Chapter 8

374 62 39
                                    

Selamat Membaca*

#Joohyun POV.

Setelah makan malam selesai, Minho dan teman-teman Beomgyu pulang ke Busan dengan memakai mobil Minho.

Aku dan Beomgyu pun berniat untuk pulang ke apartemen tapi sebelum itu kami berpamitan dulu kepada Seokjin dan putrinya.

"Kapten Kim, aku dan Beomgyu juga pamit pulang." Pamitku karena ingin segera beristirahat.

"Tunggu!"

Kim Seokjin menahan kepergian kami yang hendak berjalan ke sebuah halte bus. "Bagaimana kalau kami antarkan kalian pulang?" Tawaran dari Seokjin tentu saja langsung aku tolak karena tak mau merepotkannya.

"Tak usah, apartemen kami tak jauh dari sini." Tolakku baik-baik agar dia tak merasa tersinggung.

Aku meraih tangan Beomgyu berniat untuk segera mengajaknya pergi tapi tangan Beomgyu yang lain kini malah diraih oleh Seokjin.

"Justru karena tidak terlalu jauh, jadi aku mau mengantarkan kalian untuk pulang." Timpal Seokjin masih sangat bersikeras untuk mengantarkan kami berdua meskipun sudah ditolak.

Seokjin beralih pada Beomgyu yang terlihat kebingungan. "Kamu teman Minjeong kan? Paman antarkan kau dan ibumu pulang ya?" Ajaknya tapi kali ini pada putraku.

"Eummm, aku terserah eomma saja." Jawab Beomgyu sembari menunduk pasrah karena keputusannya berada di tanganku.

Malam sudah semakin larut, jika aku masih berdebat dengannya kami tak bisa segera pulang.

"Baiklah, kami terima tawaranmu." Putusku sembari menatap Beomgyu yang terlihat sangat senang, kenapa putraku merasa senang di antarkan pulang? Pasti karena bisa naik mobil mewah.

Aku dan Beomgyu duduk di bangku belakang sembari terus menatap ke luar jendela, sebenarnya aku sangat penasaran sejak kapan putraku jadi begitu akrab dengan putrinya Seokjin.

Tak butuh waktu yang lama, mobil yang kami kendarai sampai tepat di depan gedung apartemen.

"Terima kasih untuk tumpangannya, kapten Kim." Ucapku tak lupa untuk berterima kasih, begitu juga putraku.

Dia tersenyum membuatku terkejut karena senyumannya itu seperti tak biasa, senyuman penuh arti. "Tentu, dengan senang hati."

Apa maksudnya dengan senang hati?

Ah, sudahlah!

"Kalau begitu kami masuk sekarang, selamat malam." Pamitku lalu masuk ke dalam gedung apartemen sembari menarik tangan Beomgyu agar segera masuk ke dalam bersamaku.

Setelah masuk ke dalam apartemen kami, aku mulai mengintrogasinya.

"Baik, Choi Beomgyu! Cepat beritahu eomma, sejak kapan kau begitu dekat dengan anak perempuannya Seokjin." Tanyaku karena setahuku mereka tak akur tapi mengapa sekarang menjadi sangat dekat bahkan mulai mengajak putrinya Seokjin makan bersama.

Beomgyu memeluk lenganku dengan senyuman manisnya. "Kami berada di kelas yang sama jadi tak ada salahnya kan kami menjadi teman yang cukup dekat."

"Eomma tidak mempermasalahkan kau berteman dengan siapapun itu, tapi apakah Kim Minjeong itu anak yang baik?" Tanyaku karena curiga Minjeong mempunyai sikap seperti ayahnya yang menyebalkan.

Aku mendapatkan jawaban berupa anggukan dari Beomgyu, sepertinya memang Minjeong tidak punya sifat dan sikap seperti ayahnya.

"Eomma tak perlu khawatir, aku bisa menilai teman yang baik dan kurang baik. Kupikir Minjeong adalah teman yang baik, dia itu teman pertamaku di sekolah baru." Jelas Beomgyu berhasil meyakinkanku bahwa Minjeong tidak buruk bila menjadi temannya.

Wonderful LovesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang