"Gimana?" Tanya Samuel ketika mereka sampai di markas dengan kaca jendela sudah pecah tak terbentuk.
Ya, mereka membolos pelajaran terakhir untuk membahas strategi penyerangan nanti malam. Revlas selalu saja cari masalah, entah lah mereka itu mau nya apa. Selalu menantang tapi berujung kekalahan. Begitu saja terus.
"Seperti biasa." Jawab Raka singkat.
"Gak di ubah Rak? Mereka pasti tahu kalo kita bakal langsung nyerang." Sahut Rio.
"Sedikit."
"Bos, lo bisa gak sih kalo ngomong panjangan dikit? Apa mau gue kasih sirih mulut lo biar ngoceh terus? Otak gue kadang suka ngeleg bos kalo lo ngomong. Kalo mau ntar gue petikin sirihnya bos. Mau berapa lem-"
Ryan tidak melanjutkan ucapannya kala Raka menatapnya tajam.
"Mampus gue, singanya bangun." Gumam Ryan dalam hati.
"Kenapa?" Tanya Raka.
Ryan melongo bingung, "H-hah? Ke-kenapa gimana Rak?" Tanya nya gagap.
"Kenapa lo berhenti ngomong?!" Teriak Raka.
Semua yang ada di ruangan terkejut ketika mendengar teriakan Raka. Tapi sebagian juga ada yang menahan tawa nya ketika melihat raut wajah ketakutan Ryan.
"Am-ampun Rak, gu-gue cu-"
"Gue pesen sepuluh." Potong Raka dengan nada datar.
Melongo. Itulah ekspresi mereka yang mendengar sang ketua ingin memesan sirih. Kebayang gak sih hahahaha.
Ryan menetralkan raut wajahnya sambil cengengesan, "Beneran Rak? Lo mau pake sirihnya?"
"Gak."
Ryan menatap Raka bingung, "Lah begimane Rak?"
"Gue beli, nanti gue suruh lo telen tuh sirih biar mulut lo gak banyak bacot. Sekali lagi gue denger lo ngebacot, mulut lo gue tebas." Ujar Raka.
Ryan membungkam mulutnya. Ia bergedik ngeri dengan ucapan Raka yang tajam itu. Kayak cabe kaldaruasa.
"Anjir lah serem banget gilak!" Ujar Ryan.
"Jadi nyerang gak nih anjing! Lo pada bego anjir dari tadi. Orang lagi bahas apa, malah nyambungnya kemana tau. Lo juga bos, ngapain sih ngeladenin si gorila." Kesal Rio.
"Dia yang mulai." Bela Raka.
"Tapi ngapa lo ladenin bos? Sama nya bego."
"Ulangin." Raka menolehkan kepalanya menatap tajam Rio.
"Udah nyet! Lanjut." Sahut Samuel.
"Gak ada yang di lanjut." Jawab Raka.
"Ed?" Seakan ngerti dengan ucapan Samuel. Edgar membuka suara untuk menjelaskan lebih rinci.
"Strategi kali ini sama seperti biasanya. Bedanya, inti graventas masuk lewat pintu depan. Sisanya ngalihin mereka dari pintu belakang. Terserah kalian mau ngapain, bikin ribut juga gak masalah. Jadi pas inti sudah masuk lewat pintu depan dan berhasil ngacak-ngacak tuh markas, baru kalian cabut. Nah sisa inti nya nanti langsung ngebogem Ravles. Kita yang bakal berurusan sama tuh orang. Apa maksud mereka ngacak-ngacak markas kesayangan kita ini." Jelas Edgar panjang lebar.
"Gitu doang Ed?" Tanya Galang yang sedari tadi diam.
Edgar hanya menanggukkan kepalanya.
"Kalian boleh pergi." Ujar Raka pada anggotanya.
Sekitar 150 orang menganggukkan kepalanya lalu berpamitan pada Raka untuk keluar markas. Sedangkan Raka hanya menyahuti dengan deheman.
"Lega gue." Galang menghembuskan napasnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
GRAVENTAS (OTW END)
Teen Fiction"Darah di balas darah, nyawa di balas nyawa! Sampai kapan pun, Graventas tidak bisa di kalahkan!" -Raka Williams. "Siapa pun yang bangunin singa tidur, detik itu juga nyawa taruhannya!" -Samuel Louis. • • "Lo harus janji, kalo lo gak akan berpaling...