

"Baiklah, tapi jika kau terlibat masalah, segera hubungi aku," keputusan Baji membuatku mengangguk.

Tentang ponselku yang rusak, aku menceritakannya pada Baji. Dia meminjamkanku ponsel lipat miliknya yang katanya sudah tak terpakai. Aku ingin menolak tapi pemuda itu terus memaksa. Akhirnya aku menerimanya, lagian aku tidak punya benda komunikasi lain.

Pandanganku berpaling pada Chifuyu yang sedari tadi terdiam. Pemuda itu pasti sudah tahu akan terjadi hal buruk padanya, namun tetap saja dia kukuh mengikuti Baji. Walaupun terlihat soft, sebenarnya dia adalah karakter yang kuat luar-dalam. Aku tersenyum padanya membuat pemuda bersurai undercut itu tersentak.

'Maafkan aku karena tidak bisa membantumu.'

"Aku pergi, (Name)."

Ucapan Keisuke membuatku berpaling, melambaikan tangan padanya, "Sampai jumpa."

"Aa," Baji berjalan duluan, mengisyaratkan sang mantan partner untuk mengikutinya.

"Aku juga pergi, (Name)-san."

Langkah kaki Baji terhenti, sama sepertiku yang sedikit terkejut dengan perkataan Chifuyu. Pemuda itu hanya terus diam menatapku, seolah-olah sedang menunggu balasan dariku.

Aku menggaruk pipiku dan tersenyum bingung, "Uh, oke, hati-hati Chifuyu."

Ku lihat Chifuyu tersenyum cerah, dia akhirnya berbalik mengikuti Baji yang sempat berhenti, "Ayo Baji-san, kenapa kau diam saja," tanyanya heran.

Keisuke akhirnya kembali melanjutkan perjalanannya tanpa mengatakan apapun.

'Hm, apa ini? Aku tidak tahu kalau Chifuyu selalu mengikuti semua yang dilakukan Baji? Memangnya begitu ya di manganya?' pikirku takjub.

 

+

[Normal]

Dalam perjalanan santainya menuju ke Markas Valhalla, (Name) memilih untuk berhenti sebentar di sebuah air mancur. Dia berlutut, menggapai air yang terlihat segar di bawahnya.

𝐔𝐊𝐇𝐓𝐈 ☘ tokyo revengers ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang