Part 15

5.2K 692 30
                                    

Prang

"Gue gak guna bangsat!"

Sepulang dari markas, Raka memilih untuk ke apartemennya. Dan ya..

Raka menghancurkan semua barang-barang yang berada di apartemennya itu. Ingatan itu kembali terputar di otaknya. Potongan-potongan kejadian menyakitkan itu kembali membuat dadanya sesak.

"Maafiin Raka bun, Raka gak bisa lindungi bunda waktu itu." Lirihnya.

"Gue bakal bales dendam atas apa yang kalian lakukan sampai bunda gue meninggal!"

Raka kembali melempar sebuah vas bunga yang berada di samping tv. Kini keadaan apartemennya hancur tak terbentuk. Darah juga mengalir dari tubuh Raka. Dirinya runtuh. Raka lemah, jika sudah menyangkut bundanya.

Raka mengambil sebuah bingkai yang berisi foto wanita muda cantik. Ia mengusap foto tersebut, "Raka kangen bun. Bunda gak bisa kembali lagi ya? Raka sakit bun, hati Raka sakit. Mereka semua jahat."

"Bunda tenang di sana ya. Suatu saat nanti, papah akan tahu semuanya. Raka udah muak sama perlakuan dia bun. Tapi bukan sekarang waktunya Raka membuka kebenaran itu. Raka butuh saksi yang kuat, tapi orang itu entah sudah pergi kemana."

"Raka-"

Ting tong

Raka memejamkan matanya, ia menahan agar air matanya tidak menetes. Bingkai foto itu ia letakkan tepat di meja samping tv. Raka membuka pintu apartemennya ketika suara bel berbunyi.

Ceklek

"Raka, ma-"

Raka terdiam ketika mendengar suara itu.

"Lo kenapa?" Ucapan nya berganti dengan sebuah pertanyaan.

Ya, dia Vania. Entah darimana ia tahu alamat apartemen Raka.

"Ngapain?" Tanya Raka datar.

Vania bergedik ngeri, ketika ia melihat bercak darah di sekitar baju dan tangan Raka.

"Lo kenapa? G-gue boleh masuk?"

Raka menatap Vania datar, "Gak. Mau apa lo?"

"Tadi Edgar telpon gue, katanya di-"

"Masuk." Potong Raka yang berlalu masuk dulu ke dalam apartemennya. Vania hanya berjalan menyusul Raka memasuki apartemennya.

Ketika Vania sudah sampai dalam, matanya melotot tak percaya. Keadaaan apartemen ini sangat berantakan. Di tambah ia melihat darah yang berceceran di atas lantai.

Vania menatap Raka diam.

"Duduk." Suruh Raka dengan dagu mengarah ke arah sofa.

"T-tangan lo kenapa?" Bukannya duduk, Vania malah berjalan mendekati Raka.

"Gpp. Lo duduk, gue ambil minum dulu." Jawab Raka yang langsung melangkah menuju dapur.

Vania yang melihat kepergian Raka memilih untuk duduk di sofa hitam yang berada di ruang tamu itu.

Vania melihat sekeliling apartemen Raka. Cukup luas, dan nyaman. Tapi kali ini, keadaannya sangat hancur.

"Sorry cuma ada air putih."

Vania mengalihkan pandangannya menatap Raka, "Gpp. Makasih."

"Rak, lo ada P3K?"

Raka duduk di samping Vania, "Buat apa?"

"Itu tangan lo harus cepet di obatin, kalo gak nanti infeksi."

Raka tersenyum miris, "Percuma. Yang sakit itu hati gue Van."

GRAVENTAS (OTW END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang