15 - Kegelisahan Laras

4 3 4
                                    

"orang yang selalu peduli pada kita."
"Belum tentu dia benar benar peduli"

°°°°°°°°

Yukk jangan lupa follownya!!
@ayunilmsary
@a.nilamsary03

HAAPY READING ALL;

Tandai Typo"

******

Laras buru buru keluar dari mobil Ririn dengan panik ia langsung berlari menuju rumahnya meninggalkan Sara dan Ririn.

"Ras...tunguin gue,"

"Udah yuk kita cepat masuk..."

Mereka berdua pun langsung menyusul Laras yang sudah masuk kedalam.

"Bunda... Astaghfirullah!" Laras menatap Winda yang diangkut Raga dengan baju yang berdarah yang membuat nafas Laras tercekat.

Tess...

Air mata Laras turun meluruh begitu saja lalu mendekat pada mereka terdapat bi Ina dan mang Udin bersama Raga dkk.

"Non LARAS..."

"BUNDA KENAPA KAK!" Ucapnya disela sela tangisannya bertanya pada Raga yang menggendong Winda menuju Rumah sakit.

"Kakak akan jelaskan, kita harus kerumah sakit" jawab Raga dengan mata memerah menahan tangis.

"Tante Winda..." Panik Laras melihat keadaannya saat Raga melewatinya.

"Hikss...Bunda kenapa kak,"

"Kamu jangan nangis kita kerumah sakit sekarang" Lia memeluk Laras menguatkan.

"Meningan sekarang buru buru kesana,"

"Laras ikut Sara dan Ririn."

"Biar gue ikut sama Raga" ucap Lia yang diangguki Raga.

****
Laras terdiam menatap kedepan dengan tatapan kosong. Sekarang ia telah tau kenapa ia begitu gelisah dan khawatir ternyata ikatan batin dengan mamahnya begitu kuat membuat dirinya gelisah.

"Aku gak punya siapa siapa lagi," lirih Laras saat ada pergerakan disampingnya ia tau dia Sara.

"Tante Winda bakal baik baik aja, gue tau dia kuat"

"Aku takut!" Laras terisak.

Sara yang melihat sahabatnya menangis pun lalu memeluk Laras menguatkan agar bisa berhenti menangis.

"Gak usah takut, Lo gak sendirian orang terdekat Lo Sangat sayang sama Lo." Ujar Sara menahan air matanya yang akan turun.

"Mereka emang sayang sama aku, tappi..." Gantung Laras.

"Tidak dengan Tuhan," lanjutnya.

"Tuhan ngambil kebahagiaan aku, keluarga aku dan kak Linda"

Sara mengelus punggung Laras dipeluknya.
"Gue udah telepon om Devin,"

Ketika mendengar nama Ayahnya disebut ia langsung melepaskan Peluknya.

"Ayah ada disini." Katanya Lirih.

"Lebih tepatnya dibelakang Lo,"  seketika Laras membalikkan badannya dan bertatapan dengan Ayahnya yang terlihat Khawatir.

Sara yang melihat kecanggungan mereka ia turut undur diri agar mereka dapat berbicara.

"Laras.."

"Ayah....hikss...hiks..." Laras langsung memeluk rasa rindu pada Ayahnya.

"Mamah...Ayah...Mamah kesakitan yah,"

Di Seberang [BELUM REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang