Part 17

5K 604 52
                                    

Miko dan ke lima temannya berhasil nyelusup ke lantai dua. Di depan gudang ada banyak orang yang menjaga, siapa lagi kalau bukan anggota Vandalas.

"Gimana nih Mik? Mana banyak banget lagi tuh." Ujar Farhan sambil menunjuk kumpalan cowok itu menggunakan dagunya.

"Kita lawan aja." Jawab Miko.

Kini mereka sembunyi di balik tembok dekat tangga. Karena tidak mau berlama-lama, Miko berjalan lebih dulu menuju depan gudang.

Kumpulan anak Vandalas menoleh ketika melihat Miko dan temannya berjlaan mendekati mereka.

"Heh siapa lo?" Tanya salah satu anggota Vandalas, Bima.

"Dalam hitungan tiga, kita serang." Bisik Miko kepada teman-temanya. Mereka pun mengangguk mengiyakan.

"Satu."

"Dua."

"Tiga."

Bugh

Miko berlari dan langsung meninju tulang pipi kanan Arkan. Begitu juga dengan temannya. Mereka saling baku hantam untuk membuat musuhnya tumbang.

Rangga melawan Randy. Ketika Rangga membalikkan tubuhnya, dengan cepat Randy mengeluarkan pisau dari balik jaketnya.

Rangga yang mempunyai firasat tidak enak pun kembali membalikkan tubuhnya. Ia sempat kaget ketika melihat musuhnya bersiap melempar pisau ke arahnya. Dengan gerakan cepat, Rangga menggeser tubuhnya ke kiri. Alhasil, pisau itu meleset tak mengenai sasaran.

Randy menggeram marah. Sedangkan Rangga menghela napas lega. Karena emosi, Rangga pun menghampiri Randy dan meninju dada Randy. Lebih tepatnya di bagian uluh hati.

Randy yang mendapat tinjuan keras pun tergeletak di atas lantai dan memuntahkan banyak darah. Karena belum puas, Rangga menarik kerah baju Randy dan memberikan bogeman keras tepat di hidung Randy.

Bugh! Krek!

Ya, tulang hidung Randy retak. Darah keluar dari lubang hidungnya dan juga dari mulutnya. Hanya satu detik, Randy pun pingsan. Rangga yang melihat lawannya tak berdaya tersenyum penuh kemenangan.

Miko dan yang lainnya pun sudah berhasil membuat musuhnya tergeletak di lantai tak berdaya. Dengan cepat, Miko mendobrak pintu gudang itu. Sekali dorongan, pintu pun terbuka dan langsung memperlihatkan seseorang yang berada di atas kursi dengan darah dimana-mana.

Miko dan temannya berlari menghampiri Gibran yang sudah tak berdaya.

"Gib bangun Gib! Gue dan yang lain dateng buat nyelametin lo. Bangun Gib!" Teriak Miko sambil menggoyangkan tubuh Gibran.

"Bebasin dulu njing!" Ujar Sultan yang langsung melepas ikatan tali tambang yang melilit tubuh Gibran.

"Di borgol asu!" Ujar Torik kesal.

Mereka pun mengedarkan pandangan nya untuk mencari kunci borgol.

"Cari di saku jaketnya Arkan buru!" Suruh Miko.

Torik pun berlari menghampiri Arkan yang sudah pingsan. Ia merogoh saku jaket milik Arkan, dan benar saja. Sebuah kunci berada di saku jaketnya.

Torik pun kembali masuk ke dalam gudang dan langsung melepas borgol dari tangan Gibran.

"Langsung bawa keluar lewat pintu belakang!" Suruh Miko.

Mereka pun membawa tubuh Gibran keluar gudang dan rumah tua itu lewat pintu belakang. Sedangkan Miko sudah lebih dulu keluar mengambil mobilnya. Untung saja ia membawa mobil, jadi lebih gampang aja bawa Gibran ke rumah sakit.

GRAVENTAS (OTW END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang