"Pagi Mah, Pah." Sapa Vania yang langsung duduk di samping Arka.
Pagi hari ini, Vania dan keluarga sarapan bareng. Ia sudah rapih dengan seragam sekolahnya. Begitu juga dengan papah dan abangnya yang sudah rapih dengan balutan jas kerjanya.
"Pagi sayang." Jawab Malvin, papahnya.
"Pagi juga nak." Sahut Leta, mamahnya.
"Ada masalah idup ape lo sama gue?" Arka membuka suaranya.
"Pagi." Sapa Vania datar.
"Gak ikhlas amat sih."
"Serah lo."
"Udah kalian ini ribut terus ya. Cepat makan nanti telat." Relai Leta.
Leta pun menyendokkan makanan untuk suami dan anaknya. Kini suasana menjadi hening karena mereka sibuk dengan makanannya masing-masing.
"Bagaimana sekolah kamu Van?" Tanya Malvin memecah keheningan.
"Lancar pah."
Malvin menganggukan kepalanya, "Perusahaan lancar kan Ar?"
"Jelas lancar dong pah."
"Perusahaan kamu yang di Korea bagaimana?"
Arka meneguk minum yang ada di depannya, "Lancar pah. Lagi ada kenaikan yang cukup besar pah. Mungkin sekitar dua Minggu lagi, Arka bakal ke sana." Jawabnya.
"Loh kok cepet banget sih bang?" Tanya Leta.
"Iya mah, soalnya kan udah Arka tinggal sebulan, jadi sebagai pemilik perusahaan Arka harus liat sebulan sekali minimal mah."
"Biarin aja dia pergi mah, rese tau ada dia disini." Sahut Vania.
"Jadi adek laknat bener lo ya. Ntar kan kalo gue udah nikah, gue gak bisa isengin lo lagi Van. Lo juga bakal nangis kejer kalo gue gak isengin lo."
"Najis amit-amit."
"Hush udah. Kalian berangkat sekarang aja, 20 menit lagi udah mau bel. Kamu juga Arka, katanya ada meeting pagi. Cepat berangkat sana." Ujar Leta.
"Iya mah, Vania duluan ya Mah Pah." Jawab Vania sambil menyalim tangan kedua orang tuanya.
"Kamu berangkat sama Mang Cecep Van?" Tanya papahnya.
"Iya pah."
"Hati-hati ya." Ujar papahnya.
Vania mengangguk dan langsung melangkah keluar. Di luar rumahnya sudah ada Mang Cecep yang sedang mengelap kaca mobil.
"Pagi Mang." Sapa Vania.
Mang Cecep yang kaget pun menengok kebelakang, "Astagfirullah ngagetin aja non. Eh iya, pagi juga non."
Vania terkekeh kecil melihat raut kaget Mang Cecep.
"Berangkat sekarang non?" Tanya Mang Cecep. Vania hanya mengangguk mengiyakan dan masuk ke dalam mobil. Begitu pun Mang Cecep yang segera menaruh lap kaca mobil itu, dan masuk ke dalam mobil. Ia segera menancap gas dengan kecepatan rata-rata.
Selama di perjalanan pun tidak ada obrolan. Vania yang bosan pun akhirnya membuka ponselnya dan mulai mendengarkan lagu menggunakan headset. Mang Cecep hanya fokus menyetir.
15 menit perjalanan, akhirnya Vania sampai di depan gerbang SMA GARUDA.
"Makasih ya Mang. Vania masuk dulu, Mang Cecep hati-hati di jalan." Ujarnya.
"Oh iya, non Vania juga belajar yang benar ya non jangan pacaran dulu atuh."
Vania terkekeh mendengar jawaban Mang Cecep, "Iya Mang. Aman. Udah ya, Vania masuk dulu."

KAMU SEDANG MEMBACA
GRAVENTAS (OTW END)
Teen Fiction"Darah di balas darah, nyawa di balas nyawa! Sampai kapan pun, Graventas tidak bisa di kalahkan!" -Raka Williams. "Siapa pun yang bangunin singa tidur, detik itu juga nyawa taruhannya!" -Samuel Louis. • • "Lo harus janji, kalo lo gak akan berpaling...