21 - Dua Luka

12 2 13
                                    

"kisah ini terlalu singkat, sampai aku tidak bisa merasakan apa itu waktu bersamamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"kisah ini terlalu singkat, sampai aku tidak bisa merasakan apa itu waktu bersamamu."

•••••

HAAPY READING🌻

Tandai Typo*

❇️❇️❇️❇️

Untuk saat ini biarkan perasaannya tetap sama, mungkin sosok yang ia cintai telah mati. Tapi bukan berarti perasaan kita ikut mati juga kan.

Secantik apapun perempuan lain ataupun Sara yang terang terangan mengatakan cintanya, tetap saja dihatinya masih tertulis nama yang sangat dia rindukan, Linda. Cinta pertamanya tak mungkin bisa ia lupakan dia orang pertama yang mengenalkan apa itu Cinta?

Langkah demi langkah lelaki tanguh yang bersembunyi didalam topengnya, yang penuh jeritan, kesakitan, dan kesedihan mulai melangkah memasuki rumah besarnya.
Fisiknya memang tidak terluka tapi hati seorang Raga Argantaralah yang terluka.

Punggung gagah dan tangan berotot milik Raga, perlahan lahan dia masuk ke dalam rumahnya yang besar, rumahnya memang besar tapi bukan rumah jika yang hidup disana hanya dua orang, Raga dan Art rumahnya.

Langkah Raga terhenti setelah menatap kedepan seseorang yang paling ia rindukan yang saat ini duduk manis didepan TV sembari menyesap kopinya, iya Sangat amat kenal siapa, memang ia membencinya tapi tetap saja ia yang telah memberi kehidupan kepadanya.

"Raga..." Sapa seseorang datang dengan makanan ringan dinampanya lalu meletakkan di meja tepat dihadapan orang yang sedang menyesap kopinya.

Baju yang terkesan mewah itu perlahan mendekat dengan senyuman manis menatap mata hitam kelam milik Lelaki didepannya.

"Kamu udah pulang nak, kamu lapar mamah sama bibi udah masak kita makan malam bareng yak." Wanita yang sudah menginjak usia kepala Empat itu mengelus rambut anaknya.

"Ngapain kalian pulang," ketus Raga.

Mendengar nada ketus dari anaknya, lelaki yang sudah terlihat kerutannya namun tak memudarkan ketampanannya itu mendongak menatap anak sulungnya yang memancarkan kebencian.

"Kita hanya ingin bertemu kamu, dan melihat keadaan kamu sayang,"

"Bohong!"

"Kalian kesini cuman ngambil berkas yang kalian butuh itu kan, abis itu kalian pergi keluar negeri berbulan bulan tanpa ingat disini kalian punya anak!!" Bentaknya.

"JAGA UCAPAN KAMU ANAK SIALAN!!"

"MASIH UNTUNG KAMI MASIH INGAT KAMU, MENURUT KAMU SELAMA INI KAMI NGAPAIN KAMI BEKERJA SIANG MALAM UNTUK KAMU HIDUP ENAK DENGAN FASILITAS YANG BANYAK."

mendengar suara bentakan dan teriakan pak satpam dan bibi yang ada didapur seketika kaget secepat kilat ia mencari arah suara itu.

"Apa ini cara kalian bahagia aku," suara Raga melemah seiring dengan air mata wanita didepannya yang sering ia sebut mamah.

Di Seberang [BELUM REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang