"Mau makan?"
Pagi ini Raka dan Vania berada di sebuah taman. Benar sekali, mereka baru saja selesai jogging pagi.
Vania mengusap keringat di dahinya. Ia menatap Raka yang juga sedang menatapnya.
"Mau gulali." Jawaban Vania membuat Raka mengerutkan keningnya.
"Gulali?" Tanya Raka.
Vania mengangguk, "Iya. Beliin dong."
"Lo yang jadi babu, kenapa gue yang di suruh."
"Lo yang ngajakin gue jogging!" Kesal Vania.
Raka mengacuhkan bahunya acuh lalu mengambil ponselnya yang berada di saku celananya. Vania yang melihat itu mendengus kesal.
"Gue mau cerita." Ujar Raka yang kembali memasukkan ponselnya ke saku celana, lalu menatap Vania serius.
"Cerita tinggal cerita. Rib-"
"Bunda."
Vania menaikkan sebelah alisnya kaget, "B-bunda? M-maksudnya?"
"Janji kalo lo gak akan kasih tau ini sama siapa pun."
Vania menegakkan duduknya lalu menarik napas pelan, "Oke."
Flashback on
"Bunda mau kemana?" Tanya seorang laki-laki yang masih kelas X SMA itu. Dia Raka.
Maudy menoleh menatap putranya dan memeluk putra nya erat, "Maafin bunda ya."
Raka membalas pelukan bundanya, "Kenapa?"
Maudy menggelengkan kepalanya dan melepas pelukannya dengan mata yang berkaca-kaca. Raka yang melihat itu kaget dan langsung mengusap air mata bundanya menggunakan jarinya.
"Bunda kenapa nangis hm? Raka ada salah sama bunda?"
Maudy menggelengkan kepalanya lalu merogoh tas yang ia bawa.
"Kamu simpan ini baik-baik ya. Jika sudah waktunya, kamu boleh lihat isinya. Satu lagi, jaga diri kamu baik-baik dan jaga papahmu."
Raka menatap sebuah flashdisk yang berada di tangannya bingung, "Maksud bunda gimana?"
"Raka, bunda hanya pesan satu hal untuk kamu. Jangan pernah membuat perempuan sedih, dan jangan hancurkan hatinya. Kalo kamu melakukan itu kepada perempuan yang kamu temui nanti, artinya kamu juga menyakiti hati bunda. Jaga perempuan layaknya kamu menjaga bunda. Jika kamu tidak suka sama dia, tolak dengan cara halus dan jangan pernah memberi harapan sedikit pun untuknya. Jadilah laki-laki yang bertanggung jawab."
"Satu lagi, jika kamu ada masalah sama papahmu. Datanglah ke rumah Om Bagas, hanya dia yang baik dan selalu pengertian sama bunda." Lanjut Maudy.
Raka menatap bundanya sendu, "Bunda kenapa ngomong gitu? Emang bunda mau kemana?"
"Bunda mau ke rumah nenek dulu sebentar. Sudah lama bunda gak ke sana."
"Raka anter ya?" Tawar Raka.
Maudy menggelengkan kepalanya, "Kamu kan lagi di hukum sama papahmu. Jadi kamu disini aja ya, biar bunda naik taxi aja nanti."
"Kan ada mobil bun, pakai mobil aja. Atau mau di-"
Maudy meletakkan jari telunjuk nya di bibir Raka, "Bunda naik taxi aja. Kamu gak usah khawatir gitu, kan sudah biasa juga bunda ke rumah nenek naik taxi."
"Tapi perasaan Raka gak enak bun."
Maudy tersenyum manis, "Gak enak gimana? Makan gih biar enak. Sudah, bunda berangkat dulu ya."

KAMU SEDANG MEMBACA
GRAVENTAS (OTW END)
Novela Juvenil"Darah di balas darah, nyawa di balas nyawa! Sampai kapan pun, Graventas tidak bisa di kalahkan!" -Raka Williams. "Siapa pun yang bangunin singa tidur, detik itu juga nyawa taruhannya!" -Samuel Louis. • • "Lo harus janji, kalo lo gak akan berpaling...