𝐗𝐈𝐗 - 𝐌𝐚𝐬𝐚 𝐃𝐞𝐩𝐚𝐧

7.1K 1.6K 297
                                    

"Kazutora akan lebih sulit mendengarkanku kalau begini."

Seorang gadis yang tengah memotong-motong makanannya mengembuskan napas lelah. Pandangannya berkeliling di sepanjang restoran yang saat ini ia kunjungi. Sudut-sudut bibirnya menipis, 'Tapi jika benar mata-mata Kisaki berhenti mengikutiku... itu melegakan sekali.'

Semua karena Baji.

Dia benar-benar tidak pernah bertemu Mikey lagi sejak malam itu, Mitsuya berhenti berusaha menemuinya, dan mata-mata Kisaki berhenti menguntitnya. Baji Keisuke ternyata orang yang sangat bisa di andalkan.

'... orang seperti ini harus diselamatkan. Walaupun kematiannya adalah alasan Takemichi menjadi kapten divisi satu, namun itu tidak ada artinya. Masa depan justru semakin buruk karena Mikey membunuh semua rekan-rekan lamanya.'

"(Name)-san."

Panggilan seseorang membuat (Name) yang menatap piringnya seketika berpaling―lantas melemparkan senyum, "Duduklah Takemichi, aku sudah menunggumu."

Pemuda bersurai kuning beranjak ke kursi yang berlawanan dengannya, "Maaf membuatmu menunggu, (Name)-san."

Lawan bicaranya menggeleng kecil, "Tidak masalah kok. Ah, dan tolong bicara santai saja."

Pemuda itu tertawa canggung, "Uh, baiklah (Name)-san."

"Mau pesan apa?" tawarnya menyerahkan buku menu.

Takemichi menggeleng, "Aku baru saja pulang kencan dengan Hina, perutku masih kenyang."

'Oh, pantas saja...' (Name) kembali melipat bukunya. Pandangannya kini tertuju penuh pada pemuda di hadapannya, "Baiklah Takemichi, aku tidak ingin basa-basi. Alasanku membuat pertemuan ini adalah untuk menawarkan kerjasama denganmu."

Pemuda itu membulatkan mata, "Kerja... sama?"

Gadis di hadapannya mengangguk, "Aku tahu kau pasti memiliki kecurigaan padaku, belum lagi aku baru saja mengkhianati teman-temanku di Touman dan justru berhubungan baik dengan Valhalla. Namun percayalah bahwa sebenarnya aku berada di pihak kalian, begitu juga Baji. Kami melakukannya untuk menyelidiki Kisaki, kau juga tahu, 'kan?"

Hanagaki bergeming―entah memikirkan apa―sebelum akhirnya dia mengangguk kecil, "Chifuyu sudah memberitahuku kemarin setelah mengantarnya pulang. Kami juga banyak bercerita."

'Seperti manganya ya... itu bagus,' lega (Name), "Aku senang kalau kau memahaminya, Takemichi. Aku juga akan mengatakan semua rahasiaku padamu jika kau mau, kau adalah satu-satunya yang bisa kupercayai lebih daripada orang lain."

Takemichi terlihat mengeraskan ekspresinya. Dia tahu ada kontradiktif karena perilakunya yang tiba-tiba, namun (Name) sendiri sudah tidak punya banyak waktu. Lagipula dia sangat memahami karakter protagonis ini.

"Aku..." pemuda itu terlihat menggertakkan giginya, "Aku tidak tahu harus merespon seperti apa."

(Name) kembali berkata seraya mengulum senyumnya, "Katakan apa yang bisa kulakukan agar kau percaya?"

Brak!

"Bukan itu masalahnya!"

Takemichi tiba-tiba saja bangkit sembari menggebrak meja. Suaranya yang naik membuat lawan bicaranya mengerjabkan mata kaget, "H-hai'?"

'Apa ini? Meskipun dia kena syok, bukankah reaksinya terlalu berlebihan?' batin gadis itu.

Hanagaki akhirnya tersadar ketika melihat beberapa pengunjung yang menoleh pada mereka karena merasa terganggu. Untungnya suasana restoran ini lumayan ramai, sehingga suara teriakannya berbaur dengan percakapan orang-orang. Pemuda itu kembali duduk dengan ekspresi tertekan.

𝐔𝐊𝐇𝐓𝐈 ☘ tokyo revengers ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang